Sunday, February 23, 2014

Puisi dan Kota


Kata seorang filsuf puisi adalah lagu yang melantun
Ketika lidah kehabisan kata, dan otak kehabisan ide
Kata seorang filsuf inderamu menjadi jauh lebih peka
Pada susunan paragraf, kata, dan rima


Tergugu, terdiam
Di dalamnya terdengar jarum jam berdetik
Hai, kamu sudah semakin dewasa
Jari lentikmu menari
Kacamatamu sedikit berdebu
Sanak membaca buku
Lekuk wajahmu selalu serius
Kadang jemarimu menyisir lembut
Helai-helai rambut wangi lavender
Sweatermu tampak usang
Namun aku tahu itu alamat terlalu sering kau pakai
Cucilah, aku mendengus.
Walau dengan senang hati aku akan
Bergelung di dalamnya.
Kamarmu nyaman.
Selimut percamu menggantung di tepi ranjang.
Pasti alamat tidur siang yang kebablasan.

Hidupmu ramai, tapi di saat yang sama terasa sepi.

Hai, bagaimana kabar?
Kata orang Sunda kumaha kabarna?

Tersenyum. Kadar senyummu keterlaluan.
Sungguh manis.
Ah, sungguh kota ini punya cerita.

My Kind of Serendipity




Serendipity adalah ketika makan soto jam sebelas malam dengan teman-teman tersayang. Kemudian bernyanyi bersama dengan pengamen jalanan bertindik tiga. Berlarian di jalan tanpa peduli kendaraan.

Serendipity adalah ketika tersasar di kegelapan. Tapi tak tergesa pulang.

Serendipity adalah ketika kehujanan. Tapi tak influenza, malahan berlama-lama melangkahkan kaki. Supaya rintik hujannya terasa lebih lebih lagi. Ingin tersenyum lebar karena tiba-tiba kebahagiaan terasa begitu mudah, tapi aku takut dianggap gila.

Serendipity adalah menyesap minuman kesukaan. Dan ngobrol berjam-jam. Mengalir saja tanpa batas dan dinding.

Serendipity adalah mendapatkan pelajaran hidup dari para senior. Para dosen, tukang angkot, hingga penjual warung di sebelah kos. Kesempatan untuk belajar.

Serendipity adalah bertemu dengan orang-orang hebat. Serendipity adalah bertemu dengan orang yang tak disangka-sangka, di saat-saat yang tak terduga pula.

Serendipity adalah menyusuri trotoar dengan ransel biru dan permen karet. Sneakers coklat dan rambut dikuncir. Tak ada arah, aku ikut kemana kaki menuju.

Serendipity adalah pemandangan di kaca jendela. Kos. Dan Kereta. Dua hal kesukaan. Lamunan akan terbang dan hinggap ke awang-awang.

Serendipity adalah mendengar kata-kata sederhana dari orang-orang penuh makna.

Serendipity adalah menemukan, tanpa harus mencari.

Juga cinta.

Saturday, February 8, 2014

A Letter


Hey little girl, I know you’re being vulnerable lately. It’s been hard and complicated, and you feel like running away as far as your feet can do. You feel like there’s no point of faking a smile nor pretending to be happy when you’re actually not. You shut your self, push people away, be all alone is exactly what you think you need. Hey, you’ve been through this. And if you could nail it once, I’m sure you will do, too, this time.

I’m not gonna tell you that I know your feeling, because no one ever ease the pain by saying that. But remember this, you are worthwhile. You’re the one person who’s constantly saying that no one could ever define you. No one MAY ever define you. You find your own definition and live your life just by the way you want it. And I got your back on that. If there’s one advice, I need you to tell the world that you’re okay. That you fall seven times, but you can get up eight.
 That you are stronger than anyhow severe your wound is. Tell the world that you’re gonna rise back.
 Now you might be in the bottom, but after this there’s no other way to go than up. I can’t recommend you a book, or a song, or a video, to abolish your memories completely. They will always be there. They will always remind you of something joyful, funny, terrible, and extraordinary in your life. But don’t look back too often. It hurts you more. To wonder with all the “What if”s. The only thing you need to take from your past is the lessons. Lessons to shape you into a better person. To learn from experience and become wiser. To evaluate yourself and fix the broken parts.

Hey, little girl, you can cry as much as you want. If it is what it takes to heal your scar. But for me, moving on is the best way. Carry on stronger. Forget about love and all the pain it caused you all this time. Maybe this time you need to be on your own, on your road, all alone. Walk it like you mean it. I’ve seen your dreams, I’ve seen your biggest fear. I’ve seen that you’re not one of those pathetic girls whose world stops spinning just because of some guy. You’ll be fine by yourself. You can focus on your study, and struggle even more fiercely for your dreams. Hey, I know you can. Do you think you’re gonna let a guy trespass your path and ruin your lifetime-plan? Because I don’t.

Hey little girl, life moves pretty fast. Life goes on without caring whether you’re broken or you’re on fire. Time won’t wait you, you gotta catch up. So don’t take too long to mourn, it’s pointless. You see, these past two decades have taught me that the time will always be right. Never too early and never too late. Be patient, some things take longer time than the other. I will always pray for you. For your dreams and for your happiness. And I hope God will send you His best angel to guide you for the rest of your life. If it’s meant to be, it will always find its way. Believe me. :’)

08.02.14
 [F] Savo.

Friday, February 7, 2014

Couple Year Minus Twenty Three


Tuhan aku capek. Aku capek terlibat sama yang namanya cinta lagi. Sungguh aku capek. Aku tak suka sesuatu yang berakhir. Manusia mana yang suka? Apalagi mengakhiri sesuatu yang demikian menyenangkan seperti cinta. Tuhan, aku memang perempuan biasa. Sedikit bawel, sedikit dekil, sedikit terlalu ekspresif. Dan kamu memberikan aku laki-laki yang selalu terlalu baik. Yang selalu menerimaku apa adanya, yang tak pernah membandingkan aku dengan perempuan lain.

Tuhan, aku menulis bukan untuk mengeluh. Bukan untuk bertanya kenapa harus begini jadinya. Aku menulis karena aku capek dan aku tidak mau membuat teman-temanku bosan mendengar aku bercerita. Jadi aku menumpahkan semuanya pada-Mu. Aku tidak tahu masa depan seperti apa yang akan menungguku bertahun-tahun yang akan datang. Dan akan seperti apakah diriku nanti. Tapi aku bertekad untuk tak dekat-dekat dan tak main-main dengan rasa. Aku takut kecewa lagi. Takut mengakhiri dan sakit hati.

Tuhan, aku capek. Aku capek bicara. Kadang aku hanya ingin tinggal di kamar seharian dan baca buku. Aku ingin lari, lari dengan buku yang tak butuh mendengarku berbicara. Kadang aku hanya ingin duduk di daun jendela dan melamun melihat sesuatu yang tak perlu dilihat. Melihat rumah, awan, dan merasakan angin. Aku capek harus menjelaskan apapun beserta tetek bengek alasannya. Mungkin hujan akan membantuku melepaskan sesuatu yang bukan milikku.
 Aku capek makan. Aku tak berselera menyantap apapun. Satu-satunya alasan aku mau makan adalah karena aku tidak mau sakit. Aku sudah cukup sengsara. Aku tak perlu lagi jatuh sakit dan tak bisa apa-apa.
 Aku capek pergi. Aku suka berjalan, tapi tidak hari ini. Aku tak punya niat untuk melihat film sebagus apapun, atau pergi ke tempat seindah apapun. Aku capek bergulat dengan pikiranku sendiri. Mungkin aku lebih baik tidur seharian dan hanya bangun ketika aku harus kuliah.

Tuhan aku capek. Entah kenapa. Aku hanya ingin berjalan, walau lambat, tapi ke arah yang benar. Aku ingin duduk di gereja-Mu dan mendengar kesunyian yang berkata. Aku hanya ingin fokus pada kewajibanku, pada mimpi-mimpi yang tak pernah pergi. Seseorang pernah berkata, katanya tidak baik jika kita terlalu sayang pada manusia. Karena manusia bisa datang dan pergi sesukanya.
 Tapi Kamu tidak. Maka Tuhan, sini mendekatlah padaku.
 Kalau aku seorang yang tak beriman, aku tak tahu kini aku harus berpegangan pada siapa.
 Untunglah aku punya Kamu. Tuhan, berkati aku :”)

06.02.14
 [F]