Sunday, January 27, 2013

Kesempatan kedua


Jika kamu diberi kesempatan kedua, kesempatan untuk memulai kembali. Apa yang kamu lakukan? Jika waktu bisa diputar sesuai dengan kehendak hatimu, kemanakah kamu akan menuju? Seberapa panjang kamu berharap kembali ke masa lalu? Dimanakah kamu akan berada? 
Jika kamu bisa menarik kata-kata yang pernah kamu ucapkan, termasuk makian dan janji-janji. Jika kamu bisa memberikan apapun yang belum kamu berikan, dan mengucapkan apapun yang belum kamu ucapkan. Jika kamu bisa menemui orang-orang yang telah pergi, dan berpisah dengan orang-orang yang menyengsarakan hidupmu.

Apa yang kamu lakukan ketika kesempatan itu datang?
Aku selalu menunggu-nunggu, dan sering kali dalam hati berdoa, semoga Tuhan berbaik hati memberiku kesempatan kedua. Kesempatan untuk mengulang. Kesempatan untuk mencoba kembali.
Tapi benarkah kemudian hidupku menjadi lebih baik? Kalau aku melakukan ini dan bukan itu, bisakah aku memperbaiki kesalahanku?
Kalau aku mengucapkan ini dan bukan itu, bisakah aku lebih membahagiakan orang-orang di sekitarku?

Benar katanya, hidup itu cuma sekali. Hidup itu buku yang ditulis dengan pena dan tak bisa dihapus. Hidup itu rute perjalanan one-way, there is no return ticket.

Benar katanya, hidup itu pendek. Demikian pendek hingga banyak orang menyia-nyiakannya. Demikian pendek hingga kadang tak terasa, dalam sekejap mata, setepuk tangan, sekelebat langkah, bisa berakhir.

Tapi dalam tiap lembar buku, ternyata tersimpan banyak kesempatan. Banyak cara untuk menghapus dan memperbaiki. Dan ada kesempatan-bukan untuk mengulangi perbuatan- melainkan untuk belajar dari kesalahan. Ada kesempatan-bukan untuk mengulang waktu- tapi untuk mempergunakannya sebaik mungkin. Ada pelajaran baru yang bisa diambil setiap hari. Manusia kadang terlalu terlena, terlambat menyadari betapa baiknya hidup.

Hidup selalu memberi kesempatan kedua. Its called “TOMORROW”. :)



Tuesday, January 22, 2013

Jalan Kami


Mari kita bersulang !

Untuk mereka yang menemukan sisi positif di setiap hal.

Yang mau mengabaikan yang cacat dan memelihara yang sempurna.

Yang percaya bahwa di setiap hitam selalu ada putih, sekecil apapun itu.

Dan hidup tak pernah benar-benar akan putih seluruhnya.

Hanya soal perspektif, bagaimana mata, hati, dan otak bekerjasama.



Mari kita berpesta !

Untuk mereka para pemimpi yang tekun.

Yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka.

Yang tidak pernah menyerah, berjuang dengan keringat dan air mata.

Untuk mencapai sesuatu yang mungkin terasa sangat sederhana.

Tapi begitulah mimpi, dalam kesederhanaanya, dia memberi kebahagiaan.



Mari kita bersenang-senang !

Untuk para pemikir dan ilmuwan muda.

Yang dengan teliti menguji dan menganalisa.

Yang tidak bosan menemukan, belajar tentang dinamika alam.

Yang tidak memandang remeh barang satu partikel dan molekul.

Dan menciptakan alat-alat yang mempermudah hidup manusia.



Mari kita tertawa bangga !

Untuk para pemusik dan pelantun melodi.

Yang dengan caranya sendiri, membuai indera manusia.

Yang mewarnai dunia dengan lirik indah dan nada-nada lembut.

Dan mereka menemukan keharmonisan, komposisi menyentuh.



Mari kita bersulang !

Untuk kita yang berjalan di jalan-jalan yang berbeda.

Yang memutuskan cara masing-masing.

Dengan sabar mencoba membuat dunia menjadi tempat yg lebih baik.

Dan percayalah, kami bisa !! :))

Monday, January 21, 2013

I'm On My Way


Aku ingat dulu aku selalu diajak untuk membayangkan mimpi-mimpiku. Aku ingat dulu di kamarku selalu ada papan yang bertuliskan “Gantungkan Cita-citamu setinggi langit.”

Dan ya, aku sudah menggantungkannya. Aku gantung ia di cabang paling tinggi, kasta istimewa di antara bintang-bintang. Aku ingat setiap malam aku selalu menatap ke atas, melihat mimpiku sekali lagi, berkata pada diriku sendiri, “I’m on my way there.” Aku sedang dalam perjalanan ke langit, aku sedang berjalan kaki setapak demi setapak untuk menjangkaunya.

Tapi kenapa selalu ada yang mengusik? Kenapa ada orang-orang yang tidak percaya? Dulu aku selalu semangat menceritakan mimpi-mimpiku kepada orang lain. Aku katakan pekerjaan yang aku inginkan, umur berapa aku mendapatkannya, rumah seperti apa yang aku mau. Tapi mereka hanya tersenyum sinis dan bilang padaku bahwa itu tidak mungkin. Bahwa harga rumah terlalu mahal, pekerjaan tidak akan semudah dan semenyenangkan itu, bahwa aku terlalu tinggi berharap.

Aku sudah menerima kata-kata itu kesekian kali. Aku buat langkah-langkah kecil, aku wujudkan mimpi-mimpi yang aku mau, perlahan-lahan, sejengkal demi sejengkal. Aku mulai percaya bahwa jalan untuk pemimpi selalu terbuka lebar. Sayangnya mereka tetap tak percaya. Sayangnya mereka berdiri di tepi jalan untuk melihatku jatuh dan gagal, agar mereka bisa membuktikan kebenaran kata-kata mereka.

Maka aku harus terjatuh lagi. Karena bahkan orang terdekatku pun menyuruhku untuk menyerah. Aku sedih, sedih sekali. :( Aku bahkan belum menyelesaikan separuh perjalanan, dan orang-orang yang kuharap akan mendukungku, ternyata sama tidak percayanya dengan orang lain. 

Dan kadang aku merasa sendiri. Kadang aku merasa hanya 1-2 orang yang ada di belakangku, yang bertepuk tangan dan memberiku semangat. Yang tidak mengijinkanku menyerah karena mereka tahu seberapa inginnya aku meraih mimpi-mimpiku. Kadang aku berhenti sejenak, aku paksakan diriku untuk percaya, bahwa aku bisa! Aku paksakan diriku untuk bangkit lagi, untuk melanjutkan perjalanan, berjalan lagi, tanpa memedulikan cemoohan orang di kanan dan kiri.

Maka Tuhan ingatkanlah aku, di saat-saat yang sulit seperti ini, saat aku ingin menyerah, ingatkanlah aku tentang mimpi yang aku gantungkan tinggi-tinggi di sana. Yang aku tatap setiap hari dengan senyum bangga. Yang aku ikat kuat-kuat dalam genggaman tanganku, jangan sampai terlepas.

Aku berjanji pada diriku untuk bekerja keras. Aku janji! Aku akan menyelesaikan perjalanan, tidak peduli sepanjang dan sesulit apapun medan yang akan datang. Aku akan berdoa, dan selalu percaya pada diriku sendiri. Hari ini aku berjanji, di umurku yang ke-18. Hari ini, di Bandung. Hari ini, diiringi Yiruma yang memainkan komposisi “DREAM”-nya. Hari ini, 00.32, 21/01/13. Aku janji. :)

Friday, January 18, 2013

If I were a Boy


Kadang-kadang aku ingin jadi laki-laki. Kadang-kadang aku malas mengurusi segala tetek-bengek yang berurusan dengan aksesori perempuan. Kadang aku malas mengeringkan rambut, memilih baju dengan hati-hati, malas memilih segala jenis parfum, shampoo, hingga pelembap kulit. Aku sering bertanya-tanya pada diriku sendiri, what is it for?

Aku menyadari bahwa kadang aku berpikir seperti perempuan. Ya, aku perhatian pada hal-hal yang kecil. Aku suka mengontrol keadaan. Aku suka melihat anak kecil, dan pita, dan rok yang cantik. Thats it.

Aku ingin jadi laki-laki karena laki-laki “MEMILIH”. Karena laki-laki punya hak untuk memilih pasangan hidupnya, memilih akan jadi laki-laki seperti apa ia ketika dewasa, memilih pekerjaannya, memilih bagaimana ia akan membangun rumahnya. Dan jika ia tidak menikah, apakah orang-orang akan mengucilkannya? Tidak. Dia tenang dalam kehidupannya sendiri. Dia tenang dengan pekerjaannya, bahkan ada kemungkinan dia akan semakin cemerlang. Dia mengontribusikan segala waktunya untuk kebahagiaan dirinya. Untuk prestasi dan kenaikan karir.

Perempuan? Semua orang bilang perempuan punya hak untuk memilih. Tapi tidak, aku tidak merasakannya. Pasangan hidup harus beragama ini, dan harus lebih tua, dan wajahnya harus rupawan, dan mobilnya harus bermerk itu. Karena jika tidak, seakan-akan orang-orang akan memandangmu sebagai perempuan yang tidak punya harga diri, harga jual yang tinggi.

Sebagai perempuan, orang-orang berharap kau akan mengurus rumah tanggamu dengan rajin, mendidik anak-anakmu dengan taat, membersihkan kamar dan menyirami tanaman dengan teratur. Dan jika kemudian ia memilih menekuni pekerjaannya, orang-orang akan menganggapnya tidak pantas, bukan ibu yang baik, haus uang. Is it?  Bukankah semua manusia punya cara tersendiri untuk membuktikan diri? To improve? To develop? Apakah seorang perempuan diciptakan untuk “menghebatkan” seorang laki-laki dan tidak boleh “menghebatkan” dirinya sendiri?

Aku ingin jadi laki-laki karena aku tidak perlu merias wajahku untuk menarik perhatian orang lain. Aku ingin jadi laki-laki karena aku ingin berkata jujur. Aku ingin dihargai karena prestasi dan kerja kerasku, bukan karena lekuk tubuh atau wajah cantik. Aku ingin dihargai dan bebas memilih.

Karena aku punya banyak keinginan menunggu untuk dilepaskan. Its just a matter of gender. Aku ingin naik gunung, aku ingin mengelana nusantara, aku ingin berjalan-jalan di tengah malam di negeri orang. Tapi bisakah seorang perempuan melakukan itu? Iya bisa, di umur yang entah berapa. Mungkin terlalu tua untuk bisa membawa carrier atau mendaki gunung. Karena orangtua tidak ingin perempuan terluka. Karena perempuan yang mengelana di malam hari dicap sebagai perempuan nakal. SOCIETY IS UNFAIR!

Dan aku ingin jadi laki-laki!!


" Aku gak terima kamu diperlakukan kayak gitu! "
     " Itu bedanya kamu dan aku. "
" Apa bedanya?"
    " Aku sudah menerimanya. Dengan ikhlas. "

~Waktu aku sama Mika the Movies~

Tuesday, January 15, 2013

SBY-BDO 06.30


Aku menulis ini di dalam pesawat. Iya, pesawat yang membawaku kembali ke Bandung, kembali ke tempat aku harus mengenyam pendidikanku di semester berikutnya.
Rasanya baru kemarin aku pulang, baru kemarin aku naik pesawat yang sama dan turun di bandara yang sama, merasakan euforia hebat karena rasa kangenku pada rumah.

Tepat 25 hari sejak hari itu, kini aku duduk di pesawat yang sama, siap untuk kembali. Siap untuk mengakhiri liburan. Liburan yang sangat menyenangkan di Malang. :) Tapi lihat, aku tidak sedih lagi. Aku tidak merengek-rengek minta liburku diperpanjang, aku bersemangat pergi ke Airport, aku tidak menangis, bahkan tidak ingin meneteskan air mata. 

Kini aku ke Bandung dengan cita-cita. Aku tidak bawa apa-apa, aku hanya bawa amanah dari orangtuaku. Aku kembali membawa mimpi-mimpi, kali ini terasa lebih nyata dari sebelumnya. Aku datang untuk mewujudkan apa yang aku mau. Karena aku sudah besar, sudah tau menghitung, sudah bisa mengkalkulasi berapa biaya yang harus dikeluarkan ayah dan ibuku untukku. Dan tidak, aku kira aku tidak bisa melunasinya. Aku berutang terlalu banyak, utang yang sedikit pun belum terlunasi.

Maka aku akan cari cara lain, dengan membuat mereka bahagia, dengan membuat mereka bangga padaku. Iya, apa lagi tujuan hidup seorang anak kalau bukan membahagiakan kedua orangtuanya?
Aku ingin buktikan bahwa setiap sen yang mereka keluarkan tidak akan terbuang sia-sia. Bahwa aku belajar dengan baik, aku tidak bolos, aku berjuang dengan keras untuk mendapatkan nilai yang baik. Simpel. Aku ingin buktikan bahwa cita-cita yang sering aku ceriterakan kepada mereka, akhirnya bisa aku capai. 

Tidak, aku tidak minta jadi orang kaya. Aku  berdoa kepada Tuhan agar aku menjadi orang yang sukses. Yang tahu membahagiakan keluargaku sebelum membahagiakan karyawanku. Yang tahu kapan harus bertindak tegas dan kapan harus duduk tenang dan bersenang-senang. Yang meluangkan waktu untuk sejenak menceburkan diri ke pantai, atau berjalan mendaki gunung, atau duduk di rerumputan, supaya aku tidak lupa akan segala kebaikan alam. Aku ingin jadi orang yang masih punya hati nurani, untuk membagikan apa yang aku punya kepada orang lain yang kekurangan. Tuhan mungkin memberi lebih, tapi aku hanya membutuhkan cukup. Maka hendaknya hatiku setia membagikan kelebihannya.

Maka doakan aku, ayah dan ibu.. Disini di Bandung aku merantau, tidak bisa menjaga kalian setiap saat. Doakan agar aku jadi anak yang sukses, yang tahu berbakti. Karena sungguh tidak ada tujuan hidup lain yang ingin aku capai :)

Saturday, January 12, 2013

Last day with you

Hujan. Hujan deras.
Di mobil aku bernyanyi riangDan kamu tertawa-tawa.

Mengira-ngira jalan yang benar.
Karena kau dan aku, kita sama-sama buta.

Tapi akhirnya sampai juga.
Ah, dingin, hujan, taman bermain, lampu warna warni, sweater hangat, dan kamu. Apa yang bisa lebih sempurna? :)


Hari terakhir bersamamu.

Sebelum jarak mengambil alih.

Sebelum menunggu lebih lama lagi.

Biar hari ini menjadi milikku dan milikmu.

Dan kita duduk di terpaan angin yang sejuk.

Tidak mengerjakan apa-apa.

Hanya duduk, bicara, dan tertawa.


Berada bersamamu.

Ada dan bisa menyentuhmu.

Cukup membuatku tersenyum berhari-hari.

Melihat langsung wajahmu.

Dan caramu tertawa.

Dan caramu menyetir.

Dan caramu merangkulku.

Iya, aku rindu :)


Bila Tuhan berkehendak. Dan aku harap begitu.

Semoga waktu mempertemukan kita lagi.

Tidak, aku tidak menangis.

Lihat, mataku kering..

Pipiku tidak sembap lagi..

Aku ingin mengenangmu dengan seperti itu.

Dengan pipi merah dan perut sakit karena terlalu banyak tertawa.

Aku tidak mau menodai hari ini dengan air mata.


Tunggu aku, nanti kita bertemu lagi.

Tempat dan waktu yang berbeda.

Aku, kamu, dan rasa yang sama. :)

Sunday, January 6, 2013

Hariku dengan Paulo Coelho

Hari ini biarkan aku berdua bersama Paulo Coelho..
Biarkan aku duduk dengan tenang dalam kesendirianku..

Biarkan aku menyesap chocolate frappe-ku yang manis..


Sambil terlarut dalam dunia yang ia ciptakan..

Hari ini biarkan waktu berjalan sesuai kehendaknya..

Sekali-kali aku tak akan melihat jam dan terburu-buru pulang..

Biarkan aku mendalami perenungan dengan beliau..

Biarkan beliau mengajarkan aku sesuatu..

Biarkan aku tersesat dengan kata-katanya yang membius indra..

Hari ini biarkan aku sendiri saja..

Biarkan aku saja bertukar pikiranku dengan Paulo Coelho..

Biar aku sampaikan apa yang membuatku tidak setuju..

Biar beliau sampaikan apa yang beliau maksud ketika menulisnya..

Agar kemudian aku tidak salah tafsir dan salah mengartikan..

Hari ini biarkan menjadi hariku yang tenang dan santai..

Biarkan saja ketika aku terlihat melamun atau terlihat bosan..

Jangan bangunkan aku ketika kadang aku tertidur..

Sambil menggenggam erat warisan abadi Paulo Coelho..

Mungkin aku butuh mengistirahatkan mata..

Aku masih bisa bertemu dengannya, dalam alam mimpi yang tak berdimensi..

Hari ini biarkan saja aku sendiri...

Ada Paulo Coelho yang menemani aku...:)

Dan esoknya.....mungkin Nicholas Sparks, atau Clara Ng, atau Mitch Albom..


Atau kamu...:)

Saturday, January 5, 2013

Generasi Kami

Kami adalah generasi itu..
Generasi yang tidak bisa hidup tanpa sambungan selular..
Kami hidup di dunia yang paralel..
Kami membawa ponsel pintar, tablet, dan laptop kami kemana-mana..

Kami adalah generasi itu..


Generasi yang selalu membawa charger di dalam tas..

Generasi yang tidak tahan menjauhkan jari dari keyboard2 mungil..
Pesan singkat dan BBM adalah penyambung nyawa kami..
Tanpa kehadiran mereka, kami seperti kehilangan jiwa..
Tak tahu harus bagaimana, tak tahu harus berlaku apa..

Kami adalah generasi itu..

Generasi yang lebih peduli pada baterai hp kami..

Daripada kicauan polos anak-anak kami..
Generasi yang bisa duduk bersama di meja yang sama..
Namun tidak mengucapkan sepatah kata pun satu sama lain..
Kami berada di dunia yang berbeda..
Dia berada di kaskus, kamu berada di twitter, aku berada di online shop, dan yang lain berada di dunia yang lain..
Raga kami bersama namun pikiran kami bermil-mil jauhnya..

Kami adalah generasi itu..


Generasi yang melakukan apapun sambil melihat ponsel..

Berjalan kaki, mengemudi, memancing, bahkan membuang air..
Kami candu pada kehadiran ponsel dalam genggaman tangan..
Kami kira hanya NAPZA yang membuat ketagihan..
Tapi kami tidak sadar..
Kehadiran ponsel ternyata adikif bagi kami..

Kami adalah generasi itu..


Generasi yang tidak lagi mengenal kerja bakti dan kartu natal..

Kami gantikan semuanya dengan pesan singkat dan broadcast pesan..
Agar semuanya lebih canggih...dan di saat yang sama, lebih dingin..
Kami tidak peduli ia berulangtahun yang ke berapa..
yang ini bertunangan dengan siapa..
siapa yang meninggal dan harus dimakamkan..
buat kami, mengucapkan SELAMAT, MAAF, dan TURUT BERDUKACITA..
cukup dengan mengutus jari-jari kami...
menekan tombol SEND..dan selesai sudah kewajiban..
tidak perlu repot-repot memeluk, merangkul, ADA disana..

Kami adalah generasi itu..


Generasi yang menghindar bertatap muka..

karena kami lebih nyaman bertukar kabar lewat saluran huruf..
kami bisa berpura-pura senang, sedih, atau peduli..
berpura-pura peduli..berpura-pura tertarik..

tidak ada yang tahu, tulisan bisa berbohong..
kami cakap dalam berpura-pura..


Kami adalah generasi itu..


Semoga anakku, kau bukanlah salah satu dari generasi kami..
Karena aku takut nyawamu terancam, melihat dimana-mana mata manusia tertuju pada ponselnya..
Karena aku takut kamu melupakan ikatan kekeluargaan dengan orang-orang di sekitarmu..

karena aku takut kamu terjebak, di antara orang-orang munafik yang berpura-pura peduli..

Karena aku takut, kau juga hanya berpura-pura peduli padaku...

Friday, January 4, 2013

Menulis adalah Cara

Menulis mungkin..
adalah cara terbaik untuk menuangkan rasa..
kata-kata yang mengalir ketika jari bertumpu pada keyboard..
dan pikiran yang terus menerus mengirim pesan..
dan hati yang sedang merasakan sesuatu..
dan mata yang bergerak awas membaca kata-kata yang tertulis..

Menulis mungkin..
caramu mengabadikan diri..
menghidupkan sanubari lagi melalui perenungan..
membaginya dengan orang lain..
orang-orang yang bahkan tak pernah bertemu, bahkan tak pernah mendengar namamu..
tapi bisa merasa terinspirasi, berempati, menghayati...

Menulis mungkin...
cara untuk berubah..
mencairkan kekakuan hasil pemikiran..
agar ia tidak mengendap sia-sia dan mati..
supaya ia hidup, walau tidak utuh, dalam pemikiran orang lain..
dan terus hidup seperti itu..
terus mengalir, menjadi warisan yang tak ternilai..

Menulis mungkin..
cara terbaik untuk membawa perubahan..
karena kata-kata punya kekuatan yang tak terhingga..
karena apa yang kamu tulis..
bisa membawa perubahan..sekecil dan sebesar apapun itu..

perubahan untuk 1 orang..
untuk seisi rumah..
untuk seisi kota..
atau seisi dunia..:)

Arti Perjalanan

         Aku tak mengerti mengapa orang-orang mengeluh, ketika harus berpergian dengan bus, angkutan kota, pesawat, bahkan kendaraan pribadinya sendiri. Aku tak mengerti mengapa mereka bersungut-sungut ketika jalanan macet atau angkot memutuskan untuk ngetem di suatu tempat. Mungkin karena mereka terburu-buru, atau bosan, tidak tahan terus menerus duduk dan menyaksikan kemacetan yang sama. Mungkin karena tidak tahan dengan panas yang menyengat kulit atau aroma yang bercampur baur dari berbagai manusia yang ada di sekitarnya.
       Dan entah kenapa, aku suka. :) Aku menikmati perjalanan, sependek dan sepanjang apapun perjalanan itu. Aku menyukai perjalanan kemanapun destinasi itu berakhir. Karena dalam seutas perjalanan itu, aku bisa bergelut dengan diri dan pikirku sendiri. Karena aku seperti berada di luar kotak kaca dan memperhatikan setiap detail yang terjadi di dalamnya. Aku seperti menyaksikan drama kehidupan manusia dengan segala liku dan persimpangannya. 
        Aku bisa merasa betah dan merasa tersesat di waktu yang sama. Duduk di bus, dengan jendela yang dipenuhi rintik-rintik air hujan. Dan melihat ke bawah, melihat para pengendara motor yang harus bertempur dengan hujan, yang membonceng istri dan 2 anaknya, kadang  kehilangan keseimbangan, kadang tergelincir karena lubang-lubang di jalan raya. Dan aku bersyukur aku masih diberi kesempatan untuk naik bus atau kendaraan dengan AC dan atap yang nyaman. Kesempatan untuk tidak kehujanan, untuk duduk dengan lega, dan bisa memejamkan mata.
       Aku bisa berpikir panjang dan melamun, dan hilang dalam duniaku sendiri. Dunia tempat aku merenung, dan berpikir, dan mengeluarkan pendapat, tanpa harus dihakimi oleh orang-orang yang tak mengerti (dan tidak pula mencoba menghargai) betapa uniknya pemikiran seorang manusia.Mereka tidak mengerti bahwa tidak ada satupun pemikiran manusia yang bodoh, atau tidak masuk akal, atau sok suci. Bahwasanya otak memiliki jalan kerja sendiri, yang berbeda satu sama lain, yang perlu dipelajari, dan dihargai. 
         Seringkali ketika duduk di bandara, atau kereta api, atau angkutan umum, aku menebak-nebak apa yang sedang dipikirkan oleh orang-orang yang berada bersamaku ini. Yang sedang menanti dengan tidak sabar untuk bertemu orang-orang terkasih, dan sebaliknya, dengan sendu merasakan kerinduan setelah baru saja meninggalkan mereka. Atau sepasang kekasih yang berlibur, atau seorang bapak dengan senyum bahagia tak sabar melihat dunia baru yang menanti di depannya, atau sang eksekutif muda, dengan senyum bosan dan tidak sabar, sibuk memainkan gadget di tangan kiri dan kanan. Dan masih ada anak muda dengan pakaian sederhana, membaca novel karangan Pramoedya, laiknya seorang sastrawan, ia bersahaja dalam kebesarannya sendiri. Dan seorang fotografer di sisi yang lain, cakap memperhatikan hasil potret dalam kamera kesayangannya. Atau seperti aku, yang duduk dengan mata terpejam dan mendendangkan lagu, sambil membayangkan suasana rumah dan kebahagiaan yang tersimpan di dalamnya. Dan hangatnya makanan buatan ibu, pukulan bersahabat dari adikku, atau ayah yang selalu menyambut dengan senyum hangat. 
             Aku suka perjalanan. Karena jika kamu membuka mata dan mengamati, mendengarkan, berpikir....kamu akan menyadari bahwa perjalanan tidak hanya membawa raga, namun juga membawa pikiranmu pada pengembaraan panjang. Maka berjalanlah...nikmatilah perjalananmu. It's on the journey, not the destination. :)