Thursday, December 19, 2013

Akhir Semester Tiga


 Oh Bandung, ternyata telah 5 bulan berlalu.
 Oh oh, sungguh waktu berjalan dengan relativitasnya sendiri.
 Ia memuai dan menyusut tanpa aling-aling.
 Aku masih ingat bagaimana semester ini berjalan.
 Menyenangkan, produktif, penuh kegiatan.
 Diplomasi, ospek, dan kelas-kelas yang panjang.
 Kadang menyelinap keluar dari kelas untuk pergi bersama teman.
 Percayalah, aku telah mendapatkan banyak sekali pelajaran baru.
 Sedikit banyak aku mensyukuri pilihanku 1,5 tahun yang lalu.
 Ketika dengan mantap aku menulis Hubungan Internasional sebagai jurusanku.
 Ah, sungguh aku tak salah pilih.
 Lewat diskusi, buku, dan perkuliahan, aku menyerap ilmu hingga ke pori-pori.
 Dan perjalanan ini belum berakhir.
 Aku hanya akan rehat sejenak barang beberapa minggu.
 Sebelum melanjutkan ke semester berikutnya.
 Oh, tak sabar!
 Selamat datang di rumah, [ F ] !

Saturday, December 7, 2013

How Life Works


Oh dear, kadang hidup punya cara terbaik untuk membuat kita berpikir bahwa kita yang tahu segalanya. Tapi semenit kemudian ia memutarbalikkan hidup kita dan membuat kita merasa bodoh dan dikelabui. Oh sungguh. Hidup punya cara-cara yang menyebalkan sekaligus lucu untuk menunjukkan bahwa kita ternyata tidak tahu apa-apa. Wise men said, “just when you thought you master one thing, life has misterious way to show you that you’re still nothing”.

Oh dear, kadang kita terbang tinggi tanpa sadar bahwa sepatu kita tertinggal di telapak bumi. Dan kita merasa semua orang menanyakan apa yang mereka tidak ketahui kepada kita. Dan seketika rasa superior itu menenggelamkan kerendahan hati yang kita pupuk dengan susah payah. Oh sungguh. Banyak sekali orang yang terbang jauh tanpa tahu kemana harus melandaskan diri. Kita hanya punya satu telapak, dan di sanalah, dimana kita akan kembali hidup setiap kali kita menginjak. Kamu harus terbang. Tapi perlahan dan seirama. Kamu tidak harus melesat. Kamu hanya perlu melayang lebih tinggi dari hari ke hari.

Oh dear, tenanglah. Kita semua punya kesempatan yang sama untuk membuktikan diri. Jangan biarkan kata-kata orang mendiktemu untuk melakukan apa yang tidak kamu sukai. Kalau kamu percaya, benar-benar percaya, bahwa hidup hanya sekali, mungkin kamu akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakan-tindakan bodoh. Dan sebaliknya kamu akan mencoba untuk memberi yang terbaik, di setiap upaya yang kamu poles dengan hati-hati. Oh sungguh. Kamu harus percaya bahwa tak ada kerja keras yang mengkhianatimu. Kamu akan mendapatkan sesuatu, entah apa. Ilmu, pengalaman, pelajaran. Bukankah hal-hal yang tak bisa dilihatlah yang berarti begitu besar?

Oh dear, mari berjalan bersama-sama. Dan melayang lebih tinggi seiring dengan hari-hari yang lewat. Dan menundukkan kepala, menanam kerendahan hati, jauh, jauh hingga ke akar. Niscaya, aku dan kamu akan bertemu nanti. Aku dan kamu yang lebih baik.

Thursday, November 28, 2013

Wahai Mimpi


“Menahun.
Dan kamu terus bertumbuh, wahai mimpi.
Memenuhi kepala dan hatiku setiap hari.
Kamu terus bertumbuh besar, bertumbuh hebat.
Membuat cita-cita yang aku ucapkan di kala balita,
terasa seperti butiran kecil dibanding batu raksasa.
Dunia telah mengijinkanku belajar banyak.
Dan aku bahkan belum sempat berterimakasih.
Dunia telah mengijinkanku mendengar dan memahami.
Dan aku bahkan masih tergugu dan tak mengerti.
Bagaimana bisa aku menjelaskan,
Seberapa kecilnya aku merasakan diriku sendiri.
Ah, aku masih bodoh dan tak punya apa-apa.
Sungguh, tak ada yang bisa dibanggakan dariku.
Setiap kali ada ucapan pujian bersarang kepadaku.
Cepat-cepat aku menampik dan pergi.
Sungguh, banyak orang yang lebih hebat dariku.
Aku hanya berusaha menyerap sebanyak mungkin.
Seperti spons di tengah genangan air.
Dan aku akan terus memeliharamu dengan sebaik-baiknya,
wahai mimpi !
Darimu lah aku akan membuktikan diri sendiri.
Dan kepada dunia, bahwa aku berterima kasih.
Mimpi. Semangat. Jelajah dan usaha.”

Tuesday, October 15, 2013

Hari Hujan


Aku pernah mendengar seseorang berkata, “Hujan selalu membawa cerita.” Dan bukankah benar, sayang? Kita selalu terkesima dan membawa sisi lain terhadapnya. Sisi yang kadang lupa kita tunjukkan. Hai, apakah kamu baik-baik saja? Masihkah kamu tertawa skeptis terhadap kata-kata konyol yang kamu baca di surat kabar?

Hai, aku mau bercerita. Sedikit dongeng agar kamu memahami sepenuhnya. Aku, untuk pertama kalinya, merenung dan mencari jawaban, untuk beberapa hal yang mungkin hanya bisa dijawab waktu. Seperti, apakah aku benar-benar bisa pergi ke tempat yang aku mau. Menjadi apa yang aku cita-citakan. Menyentuh apa yang selama ini sekadar bertengger tenang dalam alam utopis dan warna-warninya. Sayang, apa aku bisa? Kamu selalu menyentuh ubun-ubunku dengan tawa kecil. Bilang bahwa aku harus belajar dengan rajin dan aktif dalam berbagai kegiatan. Aku sangat ingat, seolah momen itu membeku dan terpajang dalam benakku. Sayang, apa aku sudah melakukan apa yang kamu katakan? Apa ketika kamu bertemu lagi denganku, disini, di umur ini, di tempat ini, kamu akan tertawa kecil dan merasa bangga? Atau kamu sekali lagi akan tertawa skeptis dan memintaku berusaha lebih keras?

Hari ini hujan. Dan entah kenapa aku merasa lega. Seolah-olah beban berat di pundakku ikut terhanyut dalam butir-butir airnya. Dan karena hujan pula, aku rindu.

Jika aku punya hak, untuk membuat langit berhenti menangis
Membisikkan perintah atau komando
Demi membuat wajahmu tetap cerah seperti biasa
Demi membuat sekujur badanmu kering dan tak menggigil
Jika aku punya hak untuk menerbitkan matahari
Aku akan mengutus sinarnya untuk menghangatkanmu terlebih dahulu
Demi membuat rambutmu berkilau coklat keemasan
Dan membuat matamu yang sendu terjaga dari rayuan embun pagi
Jika pula aku punya hak, untuk melarang badai dan petir
Agar mereka pergi menjauh, menjauh dari yang kusayang
Dari kamu yang selalu menutup daun telingamu
Dan bersembunyi serapat mungkin di balik tirai
Sesaat merasa bahwa dunia dapat berakhir kapan saja

Demi kamu, aku akan menentang hukum alam
Demi tetap melihat wajahmu ceria
Demi tetap menjagamu bahagia
Demi kesayanganku, akan kulakukan apa saja.

Friday, September 13, 2013

Esensi


“Kamu malaikat yang melupakan esensi sayap
 Kamu burung yang melupakan esensi kepak
 Kamu kesalahan yang terjadi berulang kali
 Tapi terlalu manis untuk berhenti
 Kamu manusia yang melupakan esensi akal budi
 Kamu buku yang melupakan esensi tinta kering
 Kamu lukisan yang melupakan esensi akrilik
 Dan warna-warnamu membias terang
 Kamu selalu menjadi satu di antara ribuan lainnya
 Membuatku tahu bahwa memilihmu mungkin hal tercerdas
 Tercerdas, tapi mungkin bukan paling benar
 Mungkin, kamu adalah hati yang melupakan esensi rasa.”

Ngobrol


Tau gak, dulu aku selalu ngambek tiap kali ditinggal mama ngrobrol sama temen2nya. AKu selalu ngrengek2 minta pulang dan gamau nungguin mama. Ya di pikiran anak kecil umur 8 tahun, ngapain coba ngomong-ngomong kok lama bener. Apa yang mau diomongin sampe berjam-jam? Mending pulang, mending main-main, dan nonton tv.

Tapi sekarang aku ngerti kenapa ! Aku ngerti kenapa ngobrol itu bisa sebegitu mengasyikkan. Aku ngerti esensinya ! Percakapan yang sederhana itu kadang bisa begitu menyenangkan, apalagi jika dilakukan sama orang yang tepat. Dan topiknya pun ga harus selalu santai, gak harus selalu berat juga. Bisa tentang apa aja. Mulai dari gosip sampe teori yang dikemukakan para tokoh. I really really enjoy ngobrol sama orang. Dan ada beberapa orang yang enak banget diajak omong. Seems like we have some kind of chemistry in between. There are several persons I wish I could talk to for an entire day nonstop. Hahahaha. Jadi sekarang aku suka banget duduk sama2 dan cerita tentang apa aja. Ga perlu di kafe mewah ato tempat pe-we. Kadang duduk sambil nunggu angkot pun bisa jadi kesempatan bagus buat ngobrol.

Iya, beberapa orang ga ngerti seberapa berharganya percakapan dia sama orang lain. Aku seneng banget kalo bisa ngobrol sama org itu, tapi org itu mungkin ngerasa biasa2 aja karna dia gak dapet apa2 juga dari apa yang diobrolin. But seriously, belakangan ini aku sering ngobrol berjam2 sama orang dan aku dapet banyak banget hal baru, sampe kadang2 aku ga pengen mereka pulang. Hahaha.

Dari kata-kata yang sederhana kita berangkat ke hal yang lebih jauh.
Dari kompilasi kalimat interogatif dan kalimat beritalah kita belajar meneruskan alur cerita.
Dari apa yang kita ucapkan, kita belajar mengenali satu sama lain

Wednesday, August 21, 2013

Kamu adalah angin yang datang dengan tiba-tiba

Sebaris doa yang mewujud dalam raga

Mengapa, dan bagaimana aku jatuh

Kadang aku sendiri tak punya restu untuk menjawabnya

Kamu adalah sekelebat bayangan

Yang menorehkan kepalaku ke tempatmu berada

Kamu adalah mimpi, entah indah atau buruk

Candu yang mengiringi pagi hingga malam

Berkutat teguh di sepucuk tempat dalam pikirku

Dan aku menuliskannya hari ini

Supaya aku ingat

Bahwa kadang rasa tak butuh nama

Bahwa kadang, rasa tak harus sama

Tuesday, July 23, 2013

Kecewa itu pasti.
Tapi aku ingat seseorang pernah berkata.

Untuk apa kecewa, tidak ada gunanya.
Untuk apa kemudian sedih dan murung.
Buang-buang waktu saja.
Hidup itu jauh lebih besar dari sekedar percakapan palsu.
Dari sekedar basa basi dan pujian ala kadarnya.
Yang kadang keluar dari bibir tapi tak dirasa oleh hati.
Untuk apa mengabadikan diri demi sesuatu yang imitasi?


Gosh, I learned it hard way.
That some people are not that worthy.

Thursday, July 18, 2013


Tanpa judul. Aku selalu kebingungan, setiap kali halaman kosong menyisakan ruang putih yang menunggu piksel warna. Di paling atas, bertengger dengan kegagahan dan ukuran huruf mega. Dan banyak menit terbuang, menunggu otakku mendapatkan asupan yang cukup untuk menelurkan sesuatu.

Tanpa judul. Tanpa pengantar. Tanpa basa-basi. Seperti dongeng yang tak lengkap, seperti lagu yang cacat. Aku tak bisa meramalkan apa yang akan aku tulis di deretan huruf berikutnya, aku tak tahu kemana aku mau mengarah, bahkan tak yakin akan bagian akhir. Aku tak bisa menduga duga, seperti mengumumkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Seperti menuliskan sesuatu yang tak berada di pikiranku sendiri, yang melayang-layang namun kena tangkap tanpa sengaja dan tedeng aling-aling. Maka maafkan tulisanku yang tak berjudul. Melayanglah saja denganku, kita ikuti kemana air dan angin membawa. Tak jelas memang, dan tak selalu berakhiran bahagia. Tapi aku menyukainya. :)

Friday, July 12, 2013

Pantai Susu Coklat


Pantai ! Ah akhirnya bisa ke pantai ! Lama banget rasanya gak nginjek pasir coklat nan halus dan ngerasain angin laut yang lengket di muka. Udah sejak sebulan yg lalu ngerencanain sama temen-temen mau pergi ke pantai mana dan kapan. Sampe bikin rapat kecil-kecilan di rumah sakit, sambil njenguk temen yang lagi sakit DB. Dateng-dateng bawa brownies terus ngobrol dan ketawa2 sampe sore. Emang begini ini anak pramuka, dimanapun dan kapanpun, meskipun udah setaun gak ketemu, meskipun lagi di rumah sakit, bisa ketawa ngakak sama-sama. Ini dia yang paling dikangenin.

Akhirnya jadi juga! Ke Kondang merak. Terus jadi sering multichat pake BBM. Kadang-kadang pas lagi ngomongin  serius ada aja yang nyeletuk dan bikin pembicaraannya jadi ngalor ngidul. Hahaha, kocak banget, kadang pas baca chatnya bisa ngakak-ngakak sendiri di rumah. Terus sehari sebelum berangkat rapat dulu sambil STMJ-an, sekalian bagi tugas, siapa yang bawa nasi, bawa aqua, bawa sendok dan segala macem. Tetep aja, rapatnya yang serius Cuma setengah jam, sisanya bego-begoan di tempat STMJ.

Pertamanya rada ga enak juga sih, soalnya Malang abis gempa, terus malem2 ada berita kalo wilayah sekitar pantai itu banjir sampe hampir 2 meter. Bayangin aja. Kayak jadi ragu-ragu gitu mau pergi. Tapi akhirnya pergi juga, namanya juga rame-rame, gak jadi takut deh. :D
Perjalanannya lamaaaaa banget!! Naik gunung turun gunung kesasar dan segala macamnya. Tapi gak bosen di mobil, soalnya ngakak terus. Topik omongan juga random abis. Bisa ngomongin Semarang, ngomongin sekolah, sampe ngomongin nasi padang dan sempak. Pokoknya itu mobil gak pernah sepi dan hening! Ada aja yang diomongin selama 3 jam perjalanan lenggak lenggok di jalan raya. Hahaaha. Kangen banget lah sama anak-anak semprul ini, yang bisa bikin ngakak gara2 guyonan bego. XD

Eeh, terus kita sampe di spot banjirnya. Ternyata bener berita kemaren, banjirnya tinggi banget, sangking tingginya sampe banyak rumah yang roboh gtu, bahkan pohon-pohon juga banyak yang tumbang. Warga nya masih berusaha mungutin dan jemur barang-barang yang masih selamet. Kasian banget pokoknya.

Tapi pas kita sampe pantainya............................ AAAAAA!!! Pantainya butek dan keruh banget sampe warnanya coklat. Gak bohong, sampe tengah laut pun warnanya coklat keruh. Banyak sampah-sampah bekas banjir yang kemaren. Rasanya absurd aja, ngeliat pantai yang dulu airnya bening terus jadi coklat gini, berasa ga nyata. Ombaknya juga jadi aneh gitu. Biasanya berbuih-buih, sekarang jadi serba coklat. Hiks, sedih gak sih udah jalan jauh-jauh terus gabisa renang di pantainya. ): uuu...

Yaudahlah ya, akhirnya kita makan bareng-bareng di pondok jerami disitu. Makanannya sederhana aja sih. Ada tempe, tahu, buncis, ayam suwir, abon, sama sambel goreng kentang. Tapi tetep aja rasanya nyenengin bisa makan bareng rame-rame di pinggir pantai. Makanannya sederhana tapi jadi kerasa enak banget. Gak setiap hari bisa kumpul lagi sama orang-orang ini.

Abis makan terus cerita-cerita, duduk melingkar sambil makan keripik singkong. Bosen duduk akhirnya foto-foto, jalan-jalan di pinggir pantai. Sempet tuh nendang bola voli sampe bolanya kebawa ombak ke tengah, tapi untungnya balik lagi ! hahaha. Asyik banget rasanya!! Duduk di pasir coklat muda, sambil  ketawa2 liat tingkahnya anak-anak, sambil ngobrol juga, sambil saling ngejek, sambil cerita-cerita kuliah, sambil nginget-nginget dulu pas SMA ngapain aja. Nostalgia banget. Rasanya waktu itu lupa kuliah, lupa segalanya, lupa galau, lupa kalau bokek, lupa semua hal yang sedih-sedih. Yang ada Cuma pengen ketawa sampe rahangnya ngilu dan perut keram.
Waktu perjalanan pulang juga gitu, sama aja. Meskipun duduk dempet-dempetan tapi tetep semangat. Liat bule yang habis pacaran motornya jatuh, helmnya nggelinding ke tengah jalan. Hihihi. Terus masih bisa mampir di Indomaret dan beli martabak dulu, dimakan rame-rame. Masih bisa curhat-curhatan segala. Gak kerasa capeknya lah pokoknya. :D

Hebat memang. Beruntung banget bisa punya temen-temen kayak mereka. Ada yang udah sahabatan sejak TK (gila, udah 16 tahun sehabatan ama mereka!! Mulai dari masih ingusan sampe skrg udah gede mau kerja gini), ada yang baru pas kelas 3 SMA, tapi semuanya deket banget. Udah kayak sodara sendiri. Biarpun udah setaun gak ketemu tapi masih kerasa kayak temen sebangku, kayak ga ada yang berubah. Huah! Gak bakal lupa sama 10 Juli 2013, di Bajul Mati yang kayak susu coklat. Gak bakal lupa, dan gak mau lupa. Semoga tahun depan kami kembali lagi :_)

Better or Best


Sudah malam, tapi aku masih melek, masih memegang iPod biru ku di tangan, meskipun kepalaku sudah lengket dengan bantal. Malam ini aku sedang ingin merindukan orang-orang yang bersekolah di SMA yang sama denganku.

Dan aku harus takjub. Aku harus menunduk dan minta maaf. Ini dia! Salah satu cara Tuhan yang tidak pernah ingin anak-Nya berpuas diri. Ini dia! Sedikit kejutan untuk sekedar menyadari bahwa jalan hidup manusia ternyata benar-benar ada di telunjuk kanannya.

Orang-orang yang dulunya pernah seruangan denganku, pernah mendapat bimbingan dan pengajaran dari bapak/ibu guru yang sama, pernah duduk di bangku kayu yang sama, memandang papan yang sama. Kini sudah bertebaran layaknya dandelion menerbangkan anak-anaknya. Putik dandelion menunggu angin agar bisa menyebarkan keindahannya. Demikian juga kini , semua mendapatkan dan menekuni jalannya masing-masing.

Benar kata seseorang, hidup itu bukan perlombaan. Hidup itu bukan bersaing untuk menjadi yang terbaik, terkaya, atau yang tersoleh. Hidup itu bukan mengejar kesempurnaan. Hidup itu bukan berlomba menyelesaikan gelar sarjana, melepas masa lajang, atau mendapatkan pekerjaan pertama. Bukan mengenai siapa yang menang dan siapa yang kalah. Karena bahkan ukuran materi pun tidak cukup untuk menghitungnya.

Hidup itu, ternyata perlombaan dengan diri sendiri. Barusan, setengah jam yang lalu, aku baru saja disadarkan. Iya, aku harusnya berlomba dengan diriku sendiri. Bukan melihat keberhasilan orang lain kemudian berusaha menirunya. Bukan melihat teman yang jatuh kemudian berlari kencang meninggalkannya.
Karena jalan kita berbeda. jalan kita bercabang, menjadi 7 miliar. Dan percayalah, tidak ada 1 pasang pun yang jalan hidupnya senantiasa sama. Kita melangkahkan kaki di makadam yang berbeda. Dan kita bersinggungan arah dengan yang lain.
Kadang untuk beberapa hari, kadang untuk beberapa tahun, kadang, untuk seumur hidup.

Mungkin itulah yang membuat hidup semakin seru untuk dijalani. Karena mengalahkan diri sendiri lebih susah daripada mengalahkan the Avengers sekalipun. Karena di dalam hati kita selalu memaafkan diri sendiri, selalu menunda-nunda, selalu mengasihani, selalu ingin memanjakan diri sendiri.
Berlomba dengan diri sendiri berarti siap untuk mengalahkan deadline2 yang kita tetapkan, mengerjakan tanggungjawab, mengejar mimpi-mimpi yang kita patri. Jadi ketika aku menginginkan sesuatu, mulutku hanya perlu membisu. Biar otak yang menuliskannya dalam diam. Biar sekali lagi aku berjanji pada diriku sendiri untuk bisa mendapatkan apa yang aku mau. Biar aku bertanggungjawab pada diriku sendiri, dan bukan kepada orang lain. Percayalah, tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan dari dalam diri sendiri.

Dan selayaknya perlombaan, kadang kita kalah. Tapi sekali lagi hidup bukan mencari kesempurnaan kan? :)

Hidup itu bukan untuk menjadi lebih baik dari orang lain..tetapi untuk menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri.

Just a Quick Announcement

I am considering to move to Tumblr since it's simplier to organize and I think I enjoy it more. But I still do not know, I may post the same content as I do in Tumblr. So, please feel free to visit
http://falenciabiru.tumblr.com/ !!

I look forward for your visit though. :]
There's still a long long long stories to go. . . . . 

Saturday, July 6, 2013

Bulan Juli !


Selamat datang bulan ketujuh! Aku sambut kedatanganmu dengan perasaan campur aduk. Antara senang dan murung, kenapa waktu rasanya terlalu cepat berganti?

Bandung. Bagaimana kabarmu? Ah aku ingat kamar kosku, dengan seprei dan selimut biru. Meja belajar berwarna jingga. Bintang dan serpihan salju glow in the dark yang aku tempel membentuk tanda salib. Yang setiap malam aku lihat sebelum terlelap, dan yang pertama kali kulihat pula ketika mataku masih mengerjap-ngerjap ngantuk di pagi hari.

Bandung. Banyak pekerjaan dan tanggungjawab yang menanti. Setelah liburan selesai dan piyama berganti kemeja kuliah, saatnya menunaikan tugas-tugas kembali. Semangat baru, amanat baru, pemikiran yang baru.

Aah~sisa sebulan. Tiga puluh hari, untuk sekedar bersantai di rumah sendiri. Menonton tivi kapanpun aku suka, bangun jam berapapun aku mau, bebas merencanakan kapan dan kemana pun aku pergi. Bulan Juli, jangan segera berakhir. Tinggallah lebih lama. (:

Friday, June 28, 2013

Kata yang Aku Nanti



Tuhan aku bisa menuliskanmu seribu surat
Aku bisa menyanyikanmu puji-pujian yang sedikit sumbang
Aku bisa berlutut hingga tempurung lututku nyeri
Dan aku bisa, dengan penuh iman, mengucap kata dalam doa

aku sering diam terbungkam
Menyimak derik jangkrik yang saling menyahut
Mendengar desau angin yang mendesah lembut
Dengan teliti berharap, di antara banyaknya suara,
Kau membisikkan sesuatu..

Dan aku menunggu, menunggu, masih menunggu...
Aku menunggu Kau mengatakan..
“Aku hanya bercanda”

Monday, June 24, 2013

Question to God


I ask myself a lot of question. I discuss, I argue, I talk a lot with myself.

And all of sudden when I am tired, and overly confused, I ask God.
I discuss, I argue, I criticize Him as if I know what’s right for everyone.

And I’m kinda dissapointed several times, everytime I see handicap-persons, child soldier, extreme-famine-society, people with mental disorder, youngster with cancer, innocent casualties of war, and the list goes on.

I never get it, why God have to put human being in such pathetic situation.
I never get it, why God let them suffer, some for the rest of their life, some for the couple years of war, or the couple months doctor gives them to life.

And God remains silent.

And so everytime I knee down and pray, I try to include all those people in such bright words of prayer, such wishful petition, to simply, flee them from all the anguish. to simply beg God, so He’ll cure all the illness, settle all the wars, heal all the defected, raise all the poor.

And God remains silent.

I frustatingly ask him to answer. God, do you really want this to happen?
All the catastrophes, all the wars, all the illness. God, do you really let it happen?

People getting divorce, abandoning their kids, some even beating them up. The rich getting richer and the poor getting poorer. Christian break their rosary and devotion, slowly walk away from the church. People passing starving skinny child asking for crumbs, or a penny or two. Homeless people in the corner, surviving the winter and minus degrees of weather, the blanket is probably the only thing worthy. And not a single fuck given, not today, more likely not tomorrow, and maybe not even forever.

What can I do God? When I care but most people don’t, where do I have to buy the humanity? In which stores? Or will you, someday, restore it to what Bible calls – the highest creature of God – the human being?

And God, He remains silent.


Sunday, June 16, 2013

You Can't Win Forever


Karena tidak ada manusia yang selalu menang. Karena sehebat-hebatnya manusia, seagung-agungnya nama dan jabatan yang ia pegang, ada suatu kala dan ada suatu ketika dimana ia harus kalah. Karena tidak ada manusia yang menang di segala bidang. Tidak ada manusia yang hebat segalanya, ahli segalanya, tahu akan segala sesuatu.
Ya, karena manusia tidak menang terus menerus, bahkan para pemegang rekor, para jagoan gulat, para penyanyi di kompetisi, dan para pengacara di kasus pengadilan. Maka benar yang dikatakan oleh Al Pacino di film The Devil’s Advocate. “you can’t win forever”. Ada kalanya manusia tunduk dengan lesu di hadapan kuasa yang lebih hebat, kuasa orang lain atau bahkan kuasa Yang Ilahi. Jadilah manusia itu sebenarnya rentan dan rapuh terhadap pertandingan, terhadap segala jenis kompetisi. Karena manusia yang terbiasa menang kemudian tidak bisa menerima dengan lapang jika suatu hari ia harus kalah.
        Beginilah sebenarnya jalan hidup manusia itu. Kombinasi yang menarik antara menang dan kalah. Antara juara dan pecundang. Antara tertawa sombong dan menangis menyesal. Tidak ada manusia yang selalu menang. Tapi ingat, tidak ada pula manusia yang selalu kalah. Hidup mungkin perlombaan yang tiada akhir, semua orang menginginkan kemenangan sebanyak-banyaknya. Maka jika suatu saat kita menang, membungkuklah lebih rendah dan jangan lupa ucapkan terimakasih dengan lembut. Dan ketika kalah, jangan terpuruk dan pergi. Bangkit lagi. Mencoba lagi. Berjuang lagi. Dan menang. (:

Monday, June 10, 2013

June in Home


Hai ! Selamat menikmati sepertiga bulan Juni! Aku sedang berada di kehangatan kamar dengan monyet raksasa dan tumpukan buku-buku yang terasa sangat familiar dengan kelima indraku. Mataku agak lelah karena tidak tidur siang dan berlelah-lelah bermain basket di pusat perbelanjaan.

Hai ! Selamat datang separuh tahun 2013! Tega-teganya kamu berjalan begitu cepat. Aku ingat sepertinya baru kemarin aku mendongak melihat riuhnya kembang api yang berkejar-kejaran di pelataran rumah. Ini memang keahlian waktu, menjadi terlalu lambat dan terlalu cepat. Kadang seperti tak ada ukuran eksak yang bisa dirasakan, ketika bicara tentang waktu.

 Ini dia waktu yang sudah aku tunggu-tunggu. Waktu yang selalu aku bayangkan ketika aku duduk termenung di kos, setiap kali aku menguap capek, setiap kali aku acak-acak rambutku melihat tugas yang tercecer, setiap kali aku melihat kalender penuh kegiatan yang harus dilalui. Ini dia, bayanganku yang sedang jadi nyata. Hari-hari yang berlalu perlahan-lahan, kesempatanku untuk melihat matahari terik dan awan biru perlahan ditelan bintang-bintang dan redupnya bulan. Menyaksikan hari perlahan berganti. Tidak sekedar bangun pagi-pagi, dan BAM! Tiba-tiba kembali ke kos ketika matahari sudah menguap mengantuk dan tertidur.
Bisa menjalani hari tanpa perlu seringkali melihat jam tangan, karena tidak ada janji bertemu atau janji untuk rapat kegiatan, tidak juga ada kuliah dan jam pulang mengerjakan tugas. Ah ! biarkan jam tanganku pensiun dulu, dia tertekan menghadapi makianku ketika aku terlambat. Biar kali ini pergelangan tanganku telanjang dan tak terikat rantainya. Dengan simbolik menggambarkan diriku juga yang berlarian bebas tanpa dikejar-kejar detik, menit, dan angka. 

Maka selamat berlibur ! selamat menghimpun kembali energi yang terkuras dan minta diisi kembali. Selamat menikmati proses ketika hari berganti, kesempatan melihat matahari bergulir dari timur ke barat. Selamat setengah tahun! Cheers untuk kerja keras selama 6 bulan ini ! cheers once again, for another 6 months ahead !(:

Wednesday, May 29, 2013

Defining Your Standard


Selamat malam ! Selamat menikmati tanggal 29 ! Hari ini aku membaca artikel yang menarik sekali di koran, judulnya “Standar”. Isinya tentang perbedaan standar yang dipunyai oleh setiap orang. Standar apa saja, standar prestasi, standar jabatan, standar kebahagiaan. Aku senang dengan tulisan Samuel itu.

Banyak orang yang iri, orang yang tidak bahagia, orang yang selalu tidak puas terhadap apa yang ia capai. Kenapa? Simply karena mereka menginginkan pencapaian orang lain. Ketika aku udah mendapatkan gaji yang delapan digit, dan rekan bisnisku mendapatkan sedigit lebih besar, kemudian aku jadi iri. Aku lalu tidak puas dengan apa yang aku miliki dan kemudian murung sendiri, berpikir dunia ini tidak adil, berpikir aku tidak cukup baik.

Padahal standar yang dimiliki manusia itu berbeda-beda. Passion mereka berbeda-beda. That’s why life seems so fun right? Bayangin aja kalau semua manusia itu punya passion dan hobi di bidang yang sama, kemudian semuanya bekerja di bidang yang sama. How boring that would be? (:

Jadi, jika aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga punya mobil Mercy keluaran terbaru, mungkin sebagian akan menjawab iya, sebagian akan tersenyum sekadarnya. Karna untuk sebagian orang Mercy itu hasil kerja keras puluhan tahun, hasil ribuan jam yang digunakan untuk berlelah-lelah. Tapi mungkin bagi sebagian orang, Mercy itu hanya tradisi ulangtahun ke-17. Suka tak suka, bangga tak bangga, orangtua merasa wajib mewariskan kendaraan mewah.

Jika aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga bisa bekerja? Sebagian akan dengan bersemangat mengiyakan, sebagian kemudian akan mulai memberikan kuliah tentang seberapa-membosankan-rutinitas-yang mereka-jalani. Karena sebagian orang menganggap bekerja itu sebagai berkat, apalagi bisa bekerja di bidang yang mereka cintai. Setiap hari bangun dan melakukan apa yang menjadi hobi mereka. They are happy, and its not all about the money. Lihat saja para fotografer lepas yang melanglang buana ke berbagai tempat, belum tentu semuanya mendapatkan gaji yang layak. Tapi apa mereka kemudian menyerah dan jadi karyawan 8-5 ? Apa mereka kemudian menggantungkan mimpinya dan memilih menjalani hidup (yang katanya  cuma sekali) dengan mengerjakan sesuatu yang mereka benci, setiap hari? Tidak. Dan sekali lagi manusia itu berbeda-beda. Ada yang memilih untuk mengikuti standarnya. Ada yang memilih untuk mengikuti standar yang ditetapkan oleh orang lain.

Tapi sadarilah bahwa sebenarnya tidak ada yang bisa mendefinisikan standar kebahagiaan kita. Aku mungkin tidak mendapat banyak materi ketika mengajar anak-anak. Tapi materi bukanlah yang aku cari. Aku mencari kegiatan dimana untuk sesaat aku bisa lepas dari segala rutinitas dan pergi berbaur dengan dunia yang lain, dunia anak-anak SD yang masih polos dan lucu, dunia anak kecil yang selalu aku kagumi. Disitu aku sedang mendapatkan kebahagiaanku.

Mungkin setelah ini kita bisa berusaha mendengarkan hati kecil kita. Mungkin setelah ini kita bisa merasa lebih puas mendapatkan gaji yang 8 digit, karena gaji itu sudah cukup memenuhi  kebutuhan sehari-hari, sudah cukup menyekolahkan anak, sudah cukup memberikan rumah yang sederhana namun hangat, sudah cukup membawa keluarga berlibur sekali setahun. Karena tidak ada surat garansi yang menyebutkan bahwa angka yang lebih besar menggambarkan kebahagiaan yang lebih banyak pula.

Kamu yang menentukan. You decide what to do, what to earn, what to give, in order to pursue your happiness. Bukan orang lain. (:

Sunday, May 26, 2013

Post-Ujian


Kalau aku harus memulai sebuah paragraf dengan sebuah kata, aku paling suka memulainya dengan kata “terima kasih”.Ya, terimakasih karena aku masih bisa menulis, karena jari-jariku masih lengkap untuk mengetik di atas keyboard, karena mataku jumlahnya masih sama, karena otakku belum menunjukkan tanda-tanda gila.

Selamat mengakhiri ujian akhir semester ! Selamat mengakhiri malam-malam yang terlewati tanpa tidur nyenyak! Selamat mengakhiri pagi yang diawali dengan bunyi alarm dan pertengkaran batin sebelum bangkit dari kasur! Selamat melewati tampang lesu ketika membaca secarik soal ! Akhirnya semuanya selesai. Tahukah kamu bagaimana rasanya pulang setelah ujian yang terakhir? Langkah-langkah kaki terasa seringan kapas, rasanya aku bisa berlari dan berdansa di saat yang sama, bahkan jika pun ketika itu salju turun, aku akan tetap berjalan riang dan santai. Tidak memikirkan buku, huruf, dan kata-kata yang selama 2 minggu berkembangbiak di dalam sel-sel otak, dengan giat menyusup dan memudar sesukanya.

Aku menghadiahi diriku sendiri dengan sebuah buku cantik yang dari dulu ingin kubaca. Buku Paulo Coelho, Aleph. (:Tapi hadiah paling hebat yang aku terima? PULANG ! :”) Ya, akhirnya aku pulang juga, setelah 5 bulan belajar dan melalang buana, akhirnya besok aku akan menginjakkan kaki di tanah yang aku ingat. Bertemu dengan orang-orang yang aku tunggu-tunggu. Selama liburan ini aku akan sesantai mungkin menikmati hari demi hari, tahu bahwa hari santai tak didapat ketika kuliah dimulai kembali. Meluangkan sebanyak waktu untuk orang-orang tersayang. Tahu bahwa ketika kuliah aku terlalu sibuk dan tidak ingat. Ah, mungkin inilah kenapa orang harus merantau jauh, jauhh dari kampung halaman. Agar ia mengerti rasanya rindu, rasanya pulang, rasanya rumah . . . Sampai jumpa besok dan sampai jumpa 3 bulan lagi, kota Bandung ! :D

Thursday, May 23, 2013

Travel is A Luxury

That was one hell of a trip! I’m gonna go home, work my ass off, stuck in traffic, drink some booze, have some hangovers, get laid, have my boss yelled at me, but then I’m gonna save some money to travel some more!

Wait for me, world... wait for me. (:
~Travel is a Luxury~ 

Tuesday, May 14, 2013

May 13th 2013 : The Day of Blessing


Selamat malam ! Terimakasih untuk hari yang sangat sempurna. Terimakasih untuk momen-momen begitu indah yang tidak pernah bisa diulang. Terimakasih untuk hari ulangtahun yang penuh kejutan. (:


Aku mengawali hari ulangtahun dengan ucapan selamat dari pacar yang nun jauh disana. Hanya dengan saluran telepon kami berbicara, melewati jarum detik yang perlahan menyentuh lembut angka 12. Mendengarnya menyanyikan lagu Happy Birthday sambil tertawa terkikik. Dalam hati mengucapkan terima kasih pada Tuhan, untuk kesempatan sekali lagi merasakan bertambah tuanya usia. Dan ketika pagi menjelang aku masih terjaga dengan siaga, mengetik, menulis, mencatat, mengingat. Beberapa jam kemudian ujian akan tiba.


Pagi kemudian datang, aku dibangunkan oleh sahabatku yang super cerewet ! Sahabatku selama 7 tahun, yang dengan riang berceloteh ketika aku masih terkantuk-kantuk. Ah dia ! Sahabat yang bersamanya, aku mendapati cinta pertama, patah hati, malam-malam ketika kami saling menginap satu sama lain, ketika kami bermusuhan, ketika kami punya double date setiap minggu. Sahabat yang dengannya aku bertumbuh dan beranjak dewasa. Yang dengannya aku melewati masa remaja yang paling menyenangkan. Dan jangan lupa suara dari mama dan papa. Papa yang super sabar dan open-minded, mama yang super protektif dan penyayang. How lucky I am. They are the main reason I can barely wait for coming back home. (:


Kemudian aku datang ke kampus dan disirami berkat, menerangi kepalaku dengan jawaban-jawaban yang aku pelajari semalaman. Yey ! Satu ujian sudah kutaklukkan. Serba biru untuk hari ini. Mulai dari baju hingga ujung jari kaki. Aku ingin berjalan-jalan, meluangkan waktu dengan sahabatku dan pergi berjalan kaki. Dengan riang aku bersenandung, sambil mencari tempat makan yang aku sukai. Kemudian sekali lagi singgah di tempat makan favorit, ketika pasta dan pancake mengoarkan kelezatan dan kemampuannya membius indra perasa. Hmm, ngobrol santai, makanan enak, dan tempat super menyenangkan, life is good !






Pulang ke kos aku kemudian beristirahat, menyiapkan diriku untuk begadang mempersiapkan ujian mendatang. Lalu aku dibangunkan oleh suara telepon dari nomer asing. Aaah ~ ini dia satu orang lagi yang aku tunggu-tunggu. Sahabat baikku nun jauh disana, di benua yang lain! Mendengar suaranya aku langsung tertawa, ternyata dia masih ingat juga. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari bercakap-cakap dengan sahabat terdekat. Menukar cerita tentang kehidupan masing-masing, seolah kami tinggal bersebelahan rumah. Seolah waktu tidak mengubah apa-apa. Ini dia sahabatku yang dengannya aku bisa membicarakan hal-hal paling konyol ataupun paling serius. Yang dengannya aku bebas bertingkah gila, bodoh, dan menyebalkan di saat yang bersamaan. Ini dia sahabat yang menyiapkan telinganya untukku di jam 2 pagi, yang siap aku mintai pendapat tentang apa saja, yang duduk denganku berjam-jam dan mendengarkan aku bercerita. Pendengar terbaik ! Dia tahu tentangku jauh lebih banyak dari yang pernah aku ceriterakan padanya.


Baru saja menutup telepon, sahabatku yang cerewet sudah ada di luar kamar. Memaksaku untuk mandi dan segera pergi. Hahaha. Aku bersiap-siap dan pergi ke luar, waktu di tengah kegelapan tiba-tiba dibawakannya kue tar dengan lilin-lilin redup yang tertiup angin. Terharu aku rasanya. :’) Ini kali ketujuh kami merayakan ulangtahun bersama-sama. Dan rasanya selalu membahagiakan, dengan cara yang berbeda dari tahun ke tahun. Aku kemudian pergi ke atas bukit untuk menikmati makan malam lesehan ditemani kerlip lampu-lampu perkotaan. Tertawa aku merasakan kerinduan menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabatku. Yang karena beda universitas harus terpisah-pisah. Tapi kami tetap bersama, tetap menertawakan hal yang sama, tetap saling mengejek dengan cara yang sama. :’)





Kejutan lagi aku dapatkan ketika menerima kue tart dari cowok tersayang. Hahaha. Aku tidak menyangka akan mendapatkan kue tart dari pacarku ini, yang hobinya menggodaku sampai aku marah dan ngambek seharian. Tapi terimakasih terimakasih terimakasih ! Sepertinya kue tartmu diberi serbuk-serbuk ajaib untuk membuatku terharu dan meneteskan air mata. :’)
Hari ini sudah cukup indah, meskipun aku masih berharap andaikan kamu ada disini dan bukan disana. Tapi terimakasih, terutama karena telah begitu perhatian, begitu sabar, dan begitu penyayang. Terimakasih karena telah begitu pengertian dan memahami apa yang aku butuhkan. Kamu tahu kapan harus diam, kapan harus marah dan menegurku, kapan harus mendengarkan dengan sabar, kapan harus mengatakan lelucon untuk menghiburku.
Kamu boleh bilang bahwa kamu beruntung. Tapi aku yakin sebenarnya aku yang beruntung ! Aku tidak bisa menjanjikan ending yang bahagia untuk kita tapi aku selalu berharap tanpa mengucap pun Tuhan merencanakan yang terbaik. Amin untukku dan untukmu. Kamu membantuku menentukan pilihanku, dan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang kadang terlalu sombong untuk aku akui. Terimakasih karena membuatku belajar banyak terutama dari hubungan ini, aku berharap kamu juga mendapat banyak pengalaman dan pelajaran. Tidak ada yang lebih simpel dari ucapan “aku bahagia ketika aku denganmu” kan ? (:





Aku baru saja mau duduk dan belajar, karena jarum jam kian cepat berjalan. Tidak lama kemudian teman-teman kosku datang ramai-ramai di depan pintu, membuatku kaget setengah mati ! Tidak menyangka bahwa mereka akan datang selarut ini. Another surprise! Kue tart cokelat dengan lilin kecil dinyalakan, saatnya mengucap permohonan. Tapi apa lagi yang bisa kuminta pada Tuhan, ketika Ia sudah begitu baik memberikan kehidupan yang sempurna untukku? :’)


Jadi Tuhan, terimakasih untuk umur yang baru. Umur terakhir sebelum menginjak kepala dua. Ternyata waktu berlalu begitu cepat. Kadang aku ingin kembali dan berpura-pura seakan umurku masih enam belas. :D Tapi tidak ada yang aku sesali. Selama ini hidup sudah berjalan terlalu baik, I can not imagine life would be different from now. Terimakasih untuk semua jalan yang Kau bukakan untukku.


Aku selalu berkata berulang-ulang, anything can happen in a year. Dan lihat seberapa banyak hidupku telah berubah. Setahun yang lalu aku bukan siapa-siapa, masih bocah ingusan yang baru lulus dari SMA, masih merasa hebat. Tapi sekarang aku sudah duduk di dunia perkuliahan, sudah keluar dari kota kelahiran yang selama ini mengayomiku, sudah melihat bahwa dunia itu jauh lebih keras dan lebih menantang. Merasa kecil, merasa belum punya apa-apa untuk dibanggakan.

Aku ingat tulisan kucelku di secarik kertas, daftar mimpi-mimpi yang ingin aku capai. Dan lihat bagaimana Tuhan sudah membukakan begitu banyak pintu untukku. Mulai dari bergabung di Wedding Organizer hingga berkesempatan untuk meginjakkan kaki di tanah Amerika. Lihat cara Tuhan memperkenalkanku dengan orang-orang yang luar biasa. Orang-orang yang aku idolakan, yang mengajari aku untuk gigih berjuang menggapai mimpi, sekecil dan sebesar apapun mimpi itu. Orang-orang yang begitu baik dan perhatian. AKu tidak akan lupa. Aku sudah mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pelajaran selama setahun ini. Jauhhh lebih banyak dari yang aku harapkan. Terimakasih terimakasih terimakasih Tuhan ! Aku masih harus banyak belajar. (:


Jadi Tuhan, terimakasih untuk hari ini. Bukan untuk saat-saat pesta dan bersenang-senang, melainkan untuk saat-saat hening dan merenung. Dengan tersenyum aku bisa melihat ke belakang dan mengetahui seberapa banyak hidup telah mengubahku, seberapa jauh aku telah melangkah. Dan lihat, mataku masih sembap karena banyaknya malaikat yang Kaukirim untukku. Mama dan papa, saudara, sahabat-sahabat, pacar, teman-teman, dan semua orang yang sudah ada untukku, yang peduli pada kebahagiaanku sama seperti aku peduli pada kebahagiaan mereka. Aku tidak akan lupa untuk mengucap syukur dan mengucap doa. Tapi  hari ini aku sedang tidak ingin berdoa, karena bagaimana mungkin aku bisa meminta sesuatu, jika Tuhan telah begitu baik memberikan kehidupan yang sempurna untukku? :’)


Selamat ulangtahun gadis kecil ! Love the life, it will love you back! (:



Sunday, May 12, 2013

Ujian Akhir Semester Dua


Selamat memasuki hari Minggu tanggal 12! Sehari lagi ujian akhir berlangsung. Ah rasanya terlalu cepat, rasanya baru kemarin aku bersorak karena telah menyelesaikan ujian tengah semester. Sekarang perasaanku campur aduk. Senang, takut, semangat, khawatir, semua jadi satu. Hm! Yang jelas jarum jam tak pernah menunggu. Yang jelas soal ujian sudah diketik dan dicetak. Semangat belajar harus tumbuh, tidak peduli seberapa susahnya untuk memulai.

Membacalah dengan tekun, memang banyak waktu yang harus dikorbankan, dan ketekunan tidak bisa dibeli di toko manapun. Tapi itu harga yang pantas dibayar untuk melengkapi perjuangan selama satu semester. Menulislah, kemudian baca kembali. Jangan hanya membaca lalu, tapi membaca dan memahami, kemudian mengingat hal-hal yang penting. Kemudian bersenandung, mendengar lagu, mengecek internet sekejap saja, hanya untuk menghindari rasa bosan yang hinggap.

Hanya 2 minggu! Hanya 14 hari, hanya 20 jam untuk mengerjakan dan menulis jawaban-jawaban. Tidak boleh menyerah. Siap yang setia pada perkara-perkara kecil, ia akan diberikan tanggungjawab pada perkara-perkara yang besar. Semangat, Falen! Jangan pernah menggumamkan kata malas dan memasang muka kusut ketika berhadapan dengan tumpukan buku. Disana terpampang setiap inci dari petualangan, yang dibelikan orangtua untukmu. Jadi jangan sia-siakan setiap sen uang yang mereka keluarkan, untuk memberikanmu buku, laptop, dan segala macamnya. 
Dan jangan lupa berdoa. Biar Dia tersenyum mendengar permintaan berkat yang kamu ucapkan dengan penuh keyakinan. (:

Wednesday, May 8, 2013

Gitar Kayu dan Secangkir Kopi


Aku sedang duduk dan melamun ketika tiba-tiba tersentak..

Kopi yang masih panas aku letakkan di meja..

Bukankah ini cangkir kesayanganmu?

Yang selalu kau elus ketika menghirup aroma kopi..

Dua sendok gula, kopi hitam seperti biasa..

Cangkir putih dengan telinga lebar, kau hirup dengan sedap cairan pekat itu..

Lalu kau menghela napas puas..

Seakan hidup berjalan sesuai yang kita inginkan..


Bukankah cangkir ini yang membuatmu terjaga?

Tak pernah ia tinggal di bak cucian lebih dari dua hari..

Setiap hari kau menggenggamnya, seolah cangkir itu bisa pergi sewaktu-waktu..


Bukankah cangkir ini yang menemani sebilah gitar kayu?

Gitar kayu yang kaupetik dengan jari-jari yang kapalan..

Yang kau mainkan dengan nada-nada sendu di larut malam..

Gitar kayu yang dulu menjanjikan penghidupan..

Sering aku menatap nanar, ketika secangkir kopi dan gitar kayu menjagamu semalaman..

Mendengarmu menggumamkan nada, mengarang kata-kata, membuat pusi melagukan rima..


Tapi hidup tak selalu berpihak pada kita..

Gitar dan sebuah cangkir putih tak menjanjikan kehidupan yang bahagia..

Dan kau selalu lari, merasa hidup, merasa nyaman,

Kau selalu terbirit-birit menggenggam mereka setiap malam..

Ingin lari dari tagihan-tagihan, rumah yang kumuh, dan mimpimu yang sedang terkoyak perlahan..

Aku tak bisa apa-apa, aku hanya bisa mendengarkan lagu-lagu yang keluar berirama..

Aku bahkan tak mengerti kunci dan petikan yang kau tulis setiap hari..


Tapi mengapa pergi?

Mengapa tidak tinggal?

Apakah gitar kayumu tak lagi bisa memberi kenyamanan?

Apakah kopi hitam dan dua sendok gula tak bisa membuatmu bertahan?

Mengapa lari?

Dan mengapa meninggalkan gitar kayumu disini?


Aku tak bisa memainkannya..

Aku tak ingin mendengar, bahkan tak ingin menatap..

Aku tak ingin mengingat..

Bayangan samar ketika pagi-pagi buta kau terjaga..

Pergi, pergi jauh sekali..


Dan di meja masih tergeletak..

Gitar kayu, cangkir, dan sepotong lagu yang belum usai. . .