Friday, June 28, 2013

Kata yang Aku Nanti



Tuhan aku bisa menuliskanmu seribu surat
Aku bisa menyanyikanmu puji-pujian yang sedikit sumbang
Aku bisa berlutut hingga tempurung lututku nyeri
Dan aku bisa, dengan penuh iman, mengucap kata dalam doa

aku sering diam terbungkam
Menyimak derik jangkrik yang saling menyahut
Mendengar desau angin yang mendesah lembut
Dengan teliti berharap, di antara banyaknya suara,
Kau membisikkan sesuatu..

Dan aku menunggu, menunggu, masih menunggu...
Aku menunggu Kau mengatakan..
“Aku hanya bercanda”

Monday, June 24, 2013

Question to God


I ask myself a lot of question. I discuss, I argue, I talk a lot with myself.

And all of sudden when I am tired, and overly confused, I ask God.
I discuss, I argue, I criticize Him as if I know what’s right for everyone.

And I’m kinda dissapointed several times, everytime I see handicap-persons, child soldier, extreme-famine-society, people with mental disorder, youngster with cancer, innocent casualties of war, and the list goes on.

I never get it, why God have to put human being in such pathetic situation.
I never get it, why God let them suffer, some for the rest of their life, some for the couple years of war, or the couple months doctor gives them to life.

And God remains silent.

And so everytime I knee down and pray, I try to include all those people in such bright words of prayer, such wishful petition, to simply, flee them from all the anguish. to simply beg God, so He’ll cure all the illness, settle all the wars, heal all the defected, raise all the poor.

And God remains silent.

I frustatingly ask him to answer. God, do you really want this to happen?
All the catastrophes, all the wars, all the illness. God, do you really let it happen?

People getting divorce, abandoning their kids, some even beating them up. The rich getting richer and the poor getting poorer. Christian break their rosary and devotion, slowly walk away from the church. People passing starving skinny child asking for crumbs, or a penny or two. Homeless people in the corner, surviving the winter and minus degrees of weather, the blanket is probably the only thing worthy. And not a single fuck given, not today, more likely not tomorrow, and maybe not even forever.

What can I do God? When I care but most people don’t, where do I have to buy the humanity? In which stores? Or will you, someday, restore it to what Bible calls – the highest creature of God – the human being?

And God, He remains silent.


Sunday, June 16, 2013

You Can't Win Forever


Karena tidak ada manusia yang selalu menang. Karena sehebat-hebatnya manusia, seagung-agungnya nama dan jabatan yang ia pegang, ada suatu kala dan ada suatu ketika dimana ia harus kalah. Karena tidak ada manusia yang menang di segala bidang. Tidak ada manusia yang hebat segalanya, ahli segalanya, tahu akan segala sesuatu.
Ya, karena manusia tidak menang terus menerus, bahkan para pemegang rekor, para jagoan gulat, para penyanyi di kompetisi, dan para pengacara di kasus pengadilan. Maka benar yang dikatakan oleh Al Pacino di film The Devil’s Advocate. “you can’t win forever”. Ada kalanya manusia tunduk dengan lesu di hadapan kuasa yang lebih hebat, kuasa orang lain atau bahkan kuasa Yang Ilahi. Jadilah manusia itu sebenarnya rentan dan rapuh terhadap pertandingan, terhadap segala jenis kompetisi. Karena manusia yang terbiasa menang kemudian tidak bisa menerima dengan lapang jika suatu hari ia harus kalah.
        Beginilah sebenarnya jalan hidup manusia itu. Kombinasi yang menarik antara menang dan kalah. Antara juara dan pecundang. Antara tertawa sombong dan menangis menyesal. Tidak ada manusia yang selalu menang. Tapi ingat, tidak ada pula manusia yang selalu kalah. Hidup mungkin perlombaan yang tiada akhir, semua orang menginginkan kemenangan sebanyak-banyaknya. Maka jika suatu saat kita menang, membungkuklah lebih rendah dan jangan lupa ucapkan terimakasih dengan lembut. Dan ketika kalah, jangan terpuruk dan pergi. Bangkit lagi. Mencoba lagi. Berjuang lagi. Dan menang. (:

Monday, June 10, 2013

June in Home


Hai ! Selamat menikmati sepertiga bulan Juni! Aku sedang berada di kehangatan kamar dengan monyet raksasa dan tumpukan buku-buku yang terasa sangat familiar dengan kelima indraku. Mataku agak lelah karena tidak tidur siang dan berlelah-lelah bermain basket di pusat perbelanjaan.

Hai ! Selamat datang separuh tahun 2013! Tega-teganya kamu berjalan begitu cepat. Aku ingat sepertinya baru kemarin aku mendongak melihat riuhnya kembang api yang berkejar-kejaran di pelataran rumah. Ini memang keahlian waktu, menjadi terlalu lambat dan terlalu cepat. Kadang seperti tak ada ukuran eksak yang bisa dirasakan, ketika bicara tentang waktu.

 Ini dia waktu yang sudah aku tunggu-tunggu. Waktu yang selalu aku bayangkan ketika aku duduk termenung di kos, setiap kali aku menguap capek, setiap kali aku acak-acak rambutku melihat tugas yang tercecer, setiap kali aku melihat kalender penuh kegiatan yang harus dilalui. Ini dia, bayanganku yang sedang jadi nyata. Hari-hari yang berlalu perlahan-lahan, kesempatanku untuk melihat matahari terik dan awan biru perlahan ditelan bintang-bintang dan redupnya bulan. Menyaksikan hari perlahan berganti. Tidak sekedar bangun pagi-pagi, dan BAM! Tiba-tiba kembali ke kos ketika matahari sudah menguap mengantuk dan tertidur.
Bisa menjalani hari tanpa perlu seringkali melihat jam tangan, karena tidak ada janji bertemu atau janji untuk rapat kegiatan, tidak juga ada kuliah dan jam pulang mengerjakan tugas. Ah ! biarkan jam tanganku pensiun dulu, dia tertekan menghadapi makianku ketika aku terlambat. Biar kali ini pergelangan tanganku telanjang dan tak terikat rantainya. Dengan simbolik menggambarkan diriku juga yang berlarian bebas tanpa dikejar-kejar detik, menit, dan angka. 

Maka selamat berlibur ! selamat menghimpun kembali energi yang terkuras dan minta diisi kembali. Selamat menikmati proses ketika hari berganti, kesempatan melihat matahari bergulir dari timur ke barat. Selamat setengah tahun! Cheers untuk kerja keras selama 6 bulan ini ! cheers once again, for another 6 months ahead !(: