Showing posts with label lesson. Show all posts
Showing posts with label lesson. Show all posts

Monday, June 29, 2015

Goodbyes


What is it with goodbye that scares us the most? What is it with the words goodbye that crack us to tears and sadness? Why is it that we always believe that goodbye means we will break down and never be happy again?

Perpisahan itu selalu menyakitkan. Dan kalau ada orang yang bilang there is such thing as beautiful goodbye, I will punch him right in the face. Berpisah dengan orang itu berat. Bukan karena untuk sementara kita ga akan ketemu dengan dia. Bukan karena untuk sementara kita akan sendiri. Tapi karena kita ga tau berapa lama lagi sampai perjumpaan mendatang. Mungkin sehari, mungkin sebulan, mungkin setahun, atau mungkin dia ga akan ada lagi. Mungkin bagian dia di jalan cerita hidup kita sudah selesai. They have done their parts.

Here is the thing. We never know when the last good bye is. We could have said good bye to our ex-boyfriend but in all of a sudden we could run into him in the bookstore. Life has its own maze to avail us meet people from the past. Here is another thing, aku pernah lihat video yang mengajarkan bahwa manusia sekarang (homo sapiens) punya otak yang jauh lebih besar dari manusia jaman dahulu kala (homo javanicus). Salah satu bagian otak yang berkembang adalah otak bagian depan, yang memungkinkan kita untuk merasakan sesuatu yang belum atau akan kita rasakan. Kita punya bayangan akan masa depan, manusia kuno tidak pernah merasakan pengalaman itu.  

Misalnya gini, ketika kita bilang kita pingin ayam goreng, otak bagian depan kita memberikan kita bayangan dan gambar ayam goreng itu. Harum, crispy, warna keemasan, enak. Jadi tanpa ragu kita akan langsung gas motor dan pergi ke ayam KFC terdekat. This is the simple example. What it has to do with our feeling is, ketika kita mengucapkan perpisahan dengan orang lain, bukan momen perpisahan itu yang bikin kita nangis. Bukan karena kebersamaan selama beberapa hari/bulan/tahun yang harus berakhir. Yang bikin kita sedih adalah karena otak depan kita membayangkan the future without this person. Ketika nenek kita meninggal misalnya, yang membuat kita sedih adalah: “ga ada lagi nenek yang selalu masakin sup kesukaan”, “ga bisa lagi cerita-cerita dan jalan-jalan”, “Nenek ga bisa dateng ke wedding aku”. You see? Those kind of thoughts are the reflection of our future. We are sad because our brain is reflecting how our future will be without them.

So the thing about goodbye is pretty simple, actually. Right after watching that video, I began to realize what I’ve done wrong all this time. I keep picturing my life without them and I forget to be grateful WHILE THEY ARE HERE, in my life. I keep being sad knowing that we may separate and I forget to be in the moment. To enjoy the time we have. And when it is the time to say goodbye, you should remember that the pain is caused by the brain, which is trying to project something which has not happened yet. That’s how you’ll survive every goodbyes.
[F]

Thursday, June 12, 2014

Should Not We?


Shouldn’t we be tired by now? Shouldn’t we be fed up?
 By those fake smiles and shallow conversation.
 By those fake friends and lousy relation.
 By those critics from narsistics.
 By those praises from flatterer.
 By those silly sweet words and futile touch
 And the love you think worth taking granted for
 While the other side thinks it’s only for fun
 And you want to settle
 But they want to be free

Shouldn’t we be tired by now?
 Shouldn’t we be fed up?

12.06.14
 [F]

Wednesday, May 28, 2014

If I Should Have a Daughter


If I should have a daughter…“Instead of “Mom”, she’s gonna call me “Point B.”
Because that way, she knows that no matter what happens, at least she can always find her way to me. And I’m going to paint the solar system on the back of her hands so that she has to learn the entire universe before she can say “Oh, I know that like the back of my hand.”

She’s gonna learn that this life will hit you, hard, in the face, wait for you to get back up so it can kick you in the stomach.
But getting the wind knocked out of you is the only way to remind your lungs how much they like the taste of air. There is hurt, here, that cannot be fixed by band-aids or poetry, so the first time she realizes that Wonder-woman isn’t coming, I’ll make sure she knows she doesn’t have to wear the cape all by herself. Because no matter how wide you stretch your fingers, your hands will always be too small to catch all the pain you want to heal. Believe me, I’ve tried.

And Baby, I’ll tell her “Don’t keep your nose up in the air like that, I know that trick, you’re just smelling for smoke so you can follow the trail back to a burning house so you can find the boy who lost everything in the fire to see if you can save him.
Or else, find the boy who lit the fire in the first place to see if you can change him.”

But I know that she will anyway, so instead I’ll always keep an extra supply of chocolate and rain boats nearby, because there is no heartbreak that chocolate can’t fix. Okay, there’s a few heartbreaks chocolate can’t fix. But that’s what the rain boots are for, because rain will wash away everything if you let it.
I want her to see the world through the underside of a glass bottom boat, to look through a magnifying glass at the galaxies that exist on the pin point of a human mind. Because that’s how my mom taught me. That there’ll be days like this, “There’ll be days like this my momma said” when you open your hands to catch and wind up with only blisters and bruises.
When you step out of the phone booth and try to fly and the very people you wanna save are the ones standing on your cape. When your boots will fill with rain and you’ll be up to your knees in disappointment and those are the very days you have all the more reason to say “thank you,” ‘cause there is nothing more beautiful than the way the ocean refuses to stop kissing the shoreline no matter how many times it’s sent away.
You will put the “wind” in win some – lose some,
you will put the “star” in starting over and over,
and no matter how many land mines erupt in a minute be sure your mind lands on the beauty of this fury place called life.
And yes, on a scale from one to over-trusting I am pretty damn naive but I want her to know that this world is made out of sugar.
It can crumble so easily but don’t be afraid to stick your tongue out and taste it.

Baby, I’ll tell her “remember your mama is a worrier but your papa is a warrior and you are the girl with small hands and big eyes who never stops asking for more.”
Remember that good things come in threes and so do bad things and always apologize when you’ve done something wrong but don’t you ever apologize for the way your eyes refuse to stop shining.

Your voice is small but don’t ever stop singing and when they finally hand you heartbreak, slip hatred and war under your doorstep and hand you hand-outs on street corners of cynicism and defeat, you tell them,
 that they really ought to meet your mother.

-                   Sarah Kay “If I Should Have a Daughter” -

KSMPMI



Terima kasih. Kita adalah keluarga tanpa perikatan darah. Tanpa kontrak dan tanpa janji apapun. Kita satu, karena kita mau.
Selesai lagi setahun yang penuh cerita dan pelajaran berharga. Sisa satu, yang terakhir. Aku masih ingat saat-saat ketika pertama kali aku mengisi namaku dan mengikuti wawancara pertama untuk masuk dalam KSMPMI. Aku ingat aku membicarakan tentang Rohingya dan tentang Suriah. Konflik berkepanjangan yang hingga kini pun masih ada. Aku ingat tatapan kagumku pada orang-orang yang ada di dalamnya. Para koordinator dan para kakak kelas. Betapa inginnya, melanjutkan jejak mereka.

Time flies, indeed. Dua tahun ini betul-betul dua tahun yang penuh dengan kesan. Dengan pelajaran baru dari orang-orang hebat. Aku banyak belajar dan menerima pengalaman dari orang-orang ini, yang begitu rendah hati dan kaya wawasan, namun mau berbagi ilmu dan berkembang bersama-sama kami. Selangkah demi selangkah kami tapaki bersama-sama. Hari Kamis untuk Socratime dan hari Rabu untuk diskusi internal. Hampir selalu di tempat yang sama. Pertukaran pikiran yang diselingi percakapan penuh canda. Selalu hangat, selalu menyenangkan. Setiap pertemuan rasanya seperti sedang berkumpul bersama saudara, dan bukan terasa seperti rapat.

Aku tidak lupa bagaimana KSMPMI sedikit banyak merubah cara pandangku terhadap berbagai hal. Something I don’t earn from classroom. Aku merasa seperti mahasiswa sungguhan, yang berdiskusi berjam-jam tentang hal yang sering dianggap remeh temeh oleh sebagian orang. Aku bisa memahami hal-hal yang dulunya aku hindari, topik tentang Timur Tengah misalnya. Hahaha. Being in this organization encourages me to always improving myself. Bahwa di atas langit mash ada langit, dan kita tak boleh sombong. Sama sekali tidak. Akan selalu ada seseorang yang datang dan membuktikan bahwa kita pun bisa salah, kita pun bisa kalah. It also teaches me to speak up my stance. Bahwa kita harus berani bicara. Harus berani punya prinsip dan tak sekedar dibawa kata kemana-mana. Bahwa kita berani stand up for something. Tapi di saat yang sama, kita juga tidak takut untuk dikritik dan ditantang dari perspektif yang berbeda.

Sungguh, aku sudah mendapatkan banyak sekali hal dari KSMPMI ini. Jauh lebih banyak dari apa yang aku dapatkan di ruang kelas. Dua tahun aku telah mendapat, kini setahun terakhir mungkin adalah saat yang tepat untuk memberi. Memberi kontribusi terakhir untuk KSMPMI, membalas dengan penuh apa yang telah diberikan. Saatnya untuk mengembalikan.

Memang tak ada awal yang tak ada akhir. Tak ada mulai yang tak ada selesai. Kini saatnya melanjutkan karya dari kakak-kakak, menjaga titipan yang mereka minta. Tamen non cesta. Perjuangan belum berakhir! :”)






Sunday, April 27, 2014

What People Should Not Be Anti Of


Manusia boleh anti pada apa saja. Itu hak mereka. Suka tidak suka harus diterima. Dan kita tidak bisa memaksa apakah mereka harus begini begitu. Memang manusia sebaiknya tidak mencampuri urusan manusia lain. Panjang masalahnya. Dan tidak ada yang akan benar-benar kalah atau menang. Karena dari awal itu seharusnya tidak perlu diperdebatkan.

Tapi menurutku, manusia tidak boleh anti terhadap 3 hal. Anti-perubahan. Anti-kritik. Anti-kritis.
Manusia tidak boleh anti pada perubahan. Perubahan bisa berarti banyak hal. Ideologi baru, kenalan baru, tempat baru, situasi baru, bahasa baru, dan segala yang membuat mereka mungkin terdesak dan ingin kembali ke zona yang nyaman. Bear in your mind, changes are inevitable. Tidak ada hal yang abadi di dunia ini kecuali ketidakpastian itu sendiri. Dan ketidakpastian berkarib dengan perubahan. Bahwa tidak ada satu hal pun yang benar-benar sama dari awal hingga akhir. Bahkan manusia. Dan karena itulah maka manusia harus bisa menerima perubahan. Kapanpun dan dimanapun. Manusia yang siap menerima perubahan - atau, yang siap membuat perubahan - adalah manusia-manusia yang akan maju puluhan langkah lebih jauh dari manusia yang memutuskan untuk menutup diri dan tinggal selamanya dalam kepompong besar yang nyaman namun mematikan.
Aku percaya bahwa setiap manusia punya kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif. Bahwa pada dasarnya manusia itu diciptakan untuk selalu mencari dan membuat hal-hal yang baru. Tapi kemampuan ini butuh latihan. Dan begitulah, semakin sering ia membuka pikiran pada ide-ide dan hal-hal baru, akan semakin tajam kemampuannya untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya semakin koservatif dia pada pemikiran-pemikiran asing, maka seumur hidupnya tidak akan pernah ia menciptakan sesuatu yang fenomenal. Selamanya ia hanya gidup menjadi pengikut dan bertanya-tanya dalam hati mengapa dunia perlu berubah sedahsyat ini.

Manusia juga tidak boleh anti-kritik. Because the more we know about everything, the more we feel like we don’t know anything. Orang-orang hebat itu tidak pernah merasa bahwa diri mereka hebat. Mereka hanya sangat-sangat menghargai proses belajar, mereka sangat mengerti bahwa ada manusia-manusia yang lebih hebat di luar sana. Feedbacks are important to develop oneself. Karena orang-orang yang anti-kritik tidak akan maju terlalu banyak. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mengajarkan sesuatu pada orang yang merasa tahu segalanya? Bagaimana bisa mengucapkan sesuatu pada orang yang hanya peduli pada pendapatnya sendiri? Ada orang-orang yang anti dikoreksi, defensif, dan selalu membela diri sendiri. Orang-orang yang simply can’t say “I don’t know that.” Aku suka feedback. Any kind of it, even the most bitter one. It may not be uncomfortable to hear, but it is a relief to find out how people perceive us, or our works. Kacamata diri sendiri dengan kacamata orang lain bisa demikian berbeda. I’m not saying that we have to please everybody, but simply listening to them can gives us a whole new perspective. Maka manusia harus tahan kritik. Itu tanda bahwa ia mau berubah menjadi lebih baik.

Terakhir, anti-kritis. Susah sekali mengajak orang untuk berpikir kritis, untuk mempertanyakan segala sesuatu dan tidak menerima mentah-mentah apa yang ia baca, ia dengar, dan ia lihat. Justru kritis adalah hal yang sulit untuk ditumbuhkan, terlebih jika ia terbiasa didoktrin dengan ajaran-ajaran feodal nan dogmatis. Kritis berarti berani mempertanyakan segalanya, tidak asal angguk-angguk kepala dan menurut. Kritis berarti berani speak-up, mengutarakan pendapat diri sendiri. Kritis berarti menerima bahwa tidak ada satu hal pun yang luput dari cacat dan kekurangan. Kritis berarti berani mencari tahu dengan cara apa pun, mengeluarkan usaha ekstra untuk mendapatkan jawaban dari hal-hal yang jarang orang perdebatkan. Kritis berarti lepas dari segala bentuk perbudakan pikir dan ajaran-ajaran yang tak masuk akal. Manusia yang anti-kritis adalah target yang paling mudah untuk dipengaruhi. Yang mudah terombang-ambing karena tidak berani menantang otaknya untuk bertanya. Dan jumlah manusia seperti itu, banyak sekali.

Manusia boleh anti pada apa saja. Pada agama, makanan, ajaran, orang, suku, negara, dan sebagainya. Boleh, itu haknya. Who are we to judge? Tapi buatku, manusia tidak boleh anti-perubahan, anti-kritik, dan anti-kritis. Itu saja.

26.04.14
 [F]

Thursday, April 24, 2014

Less is More


Kebahagiaan itu bisa sesederhana itu, ternyata. Hidup mungkin telah merubahku di beberapa bagian. Tapi ia pun selalu mengingatkan aku akan hal-hal terbaik. Seringkali aku tersesat dalam rutinitas dan dunia yang sama sekali asing. Dunia yang palsu. Dunia yang menipu. Dunia yang tidak ingin aku tinggali.
 Tapi hidup selalu memberikan kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan.
 Yang menyadarkan aku bahwa, bahagia itu sangat sederhana.

Bahagia itu bertemu dengan seorang ibu yang menasihati aku untuk rajin berdoa. Untuk bisa makan bersamanya dan berbagi cerita tentang masa depan.
 Bahagia itu bertemu dengan tukang soto yang bisa bicara bola dua jam penuh. Yang hafal pada statistik tim di liga manapun, dan yang menanti-nantikan jualannya habis, hanya untuk bisa nobar dengan teman-temannya.
 Bahagia itu melihat anak-anak SD yang berangkulan kemudian berjalan seperti robot. Berpura-pura bahwa dunia ini tidak eksis dan hanya imajinasi mereka yang liar yang nyata. Bahagia itu melihat anak-anak menggoda tukang cat di sekolah mereka. Sekadar menjulurkan lidah, berlarian, dan menyembunyikan topi si tukang berkaus merah.
 Bahagia itu menghabiskan waktu untuk pergi ke tempat yang baru. Tanpa tanda dan tanpa aling-aling. Ketika waktunya tiba, kita hanya membiarkan diri kita dibawa.
 Bahagia itu menghapus air mata yang jatuh karena mengingat hal-hal yang telah lewat.
 Bahagia itu ketika bisa ngobrol dengan mama dan papa yang jauh di ujung pulau. Sekadar bertanya kabar dan bicara tentang apa saja. Tahu, bahwa dalam dunia yang kejam, ada orang-orang yang mencintai dan peduli pada kita tanpa batas.
 Bahagia itu ketika bisa membaca dengan nyaman di kasur. Tenggelam pada huruf-huruf dan cerita yang kita tanamkan pada pikiran.
 Bahagia itu melihat bahwa hal-hal kecil di dunia punya arti yang sedemikian besar.

Kita hanya sering lupa. Bahwa bahagia itu sesederhana itu… :”)

24.04.14
 [F]

Sunday, February 23, 2014

My Kind of Serendipity




Serendipity adalah ketika makan soto jam sebelas malam dengan teman-teman tersayang. Kemudian bernyanyi bersama dengan pengamen jalanan bertindik tiga. Berlarian di jalan tanpa peduli kendaraan.

Serendipity adalah ketika tersasar di kegelapan. Tapi tak tergesa pulang.

Serendipity adalah ketika kehujanan. Tapi tak influenza, malahan berlama-lama melangkahkan kaki. Supaya rintik hujannya terasa lebih lebih lagi. Ingin tersenyum lebar karena tiba-tiba kebahagiaan terasa begitu mudah, tapi aku takut dianggap gila.

Serendipity adalah menyesap minuman kesukaan. Dan ngobrol berjam-jam. Mengalir saja tanpa batas dan dinding.

Serendipity adalah mendapatkan pelajaran hidup dari para senior. Para dosen, tukang angkot, hingga penjual warung di sebelah kos. Kesempatan untuk belajar.

Serendipity adalah bertemu dengan orang-orang hebat. Serendipity adalah bertemu dengan orang yang tak disangka-sangka, di saat-saat yang tak terduga pula.

Serendipity adalah menyusuri trotoar dengan ransel biru dan permen karet. Sneakers coklat dan rambut dikuncir. Tak ada arah, aku ikut kemana kaki menuju.

Serendipity adalah pemandangan di kaca jendela. Kos. Dan Kereta. Dua hal kesukaan. Lamunan akan terbang dan hinggap ke awang-awang.

Serendipity adalah mendengar kata-kata sederhana dari orang-orang penuh makna.

Serendipity adalah menemukan, tanpa harus mencari.

Juga cinta.

Saturday, December 7, 2013

How Life Works


Oh dear, kadang hidup punya cara terbaik untuk membuat kita berpikir bahwa kita yang tahu segalanya. Tapi semenit kemudian ia memutarbalikkan hidup kita dan membuat kita merasa bodoh dan dikelabui. Oh sungguh. Hidup punya cara-cara yang menyebalkan sekaligus lucu untuk menunjukkan bahwa kita ternyata tidak tahu apa-apa. Wise men said, “just when you thought you master one thing, life has misterious way to show you that you’re still nothing”.

Oh dear, kadang kita terbang tinggi tanpa sadar bahwa sepatu kita tertinggal di telapak bumi. Dan kita merasa semua orang menanyakan apa yang mereka tidak ketahui kepada kita. Dan seketika rasa superior itu menenggelamkan kerendahan hati yang kita pupuk dengan susah payah. Oh sungguh. Banyak sekali orang yang terbang jauh tanpa tahu kemana harus melandaskan diri. Kita hanya punya satu telapak, dan di sanalah, dimana kita akan kembali hidup setiap kali kita menginjak. Kamu harus terbang. Tapi perlahan dan seirama. Kamu tidak harus melesat. Kamu hanya perlu melayang lebih tinggi dari hari ke hari.

Oh dear, tenanglah. Kita semua punya kesempatan yang sama untuk membuktikan diri. Jangan biarkan kata-kata orang mendiktemu untuk melakukan apa yang tidak kamu sukai. Kalau kamu percaya, benar-benar percaya, bahwa hidup hanya sekali, mungkin kamu akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakan-tindakan bodoh. Dan sebaliknya kamu akan mencoba untuk memberi yang terbaik, di setiap upaya yang kamu poles dengan hati-hati. Oh sungguh. Kamu harus percaya bahwa tak ada kerja keras yang mengkhianatimu. Kamu akan mendapatkan sesuatu, entah apa. Ilmu, pengalaman, pelajaran. Bukankah hal-hal yang tak bisa dilihatlah yang berarti begitu besar?

Oh dear, mari berjalan bersama-sama. Dan melayang lebih tinggi seiring dengan hari-hari yang lewat. Dan menundukkan kepala, menanam kerendahan hati, jauh, jauh hingga ke akar. Niscaya, aku dan kamu akan bertemu nanti. Aku dan kamu yang lebih baik.

Tuesday, October 15, 2013

Hari Hujan


Aku pernah mendengar seseorang berkata, “Hujan selalu membawa cerita.” Dan bukankah benar, sayang? Kita selalu terkesima dan membawa sisi lain terhadapnya. Sisi yang kadang lupa kita tunjukkan. Hai, apakah kamu baik-baik saja? Masihkah kamu tertawa skeptis terhadap kata-kata konyol yang kamu baca di surat kabar?

Hai, aku mau bercerita. Sedikit dongeng agar kamu memahami sepenuhnya. Aku, untuk pertama kalinya, merenung dan mencari jawaban, untuk beberapa hal yang mungkin hanya bisa dijawab waktu. Seperti, apakah aku benar-benar bisa pergi ke tempat yang aku mau. Menjadi apa yang aku cita-citakan. Menyentuh apa yang selama ini sekadar bertengger tenang dalam alam utopis dan warna-warninya. Sayang, apa aku bisa? Kamu selalu menyentuh ubun-ubunku dengan tawa kecil. Bilang bahwa aku harus belajar dengan rajin dan aktif dalam berbagai kegiatan. Aku sangat ingat, seolah momen itu membeku dan terpajang dalam benakku. Sayang, apa aku sudah melakukan apa yang kamu katakan? Apa ketika kamu bertemu lagi denganku, disini, di umur ini, di tempat ini, kamu akan tertawa kecil dan merasa bangga? Atau kamu sekali lagi akan tertawa skeptis dan memintaku berusaha lebih keras?

Hari ini hujan. Dan entah kenapa aku merasa lega. Seolah-olah beban berat di pundakku ikut terhanyut dalam butir-butir airnya. Dan karena hujan pula, aku rindu.

Friday, September 13, 2013

Ngobrol


Tau gak, dulu aku selalu ngambek tiap kali ditinggal mama ngrobrol sama temen2nya. AKu selalu ngrengek2 minta pulang dan gamau nungguin mama. Ya di pikiran anak kecil umur 8 tahun, ngapain coba ngomong-ngomong kok lama bener. Apa yang mau diomongin sampe berjam-jam? Mending pulang, mending main-main, dan nonton tv.

Tapi sekarang aku ngerti kenapa ! Aku ngerti kenapa ngobrol itu bisa sebegitu mengasyikkan. Aku ngerti esensinya ! Percakapan yang sederhana itu kadang bisa begitu menyenangkan, apalagi jika dilakukan sama orang yang tepat. Dan topiknya pun ga harus selalu santai, gak harus selalu berat juga. Bisa tentang apa aja. Mulai dari gosip sampe teori yang dikemukakan para tokoh. I really really enjoy ngobrol sama orang. Dan ada beberapa orang yang enak banget diajak omong. Seems like we have some kind of chemistry in between. There are several persons I wish I could talk to for an entire day nonstop. Hahahaha. Jadi sekarang aku suka banget duduk sama2 dan cerita tentang apa aja. Ga perlu di kafe mewah ato tempat pe-we. Kadang duduk sambil nunggu angkot pun bisa jadi kesempatan bagus buat ngobrol.

Iya, beberapa orang ga ngerti seberapa berharganya percakapan dia sama orang lain. Aku seneng banget kalo bisa ngobrol sama org itu, tapi org itu mungkin ngerasa biasa2 aja karna dia gak dapet apa2 juga dari apa yang diobrolin. But seriously, belakangan ini aku sering ngobrol berjam2 sama orang dan aku dapet banyak banget hal baru, sampe kadang2 aku ga pengen mereka pulang. Hahaha.

Dari kata-kata yang sederhana kita berangkat ke hal yang lebih jauh.
Dari kompilasi kalimat interogatif dan kalimat beritalah kita belajar meneruskan alur cerita.
Dari apa yang kita ucapkan, kita belajar mengenali satu sama lain

Wednesday, August 21, 2013

Kamu adalah angin yang datang dengan tiba-tiba

Sebaris doa yang mewujud dalam raga

Mengapa, dan bagaimana aku jatuh

Kadang aku sendiri tak punya restu untuk menjawabnya

Kamu adalah sekelebat bayangan

Yang menorehkan kepalaku ke tempatmu berada

Kamu adalah mimpi, entah indah atau buruk

Candu yang mengiringi pagi hingga malam

Berkutat teguh di sepucuk tempat dalam pikirku

Dan aku menuliskannya hari ini

Supaya aku ingat

Bahwa kadang rasa tak butuh nama

Bahwa kadang, rasa tak harus sama

Friday, July 12, 2013

Better or Best


Sudah malam, tapi aku masih melek, masih memegang iPod biru ku di tangan, meskipun kepalaku sudah lengket dengan bantal. Malam ini aku sedang ingin merindukan orang-orang yang bersekolah di SMA yang sama denganku.

Dan aku harus takjub. Aku harus menunduk dan minta maaf. Ini dia! Salah satu cara Tuhan yang tidak pernah ingin anak-Nya berpuas diri. Ini dia! Sedikit kejutan untuk sekedar menyadari bahwa jalan hidup manusia ternyata benar-benar ada di telunjuk kanannya.

Orang-orang yang dulunya pernah seruangan denganku, pernah mendapat bimbingan dan pengajaran dari bapak/ibu guru yang sama, pernah duduk di bangku kayu yang sama, memandang papan yang sama. Kini sudah bertebaran layaknya dandelion menerbangkan anak-anaknya. Putik dandelion menunggu angin agar bisa menyebarkan keindahannya. Demikian juga kini , semua mendapatkan dan menekuni jalannya masing-masing.

Benar kata seseorang, hidup itu bukan perlombaan. Hidup itu bukan bersaing untuk menjadi yang terbaik, terkaya, atau yang tersoleh. Hidup itu bukan mengejar kesempurnaan. Hidup itu bukan berlomba menyelesaikan gelar sarjana, melepas masa lajang, atau mendapatkan pekerjaan pertama. Bukan mengenai siapa yang menang dan siapa yang kalah. Karena bahkan ukuran materi pun tidak cukup untuk menghitungnya.

Hidup itu, ternyata perlombaan dengan diri sendiri. Barusan, setengah jam yang lalu, aku baru saja disadarkan. Iya, aku harusnya berlomba dengan diriku sendiri. Bukan melihat keberhasilan orang lain kemudian berusaha menirunya. Bukan melihat teman yang jatuh kemudian berlari kencang meninggalkannya.
Karena jalan kita berbeda. jalan kita bercabang, menjadi 7 miliar. Dan percayalah, tidak ada 1 pasang pun yang jalan hidupnya senantiasa sama. Kita melangkahkan kaki di makadam yang berbeda. Dan kita bersinggungan arah dengan yang lain.
Kadang untuk beberapa hari, kadang untuk beberapa tahun, kadang, untuk seumur hidup.

Mungkin itulah yang membuat hidup semakin seru untuk dijalani. Karena mengalahkan diri sendiri lebih susah daripada mengalahkan the Avengers sekalipun. Karena di dalam hati kita selalu memaafkan diri sendiri, selalu menunda-nunda, selalu mengasihani, selalu ingin memanjakan diri sendiri.
Berlomba dengan diri sendiri berarti siap untuk mengalahkan deadline2 yang kita tetapkan, mengerjakan tanggungjawab, mengejar mimpi-mimpi yang kita patri. Jadi ketika aku menginginkan sesuatu, mulutku hanya perlu membisu. Biar otak yang menuliskannya dalam diam. Biar sekali lagi aku berjanji pada diriku sendiri untuk bisa mendapatkan apa yang aku mau. Biar aku bertanggungjawab pada diriku sendiri, dan bukan kepada orang lain. Percayalah, tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan dari dalam diri sendiri.

Dan selayaknya perlombaan, kadang kita kalah. Tapi sekali lagi hidup bukan mencari kesempurnaan kan? :)

Hidup itu bukan untuk menjadi lebih baik dari orang lain..tetapi untuk menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri.

Saturday, July 6, 2013

Bulan Juli !


Selamat datang bulan ketujuh! Aku sambut kedatanganmu dengan perasaan campur aduk. Antara senang dan murung, kenapa waktu rasanya terlalu cepat berganti?

Bandung. Bagaimana kabarmu? Ah aku ingat kamar kosku, dengan seprei dan selimut biru. Meja belajar berwarna jingga. Bintang dan serpihan salju glow in the dark yang aku tempel membentuk tanda salib. Yang setiap malam aku lihat sebelum terlelap, dan yang pertama kali kulihat pula ketika mataku masih mengerjap-ngerjap ngantuk di pagi hari.

Bandung. Banyak pekerjaan dan tanggungjawab yang menanti. Setelah liburan selesai dan piyama berganti kemeja kuliah, saatnya menunaikan tugas-tugas kembali. Semangat baru, amanat baru, pemikiran yang baru.

Aah~sisa sebulan. Tiga puluh hari, untuk sekedar bersantai di rumah sendiri. Menonton tivi kapanpun aku suka, bangun jam berapapun aku mau, bebas merencanakan kapan dan kemana pun aku pergi. Bulan Juli, jangan segera berakhir. Tinggallah lebih lama. (:

Monday, June 24, 2013

Question to God


I ask myself a lot of question. I discuss, I argue, I talk a lot with myself.

And all of sudden when I am tired, and overly confused, I ask God.
I discuss, I argue, I criticize Him as if I know what’s right for everyone.

And I’m kinda dissapointed several times, everytime I see handicap-persons, child soldier, extreme-famine-society, people with mental disorder, youngster with cancer, innocent casualties of war, and the list goes on.

I never get it, why God have to put human being in such pathetic situation.
I never get it, why God let them suffer, some for the rest of their life, some for the couple years of war, or the couple months doctor gives them to life.

And God remains silent.

And so everytime I knee down and pray, I try to include all those people in such bright words of prayer, such wishful petition, to simply, flee them from all the anguish. to simply beg God, so He’ll cure all the illness, settle all the wars, heal all the defected, raise all the poor.

And God remains silent.

I frustatingly ask him to answer. God, do you really want this to happen?
All the catastrophes, all the wars, all the illness. God, do you really let it happen?

People getting divorce, abandoning their kids, some even beating them up. The rich getting richer and the poor getting poorer. Christian break their rosary and devotion, slowly walk away from the church. People passing starving skinny child asking for crumbs, or a penny or two. Homeless people in the corner, surviving the winter and minus degrees of weather, the blanket is probably the only thing worthy. And not a single fuck given, not today, more likely not tomorrow, and maybe not even forever.

What can I do God? When I care but most people don’t, where do I have to buy the humanity? In which stores? Or will you, someday, restore it to what Bible calls – the highest creature of God – the human being?

And God, He remains silent.


Sunday, June 16, 2013

You Can't Win Forever


Karena tidak ada manusia yang selalu menang. Karena sehebat-hebatnya manusia, seagung-agungnya nama dan jabatan yang ia pegang, ada suatu kala dan ada suatu ketika dimana ia harus kalah. Karena tidak ada manusia yang menang di segala bidang. Tidak ada manusia yang hebat segalanya, ahli segalanya, tahu akan segala sesuatu.
Ya, karena manusia tidak menang terus menerus, bahkan para pemegang rekor, para jagoan gulat, para penyanyi di kompetisi, dan para pengacara di kasus pengadilan. Maka benar yang dikatakan oleh Al Pacino di film The Devil’s Advocate. “you can’t win forever”. Ada kalanya manusia tunduk dengan lesu di hadapan kuasa yang lebih hebat, kuasa orang lain atau bahkan kuasa Yang Ilahi. Jadilah manusia itu sebenarnya rentan dan rapuh terhadap pertandingan, terhadap segala jenis kompetisi. Karena manusia yang terbiasa menang kemudian tidak bisa menerima dengan lapang jika suatu hari ia harus kalah.
        Beginilah sebenarnya jalan hidup manusia itu. Kombinasi yang menarik antara menang dan kalah. Antara juara dan pecundang. Antara tertawa sombong dan menangis menyesal. Tidak ada manusia yang selalu menang. Tapi ingat, tidak ada pula manusia yang selalu kalah. Hidup mungkin perlombaan yang tiada akhir, semua orang menginginkan kemenangan sebanyak-banyaknya. Maka jika suatu saat kita menang, membungkuklah lebih rendah dan jangan lupa ucapkan terimakasih dengan lembut. Dan ketika kalah, jangan terpuruk dan pergi. Bangkit lagi. Mencoba lagi. Berjuang lagi. Dan menang. (: