Showing posts with label sukses. Show all posts
Showing posts with label sukses. Show all posts
Sunday, August 9, 2015
Thursday, June 18, 2015
Biggest Fear
Do you really want to know what my biggest fear is? Not that I will fail my marriage, or not being able to find someone worth-marrying-for, or having a decent life and not the super-rich one, none of them are my biggest fear.
My biggest fear would be: not being able to chase after my dreams. Whether or not I manage to get those dreams are completely different story. But I have this one life. This one chance. And I’m not about to blow it by living ordinarily. My biggest fear would be: Marrying someone and regretting that very decision. Marriage is not a must, that is often forgotten. Marriage is a choice and unless there’s super special person that can assure me that “together” is far better than “alone”, I will not take that choice.
My biggest fear would be: sitting in my office cube, doing the same thing everyday in my life, browsing the latest travel photos and wallpapers, convincing myself that I, too, can experience that one day. I want to see and explore the world. I want to expand my knowledge and my self. And that can’t be done by sitting in the office cube, doing reports, obeying the boss. If we do not have big enough dream, we’ll end up working so hard to fulfill someone else’s dream.
My biggest fear would be: not having time to do my favourite things, reading books, going on an adventure, escaping every now and then. Life shall be full of impromptu journeys and laughs, jawbreaking sceneries and events, thrilling sneak-out and road trips.
Oh, what whould it be if all our teenage dreams and ambitions are gone to waste? What if we live the life, the same ordinary way with 7 other billion people? What if at the end of our life, we look back and regret the chances we did not take?
That would be my biggest fear, of all.
[f]
My biggest fear would be: not being able to chase after my dreams. Whether or not I manage to get those dreams are completely different story. But I have this one life. This one chance. And I’m not about to blow it by living ordinarily. My biggest fear would be: Marrying someone and regretting that very decision. Marriage is not a must, that is often forgotten. Marriage is a choice and unless there’s super special person that can assure me that “together” is far better than “alone”, I will not take that choice.
My biggest fear would be: sitting in my office cube, doing the same thing everyday in my life, browsing the latest travel photos and wallpapers, convincing myself that I, too, can experience that one day. I want to see and explore the world. I want to expand my knowledge and my self. And that can’t be done by sitting in the office cube, doing reports, obeying the boss. If we do not have big enough dream, we’ll end up working so hard to fulfill someone else’s dream.
My biggest fear would be: not having time to do my favourite things, reading books, going on an adventure, escaping every now and then. Life shall be full of impromptu journeys and laughs, jawbreaking sceneries and events, thrilling sneak-out and road trips.
Oh, what whould it be if all our teenage dreams and ambitions are gone to waste? What if we live the life, the same ordinary way with 7 other billion people? What if at the end of our life, we look back and regret the chances we did not take?
That would be my biggest fear, of all.
[f]
Friday, June 13, 2014
Balancing Life
It’s so much easier to
master one stuff at a time. Di antara bermain,
belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga, mengajar,
menulis, berdiskusi, rapat, mudah sekali untuk menyisihkan satu kegiatan demi
kegiatan lainnya. Mudah sekali untuk mengabaikan sebagian besar dan fokus pada
beberapa hal yang kita prioritaskan. Damn
right it is.
Yang susah adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan dalam
hidup. Yap, hidup membuka ribuan kesempatan emas setiap hari. Lika-liku yang
tepinya tak berujung. Persimpangan yang selalu baru. Satu pilihan dapat
mengantarkan kita ke jalan yang sama sekali baru. Mudah memang untuk secara
konstan belajar dan belajar terus menerus. Lama kelamaan belajar menjadi
kebiasaan, kemudian menjadi kebutuhan. Kemudian kita menempatkannya dalam nomer
pertama prioritas hidup kita. Dan melapangkan dada untuk merelakan yang lain
tidak terurus. Kita tidak meluangkan waktu untuk berolahraga, untuk menulis,
untuk berdoa, bahkan. Tapi ada hal baiknya pula, bahwa lama kelamaan belajar
menjadi hal termudah yang dilakukan. We’re
being good at it. We’re being expert.
But reality does bite, ketika kita menjadi amat
pintar dan adiktif pada kegiatan belajar, kita kehilangan waktu untuk mengukir
kenangan dengan teman-teman terdekat. Kehilangan waktu untuk berpergian ataupun
bersenang-senang barang sejenak. Dan kita selalu lari, kembali pada apa yang
membuat kita nyaman, kita kembali ke meja belajar dan duduk mempelajari buku
tebal untuk pelarian. Mudah bukan?
Yang susah adalah mengolah 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu
itu ke dalam wadah yang bisa memuat kesemua kegiatan. Meluangkan waktu untuk
bermain, belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga,
mengajar, menulis, berdiskusi, dan rapat. Tidak ketinggalan satu pun. Susah
sekali memang, tapi yang susah bukan berarti tidak mungkin. Waktu adalah milik
kita sepenuh-penuhnya. Waktu juga lah yang akan membuktikan apakah kita
benar-benar bisa menggunakannya dengan baik. Waktu setiap manusia sama, tapi
ada manusia yang menjadi milyarder dan ada manusia yang overdosis obat-obatan.
Ada manusia yang memecahkan rekor dunia dan ada manusia yang kerjanya mencopet
pusat perbelanjaan. It’s up to us.
Jadi, aku pilih yang kedua. Yang walaupun kadang mataku bengkak
karena tidak tidur, atau kadang terkapar berhari-hari karena kegiatan dan
kesehatan tidak sinkron, atau kadang ingin jambak-jambak rambut karena deadline
dan pekerjaan berlarian mengerjar. Tapi bukankah itu kunci kebahagiaan? Tentang
keseimbangan dalam hidup. Entahlah. Aku rasa iya. :’)
05.05.14
[F]
Wednesday, May 28, 2014
KSMPMI
Terima kasih. Kita adalah keluarga tanpa perikatan darah. Tanpa
kontrak dan tanpa janji apapun. Kita satu, karena kita mau.
Selesai lagi setahun yang penuh cerita dan pelajaran berharga. Sisa
satu, yang terakhir. Aku masih ingat saat-saat ketika pertama kali aku mengisi
namaku dan mengikuti wawancara pertama untuk masuk dalam KSMPMI. Aku ingat aku
membicarakan tentang Rohingya dan tentang Suriah. Konflik berkepanjangan yang
hingga kini pun masih ada. Aku ingat tatapan kagumku pada orang-orang yang ada
di dalamnya. Para koordinator dan para kakak kelas. Betapa inginnya,
melanjutkan jejak mereka.
Time flies, indeed. Dua tahun ini betul-betul dua tahun yang penuh dengan
kesan. Dengan pelajaran baru dari orang-orang hebat. Aku banyak belajar dan
menerima pengalaman dari orang-orang ini, yang begitu rendah hati dan kaya
wawasan, namun mau berbagi ilmu dan berkembang bersama-sama kami. Selangkah
demi selangkah kami tapaki bersama-sama. Hari Kamis untuk Socratime dan hari
Rabu untuk diskusi internal. Hampir selalu di tempat yang sama. Pertukaran
pikiran yang diselingi percakapan penuh canda. Selalu hangat, selalu
menyenangkan. Setiap pertemuan rasanya seperti sedang berkumpul bersama
saudara, dan bukan terasa seperti rapat.
Aku tidak lupa bagaimana KSMPMI sedikit banyak merubah cara
pandangku terhadap berbagai hal. Something
I don’t earn from classroom. Aku merasa seperti mahasiswa sungguhan, yang
berdiskusi berjam-jam tentang hal yang sering dianggap remeh temeh oleh
sebagian orang. Aku bisa memahami hal-hal yang dulunya aku hindari, topik
tentang Timur Tengah misalnya. Hahaha. Being
in this organization encourages me to always improving myself. Bahwa di
atas langit mash ada langit, dan kita tak boleh sombong. Sama sekali tidak.
Akan selalu ada seseorang yang datang dan membuktikan bahwa kita pun bisa
salah, kita pun bisa kalah. It also
teaches me to speak up my stance. Bahwa kita harus berani bicara. Harus
berani punya prinsip dan tak sekedar dibawa kata kemana-mana. Bahwa kita berani
stand up for something. Tapi di saat
yang sama, kita juga tidak takut untuk dikritik dan ditantang dari perspektif
yang berbeda.
Sungguh, aku sudah mendapatkan banyak sekali hal dari KSMPMI ini.
Jauh lebih banyak dari apa yang aku dapatkan di ruang kelas. Dua tahun aku
telah mendapat, kini setahun terakhir mungkin adalah saat yang tepat untuk
memberi. Memberi kontribusi terakhir untuk KSMPMI, membalas dengan penuh apa
yang telah diberikan. Saatnya untuk mengembalikan.
Memang tak ada awal yang tak ada akhir. Tak ada mulai yang tak ada
selesai. Kini saatnya melanjutkan karya dari kakak-kakak, menjaga titipan yang
mereka minta. Tamen non cesta.
Perjuangan belum berakhir! :”)
Sunday, April 27, 2014
What People Should Not Be Anti Of
Manusia boleh anti pada
apa saja. Itu hak mereka. Suka tidak suka harus diterima. Dan kita tidak bisa
memaksa apakah mereka harus begini begitu. Memang manusia sebaiknya tidak
mencampuri urusan manusia lain. Panjang masalahnya. Dan tidak ada yang akan benar-benar
kalah atau menang. Karena dari awal itu seharusnya tidak perlu diperdebatkan.
Tapi menurutku, manusia
tidak boleh anti terhadap 3 hal. Anti-perubahan.
Anti-kritik. Anti-kritis.
Manusia tidak boleh anti pada perubahan. Perubahan bisa
berarti banyak hal. Ideologi baru, kenalan baru, tempat baru, situasi baru,
bahasa baru, dan segala yang membuat mereka mungkin terdesak dan ingin kembali
ke zona yang nyaman. Bear in your mind,
changes are inevitable. Tidak ada hal yang abadi di dunia ini kecuali
ketidakpastian itu sendiri. Dan ketidakpastian berkarib dengan perubahan. Bahwa
tidak ada satu hal pun yang benar-benar sama dari awal hingga akhir. Bahkan
manusia. Dan karena itulah maka manusia harus bisa menerima perubahan. Kapanpun
dan dimanapun. Manusia yang siap menerima perubahan - atau, yang siap membuat
perubahan - adalah manusia-manusia yang akan maju puluhan langkah lebih jauh
dari manusia yang memutuskan untuk menutup diri dan tinggal selamanya dalam
kepompong besar yang nyaman namun mematikan.
Aku percaya bahwa setiap
manusia punya kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif. Bahwa pada
dasarnya manusia itu diciptakan untuk selalu mencari dan membuat hal-hal yang
baru. Tapi kemampuan ini butuh latihan. Dan begitulah, semakin sering ia
membuka pikiran pada ide-ide dan hal-hal baru, akan semakin tajam kemampuannya
untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya semakin koservatif dia pada
pemikiran-pemikiran asing, maka seumur hidupnya tidak akan pernah ia
menciptakan sesuatu yang fenomenal. Selamanya ia hanya gidup menjadi pengikut
dan bertanya-tanya dalam hati mengapa dunia perlu berubah sedahsyat ini.
Manusia juga tidak boleh anti-kritik. Because the more we know about everything, the more we feel like we
don’t know anything. Orang-orang hebat itu tidak pernah merasa bahwa diri
mereka hebat. Mereka hanya sangat-sangat menghargai proses belajar, mereka
sangat mengerti bahwa ada manusia-manusia yang lebih hebat di luar sana. Feedbacks
are important to develop oneself. Karena orang-orang yang anti-kritik
tidak akan maju terlalu banyak. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mengajarkan
sesuatu pada orang yang merasa tahu segalanya? Bagaimana bisa mengucapkan
sesuatu pada orang yang hanya peduli pada pendapatnya sendiri? Ada orang-orang
yang anti dikoreksi, defensif, dan selalu membela diri sendiri. Orang-orang
yang simply can’t say “I don’t know
that.” Aku suka feedback. Any kind of
it, even the most bitter one. It may not be uncomfortable to hear, but it is a
relief to find out how people perceive us, or our works. Kacamata diri
sendiri dengan kacamata orang lain bisa demikian berbeda. I’m not saying that we have to please everybody, but simply listening
to them can gives us a whole new perspective. Maka manusia harus tahan
kritik. Itu tanda bahwa ia mau berubah menjadi lebih baik.
Terakhir, anti-kritis. Susah sekali mengajak
orang untuk berpikir kritis, untuk mempertanyakan segala sesuatu dan tidak
menerima mentah-mentah apa yang ia baca, ia dengar, dan ia lihat. Justru kritis
adalah hal yang sulit untuk ditumbuhkan, terlebih jika ia terbiasa didoktrin
dengan ajaran-ajaran feodal nan dogmatis. Kritis berarti berani mempertanyakan
segalanya, tidak asal angguk-angguk kepala dan menurut. Kritis berarti berani speak-up, mengutarakan pendapat diri
sendiri. Kritis berarti menerima bahwa tidak ada satu hal pun yang luput dari
cacat dan kekurangan. Kritis berarti berani mencari tahu dengan cara apa pun,
mengeluarkan usaha ekstra untuk mendapatkan jawaban dari hal-hal yang jarang
orang perdebatkan. Kritis berarti lepas dari segala bentuk perbudakan pikir dan
ajaran-ajaran yang tak masuk akal. Manusia yang anti-kritis adalah target yang
paling mudah untuk dipengaruhi. Yang mudah terombang-ambing karena tidak berani
menantang otaknya untuk bertanya. Dan jumlah manusia seperti itu, banyak
sekali.
Manusia boleh anti pada
apa saja. Pada agama, makanan, ajaran, orang, suku, negara, dan sebagainya.
Boleh, itu haknya. Who are we to judge? Tapi buatku, manusia tidak boleh anti-perubahan, anti-kritik, dan
anti-kritis. Itu saja.
26.04.14
[F]
Saturday, December 7, 2013
How Life Works
Oh dear, kadang hidup
punya cara terbaik untuk membuat kita berpikir bahwa kita yang tahu segalanya.
Tapi semenit kemudian ia memutarbalikkan hidup kita dan membuat kita merasa
bodoh dan dikelabui. Oh sungguh. Hidup punya cara-cara yang menyebalkan sekaligus
lucu untuk menunjukkan bahwa kita ternyata tidak tahu apa-apa. Wise men said,
“just when you thought you master one thing, life has misterious way to show
you that you’re still nothing”.
Oh dear, kadang kita
terbang tinggi tanpa sadar bahwa sepatu kita tertinggal di telapak bumi. Dan
kita merasa semua orang menanyakan apa yang mereka tidak ketahui kepada kita.
Dan seketika rasa superior itu menenggelamkan kerendahan hati yang kita pupuk dengan
susah payah. Oh sungguh. Banyak sekali orang yang terbang jauh tanpa tahu
kemana harus melandaskan diri. Kita hanya punya satu telapak, dan di sanalah,
dimana kita akan kembali hidup setiap kali kita menginjak. Kamu harus terbang.
Tapi perlahan dan seirama. Kamu tidak harus melesat. Kamu hanya perlu melayang
lebih tinggi dari hari ke hari.
Oh dear, tenanglah. Kita
semua punya kesempatan yang sama untuk membuktikan diri. Jangan biarkan
kata-kata orang mendiktemu untuk melakukan apa yang tidak kamu sukai. Kalau
kamu percaya, benar-benar percaya, bahwa hidup hanya sekali, mungkin kamu akan
berpikir dua kali untuk melakukan tindakan-tindakan bodoh. Dan sebaliknya kamu
akan mencoba untuk memberi yang terbaik, di setiap upaya yang kamu poles dengan
hati-hati. Oh sungguh. Kamu harus percaya bahwa tak ada kerja keras yang
mengkhianatimu. Kamu akan mendapatkan sesuatu, entah apa. Ilmu, pengalaman,
pelajaran. Bukankah hal-hal yang tak bisa dilihatlah yang berarti begitu besar?
Oh dear, mari berjalan
bersama-sama. Dan melayang lebih tinggi seiring dengan hari-hari yang lewat.
Dan menundukkan kepala, menanam kerendahan hati, jauh, jauh hingga ke akar.
Niscaya, aku dan kamu akan bertemu nanti. Aku dan kamu yang lebih baik.
Friday, July 12, 2013
Better or Best
Sudah malam, tapi aku masih melek, masih
memegang iPod biru ku di tangan, meskipun kepalaku sudah lengket dengan bantal.
Malam ini aku sedang ingin merindukan orang-orang yang bersekolah di SMA yang
sama denganku.
Dan aku harus takjub. Aku harus menunduk dan
minta maaf. Ini dia! Salah satu cara Tuhan yang tidak pernah ingin anak-Nya
berpuas diri. Ini dia! Sedikit kejutan untuk sekedar menyadari bahwa jalan
hidup manusia ternyata benar-benar ada di telunjuk kanannya.
Orang-orang yang dulunya pernah seruangan
denganku, pernah mendapat bimbingan dan pengajaran dari bapak/ibu guru yang
sama, pernah duduk di bangku kayu yang sama, memandang papan yang sama. Kini
sudah bertebaran layaknya dandelion menerbangkan anak-anaknya. Putik dandelion
menunggu angin agar bisa menyebarkan keindahannya. Demikian juga kini , semua
mendapatkan dan menekuni jalannya masing-masing.
Benar kata seseorang, hidup itu bukan
perlombaan. Hidup itu bukan bersaing untuk menjadi yang terbaik, terkaya, atau
yang tersoleh. Hidup itu bukan mengejar kesempurnaan. Hidup itu bukan berlomba
menyelesaikan gelar sarjana, melepas masa lajang, atau mendapatkan pekerjaan
pertama. Bukan mengenai siapa yang menang dan siapa yang kalah. Karena bahkan
ukuran materi pun tidak cukup untuk menghitungnya.
Hidup itu, ternyata perlombaan dengan diri
sendiri. Barusan, setengah jam yang lalu, aku baru saja disadarkan. Iya, aku
harusnya berlomba dengan diriku sendiri. Bukan melihat keberhasilan orang lain
kemudian berusaha menirunya. Bukan melihat teman yang jatuh kemudian berlari
kencang meninggalkannya.
Karena jalan kita berbeda. jalan kita bercabang,
menjadi 7 miliar. Dan percayalah, tidak ada 1 pasang pun yang jalan hidupnya
senantiasa sama. Kita melangkahkan kaki di makadam yang berbeda. Dan kita
bersinggungan arah dengan yang lain.
Kadang untuk beberapa hari, kadang untuk
beberapa tahun, kadang, untuk seumur hidup.
Mungkin itulah yang membuat hidup semakin seru
untuk dijalani. Karena mengalahkan diri sendiri lebih susah daripada
mengalahkan the Avengers sekalipun. Karena di dalam hati kita selalu memaafkan
diri sendiri, selalu menunda-nunda, selalu mengasihani, selalu ingin memanjakan
diri sendiri.
Berlomba dengan diri sendiri berarti siap untuk
mengalahkan deadline2 yang kita tetapkan, mengerjakan tanggungjawab, mengejar
mimpi-mimpi yang kita patri. Jadi ketika aku menginginkan sesuatu, mulutku
hanya perlu membisu. Biar otak yang menuliskannya dalam diam. Biar sekali lagi
aku berjanji pada diriku sendiri untuk bisa mendapatkan apa yang aku mau. Biar
aku bertanggungjawab pada diriku sendiri, dan bukan kepada orang lain.
Percayalah, tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan dari dalam
diri sendiri.
Dan selayaknya perlombaan, kadang kita kalah.
Tapi sekali lagi hidup bukan mencari kesempurnaan kan? :)
Hidup itu bukan untuk menjadi lebih baik dari
orang lain..tetapi untuk menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri.
Wednesday, May 29, 2013
Defining Your Standard
Selamat
malam ! Selamat menikmati tanggal 29 ! Hari ini aku membaca artikel yang
menarik sekali di koran, judulnya “Standar”. Isinya tentang perbedaan standar
yang dipunyai oleh setiap orang. Standar apa saja, standar prestasi, standar
jabatan, standar kebahagiaan. Aku senang dengan tulisan Samuel itu.
Banyak
orang yang iri, orang yang tidak bahagia, orang yang selalu tidak puas terhadap
apa yang ia capai. Kenapa? Simply karena mereka menginginkan pencapaian orang
lain. Ketika aku udah mendapatkan gaji yang delapan digit, dan rekan bisnisku
mendapatkan sedigit lebih besar, kemudian aku jadi iri. Aku lalu tidak puas
dengan apa yang aku miliki dan kemudian murung sendiri, berpikir dunia ini
tidak adil, berpikir aku tidak cukup baik.
Padahal
standar yang dimiliki manusia itu berbeda-beda. Passion mereka berbeda-beda. That’s
why life seems so fun right? Bayangin aja kalau semua manusia itu punya passion
dan hobi di bidang yang sama, kemudian semuanya bekerja di bidang yang sama. How
boring that would be? (:
Jadi,
jika aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga punya mobil Mercy
keluaran terbaru, mungkin sebagian akan menjawab iya, sebagian akan tersenyum
sekadarnya. Karna untuk sebagian orang Mercy itu hasil kerja keras puluhan
tahun, hasil ribuan jam yang digunakan untuk berlelah-lelah. Tapi mungkin bagi
sebagian orang, Mercy itu hanya tradisi ulangtahun ke-17. Suka tak suka, bangga
tak bangga, orangtua merasa wajib mewariskan kendaraan mewah.
Jika
aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga bisa bekerja? Sebagian
akan dengan bersemangat mengiyakan, sebagian kemudian akan mulai memberikan
kuliah tentang seberapa-membosankan-rutinitas-yang mereka-jalani. Karena sebagian
orang menganggap bekerja itu sebagai berkat, apalagi bisa bekerja di bidang
yang mereka cintai. Setiap hari bangun dan melakukan apa yang menjadi hobi
mereka. They are happy, and its not all about the money. Lihat saja para
fotografer lepas yang melanglang buana ke berbagai tempat, belum tentu semuanya
mendapatkan gaji yang layak. Tapi apa mereka kemudian menyerah dan jadi
karyawan 8-5 ? Apa mereka kemudian menggantungkan mimpinya dan memilih
menjalani hidup (yang katanya cuma sekali)
dengan mengerjakan sesuatu yang mereka benci, setiap hari? Tidak. Dan sekali
lagi manusia itu berbeda-beda. Ada yang memilih untuk mengikuti standarnya. Ada
yang memilih untuk mengikuti standar yang ditetapkan oleh orang lain.
Tapi
sadarilah bahwa sebenarnya tidak ada yang bisa mendefinisikan standar
kebahagiaan kita. Aku mungkin tidak mendapat banyak materi ketika mengajar
anak-anak. Tapi materi bukanlah yang aku cari. Aku mencari kegiatan dimana
untuk sesaat aku bisa lepas dari segala rutinitas dan pergi berbaur dengan
dunia yang lain, dunia anak-anak SD yang masih polos dan lucu, dunia anak kecil
yang selalu aku kagumi. Disitu aku sedang mendapatkan kebahagiaanku.
Mungkin
setelah ini kita bisa berusaha mendengarkan hati kecil kita. Mungkin setelah
ini kita bisa merasa lebih puas mendapatkan gaji yang 8 digit, karena gaji itu
sudah cukup memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sudah cukup menyekolahkan anak, sudah cukup memberikan rumah yang
sederhana namun hangat, sudah cukup membawa keluarga berlibur sekali setahun.
Karena tidak ada surat garansi yang menyebutkan bahwa angka yang lebih besar
menggambarkan kebahagiaan yang lebih banyak pula.
Kamu
yang menentukan. You decide what to do, what to earn, what to give, in order to
pursue your happiness. Bukan orang lain. (:
Thursday, April 25, 2013
PMKT XVII
Well, hello
there! How’s April for you guys? For me, its a hell of a month. There’s a bunch
of task coming and many event held at the same time. I’m at my room right now,
my little-messy-yet-super-cozy-with-beautiful-view-from-the-window room. Aaah –
coming back to something familiar always makes us calm rightaway. Sooo, its
00.20 AM here. I just got back from “Pasar Malam Kampus Tiga yang ke-17”, FISIP
UNPAR’s biggest event of the year.
I have to say
I had a very enjoyable time today. I’m typing this with my sleepy eyes missing
my bed to lay down. I got a little push from GoodDay Funtastic Mocacinno
Coffee, I should drink that more often, I think it helped me little bit to hang
on.
PMKT XVII is
such a very awesome event. I’m in Fun Games division whose job is manage every
single games on the floor. And I’m surprised to see the enthusiasm of people
playing such silly yet exciting games.
Ah iya, kita
juga sampe bela2in sewa wahana khas pasar malem lho, dan dengan dekornya yang
super old-school, jadi kerasa banget tempo doeloenya, yang emang jadi tema
besar PMKT tahun ini. Lampu warna, warni dari bianglala, lampu panggung, sepeda
onthel, dan makanan2 jadul bisa nyulap Unpar jadi tempat nostalgia masa kecil
deh.
there you go!
Seneng banget deh ngejagain games2 yang ada tadi. Ada dart balloon, mantjing ikan, sama lempar gelang. Dan ngeliat orang2 yang main disana itu jadi hiburan tersendiri, karena mereka kocak-kocak banget. Apalagi ngeliat orang-orang berusaha nangkep ikan pake tangan mereka sendiri, sampe dicebur-ceburin ke kolam ikannya, bikin ngakak. Jadi gak kerasa sama sekali capeknya.
Kalo ditanya, kenapa kamu suka jadi panitia? Karena waktu jadi panitia kamu tahu apa yg terjadi dari awal sampe akhir, kamu bisa lihat di dalemnya organisasi itu kaya gimana sampe detik terakhir jalannya acara. Karena orang-orang lain bisa dateng dan nikmatin hasil karya kita. Ibaratnya kalo orang-orang liat mobil, mereka bisa bilang desainnya bagus, mesinnya irit, tenaganya besar. Tapi cuma orang-orang yang ngerakit mobil itu yg bener2 tau cara kerjanya, spesifikasi, sampe cacat di mobil itu. Hahahaha. Sama juga kayak kegiatan. Di balik kegiatan yang sukses, orang2 mungkin ga akan tau berapa jam panitia udh kerja, udah ngeluarin uang, udah pergi kesana kemari. mereka ga akan tahu kalo ada anggota panitia yang berantem ato bahkan gak ngomong2an lagi setelah event nya selesai. :)
Jadi ada kalanya kita jadi penikmat, ada kalanya kita terlibat. Being only one of those at all the time, won't be good for us, I guess.
Salam dari PMKT XVII yang sangat sangat menyenangkan ! Dan oleh-oleh yang menyudahinya. Selamat bernostalgia dengan indahnya pasar malam dan masa kanak-kanak.
PS : this is the very first time I write my blog attached with the pictures. I usually do not do that because I want you to IMAGINE, and not solely look at the uploaded photos. But for now, I think I can not describe the event even close enough, that you have to see it by yourself. I'll try to complete my blog with more photos if you like it that way (:
Friday, April 12, 2013
Mengagumi
Belajar itu bisa dari mana saja,
kapan saja, dan tentang apa aja. Seperti hari ini, aku belajar dari orang-orang
yang aku kagumi. Bukan tokoh terkenal yang sering muncul di media, atau
politikus cakap bicara, atau artis bersuara merdu. Mereka ada disini, di dekatku,
di kehidupanku sehari-hari. Dengan begitu apa yang kulihat dari mereka bebas
dari kecurigaan dan kepura-puraan. Bebas dari tuntutan rating dan ekspektasi
masyarakat, mereka mewujud dengan bebas dan dengan apa adanya. Dengan begitu
juga aku yakin bahwa setiap manusia pasti punya kelemahan masing-masing. Mereka
tidak takut untuk menunjukkannya, tidak merasa perlu menutup-nutupi sesuatu
yang sangat manusiawi.
Orang-orang yang aku kagumi itu,
adalah orang-orang yang percaya pada kemampuan diri mereka, mereka yang
bermimpi besar dan melakukan segala yang mereka bisa untuk mewujudkannya.
Mereka yang mengangkat kaki dari comfort zone mereka dan memulai sesuatu yang
sama sekali berbeda. Orang bijak berkata, singa tidak akan menjadi raja hutan
jika hanya diam di kandang. Manusia pun seperti itu, tidak bisa berkembang jika
terus menerus hinggap di dalam zona nyaman.
Orang yang aku kagumi itu, punya
determinasi yang tinggi. Mereka mampu dan mau bekerja jauh lebih keras dari
orang lain. Mereka yang berani menjadi berbeda, yang menawarkan perubahan dan
menentang status quo. Mereka yang tidak takut untuk bicara lantang dan
menyuarakan isi pikiran mereka, yang tidak takut untuk dikritik. Karena kritik
itu seperti obat. Rasanya pahit dan tidak enak diminum, tapi efeknya
menyembuhkan, membuat semua sel-sel bekerja lebih baik. Orang yang tidak bisa
menerima kritik biasanya akan diam di tempat dan merasa puas dengan dirinya
sendiri.
Orang-orang yang aku kagumi itu,
bisa membatasi diri, mereka tahu mana yang baik dan yang tidak baik untuk diri
mereka sendiri. Mereka tidak mudah mengalir ke arus yang salah. Selalu kritis,
selalu hati-hati dalam memilih. Pepatah YOLO tidak membenarkanmu untuk
melakukan sebanyak mungkin kesalahan dalam hidup.
Orang-orang seperti itu, mereka
mengajarkan banyak hal yang harus aku tahu dalam hidup, meskipun mereka mungkin
tidak menyadarinya. Tapi menurutku semua orang perlu orang-orang untuk mereka kagumi.
Not to copy them, yet to push themselves to be better in each day. Their motivation (:
Monday, March 25, 2013
Masa UTS
Setelah ini
masa ujian berakhir.. masa ujian selalu menjadi masa yang paling menyenangkan. Selama
dua minggu yang perlu aku lakukan hanya belajar dan belajar. Sejam setiap hari
untuk berpacu menaklukkan soal-soal, menguji seberapa paham aku terhadap apa
yang telah diajarkan. Dan tidak ada satu ons tekanan pun yang menghimpitku. Aku
bebas belajar sesuka hati, bebas mengerjakan, bebas menumbuhkan niat, bebas
akankah ujian atau tetap tidur di kos. Tidak ada tekanan, yang ada hanya
kemauan untuk membuktikan diri sendiri. Ingin tahu seberapa kuat tekad manusia
bisa diuji. Dan seberapa tahan aku bisa duduk dan bergulat dengan pemikiranku
sendiri.
Huaaah..
biasanya aku akan duduk di perpustakaan. Barang sejam atau dua jam. Hanya merasakan
kesepian dan ketenangannya, sambil mendengarkan lagu, membaca, dan menulis, dan
melamun...banyak orang bilang aku buang-buang waktu, tapi aku tidak bisa
memikirkan sesuatu yang lebih baik dari itu. Dia menjadi saat-saat yang aku
nanti.
Kemudian pulanglah
aku, tidur hingga malam mulai datang. Hingga jarum jam membentur angka delapan.
Lelap, lelap sekali. Aku dan sesuatu yang dinamakan “tidur siang” memang
berjodoh. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Hahaha! Bagiku dia seperti charger yang mengisi ulang daya dan tenaga. Kemudian barulah
aku menjalankan aktivitas manusia, mandi, makan, dan menonton tivi sejenak,
menertawakan kartun sarkastik, tenggelam dengan penyelidikan forensik,
bernyanyi keras ketika video lagu diputar. Setelah itu, jarum jam tak lagi
berarti.
Karena
semakin malam menjelang pagi, aku semakin bersemangat untuk belajar, untuk
membaca, untuk memahami. Pikiranku mengoperasikan sel-selnya dengan giat,
menyuruhku ini dan itu tanpa henti. Di saat itulah, ketika lampu kamar yang
lain telah dimatikan, dan dunia sekitar sunyi senyap, dan angin malam kian
rajin menerpa, aku sibuk dengan pelajaranku. Kertas-kertas, stabilo, pensil,
dan post it warna warni. Satu sachet kopi instan cukup untuk menemani. Tidak,
aku tidak gemar kafein dan daun teh. Aku hanya ingin ditemani segelas hangat
minuman untuk mengusir kebosanan. Presentasi di laptop dan kamus di ipod, tak
lupa membuat catatan-catan kecil di kanan dan kiri.
Jika
terlanjur jenuh aku akan berdiri dan membaca buku. Beberapa menit cukup untuk
berisitirahat, dan meneruskan perjuangan.
Tinggal satu
lagi! Ujian terakhir besok! Wish me luck, dan aku tidak sabar menanti masa
ujian berikutnya (:
Sunday, March 10, 2013
Umur dan Waktu
Hari ini aku dan
sahabatku banyak bicara tentang UMUR. Ya, we’re almost 19 years old this year. I
can not believe how time flies so fast. Sebentar lagi saat-saat remaja itu
berakhir. Dan pintu menuju dunia nyata terbuka lebar. Ketika kamu harus mandiri
dan berdiri dengan kakimu sendiri. Kamu memutuskan segala pilihanmu sendiri dan
mengambil sebagian tanggungjawab sebagai orang dewasa. Bekerja, memilih,
mencari pasangan hidup.. Kamu, dan hanya kamu sendirilah yang menentukan akan
jadi apa kamu sepuluh tahun dari sekarang.
Mungkin kamu
masih bisa tertawa-tawa, dan bersenang-senang menjalani tahun-tahun mahasiswa. Masuk
kuliah beberapa jam dalam seminggu, pulang, dan pergi bersama teman-teman. Tapi
begitulah kadang cara waktu memperdaya kita. Semua terasa mudah dan nyaman,
sebelum kemudian waktu datang dan mengingatkan.
Kemudian euforia
itu lenyaplah sudah. Kegembiraan menyelesaikan SMA, dan sorak sorai ketika
melempar toga kelulusan dan berfoto dengan papa dan mama, hanya akan bertahan
beberapa hari. Datanglah segala kewajiban dan tuntutan untukmu, pertanyaan
bagaimana kamu akan membaktikan dirimu kepada bangsa, masyarakat, Tuhan, dan
pada dirimu sendiri.
UMUR. Aku punya
banyak sekali mimpi yang ingin aku capai. Tapi umur mungkin yang akan menjadi
pagar batas kemana aku harus menuju. Aku selalu ingin meraih gelar di bidang
tourism and hospitality, tapi dengan segala les yang harus aku ambil, dan
administrasi yang harus aku penuhi, mungkin aku akan menghabiskan 4 tahun lagi
untuk meraih gelar. Kemudian aku harus bekerja, harus mencari sebanyak mungkin
pengalaman di bidang event organizer. Kemudian aku akan belajar, belajar, dan
belajar. Aku akan lebih banyak mengamati dan bertanya-tanya. Aku selalu suka
menemukan sesuatu yang baru, dan bertemu dengan orang-orang yang baru, karena
dari mereka kita bisa mendapatkan banyak pelajaran. Tentang hidup, tentang
apapun...
Maka dari
detik ini, pikirkanlah apa yang kamu mau untuk hidupmu ke depan. Berpikirlah panjang
dan berhenti berpikir “masih ada hari esok untuk memutuskan”. Aku tidak ingin
aku dan kamu keluar dari perguruan tinggi dengan mimik kebingungan, tidak tahu
harus berbuat apa setelah segala kewajiban perkuliahan tidak lagi ada.
Aku punya
keinginan dan mimpi-mimpi. Ada yang harus aku capai sedari usia muda. Namun ada
juga yang memerlukan polesan pengalaman dan sedikit waktu lebih untuk belajar. Semoga,
waktunya cukup. . . :)
Tuesday, January 22, 2013
Jalan Kami
Mari kita bersulang !
Untuk mereka yang menemukan sisi positif di setiap hal.
Yang mau mengabaikan yang cacat dan memelihara yang sempurna.
Yang percaya bahwa di setiap hitam selalu ada putih, sekecil apapun
itu.
Dan hidup tak pernah benar-benar akan putih seluruhnya.
Hanya soal perspektif, bagaimana mata, hati, dan otak bekerjasama.
Mari kita berpesta !
Untuk mereka para pemimpi yang tekun.
Yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka.
Yang tidak pernah menyerah, berjuang dengan keringat dan air mata.
Untuk mencapai sesuatu yang mungkin terasa sangat sederhana.
Tapi begitulah mimpi, dalam kesederhanaanya, dia memberi
kebahagiaan.
Mari kita bersenang-senang !
Untuk para pemikir dan ilmuwan muda.
Yang dengan teliti menguji dan menganalisa.
Yang tidak bosan menemukan, belajar tentang dinamika alam.
Yang tidak memandang remeh barang satu partikel dan molekul.
Dan menciptakan alat-alat yang mempermudah hidup manusia.
Mari kita tertawa bangga !
Untuk para pemusik dan pelantun melodi.
Yang dengan caranya sendiri, membuai indera manusia.
Yang mewarnai dunia dengan lirik indah dan nada-nada lembut.
Dan mereka menemukan keharmonisan, komposisi menyentuh.
Mari kita bersulang !
Untuk kita yang berjalan di jalan-jalan yang berbeda.
Yang memutuskan cara masing-masing.
Dengan sabar mencoba membuat dunia menjadi tempat yg lebih baik.
Dan percayalah, kami bisa !! :))
Monday, January 21, 2013
I'm On My Way
Aku ingat dulu aku selalu diajak untuk membayangkan mimpi-mimpiku. Aku
ingat dulu di kamarku selalu ada papan yang bertuliskan “Gantungkan Cita-citamu
setinggi langit.”
Dan ya, aku sudah menggantungkannya. Aku gantung ia di cabang paling
tinggi, kasta istimewa di antara bintang-bintang. Aku ingat setiap malam aku
selalu menatap ke atas, melihat mimpiku sekali lagi, berkata pada diriku
sendiri, “I’m on my way there.” Aku sedang dalam perjalanan ke langit, aku
sedang berjalan kaki setapak demi setapak untuk menjangkaunya.
Tapi kenapa selalu ada yang mengusik? Kenapa ada orang-orang yang
tidak percaya? Dulu aku selalu semangat menceritakan mimpi-mimpiku kepada orang
lain. Aku katakan pekerjaan yang aku inginkan, umur berapa aku mendapatkannya,
rumah seperti apa yang aku mau. Tapi mereka hanya tersenyum sinis dan bilang
padaku bahwa itu tidak mungkin. Bahwa harga rumah terlalu mahal, pekerjaan
tidak akan semudah dan semenyenangkan itu, bahwa aku terlalu tinggi berharap.
Aku sudah menerima kata-kata itu kesekian kali. Aku buat
langkah-langkah kecil, aku wujudkan mimpi-mimpi yang aku mau, perlahan-lahan,
sejengkal demi sejengkal. Aku mulai percaya bahwa jalan untuk pemimpi selalu
terbuka lebar. Sayangnya mereka tetap tak percaya. Sayangnya mereka berdiri di
tepi jalan untuk melihatku jatuh dan gagal, agar mereka bisa membuktikan
kebenaran kata-kata mereka.
Maka aku harus terjatuh lagi. Karena bahkan orang terdekatku pun
menyuruhku untuk menyerah. Aku sedih, sedih sekali. :( Aku bahkan belum
menyelesaikan separuh perjalanan, dan orang-orang yang kuharap akan
mendukungku, ternyata sama tidak percayanya dengan orang lain.
Dan kadang aku merasa sendiri. Kadang aku merasa hanya 1-2 orang yang
ada di belakangku, yang bertepuk tangan dan memberiku semangat. Yang tidak
mengijinkanku menyerah karena mereka tahu seberapa inginnya aku meraih
mimpi-mimpiku. Kadang aku berhenti sejenak, aku paksakan diriku untuk percaya,
bahwa aku bisa! Aku paksakan diriku untuk bangkit lagi, untuk melanjutkan
perjalanan, berjalan lagi, tanpa memedulikan cemoohan orang di kanan dan kiri.
Maka Tuhan ingatkanlah aku, di saat-saat yang sulit seperti ini, saat
aku ingin menyerah, ingatkanlah aku tentang mimpi yang aku gantungkan
tinggi-tinggi di sana. Yang aku tatap setiap hari dengan senyum bangga. Yang
aku ikat kuat-kuat dalam genggaman tanganku, jangan sampai terlepas.
Aku berjanji pada diriku untuk bekerja keras. Aku janji! Aku akan
menyelesaikan perjalanan, tidak peduli sepanjang dan sesulit apapun medan yang
akan datang. Aku akan berdoa, dan selalu percaya pada diriku sendiri. Hari ini
aku berjanji, di umurku yang ke-18. Hari ini, di Bandung. Hari ini, diiringi
Yiruma yang memainkan komposisi “DREAM”-nya. Hari ini, 00.32, 21/01/13. Aku
janji. :)
Friday, January 4, 2013
Menulis adalah Cara
Menulis mungkin..
adalah cara terbaik untuk menuangkan rasa..
kata-kata yang mengalir ketika jari bertumpu pada keyboard..
dan pikiran yang terus menerus mengirim pesan..
dan hati yang sedang merasakan sesuatu..
dan mata yang bergerak awas membaca kata-kata yang tertulis..
Menulis mungkin..
caramu mengabadikan diri..
menghidupkan sanubari lagi melalui perenungan..
membaginya dengan orang lain..
orang-orang yang bahkan tak pernah bertemu, bahkan tak pernah mendengar namamu..
tapi bisa merasa terinspirasi, berempati, menghayati...
Menulis mungkin...
cara untuk berubah..
mencairkan kekakuan hasil pemikiran..
agar ia tidak mengendap sia-sia dan mati..
supaya ia hidup, walau tidak utuh, dalam pemikiran orang lain..
dan terus hidup seperti itu..
terus mengalir, menjadi warisan yang tak ternilai..
Menulis mungkin..
cara terbaik untuk membawa perubahan..
karena kata-kata punya kekuatan yang tak terhingga..
karena apa yang kamu tulis..
bisa membawa perubahan..sekecil dan sebesar apapun itu..
perubahan untuk 1 orang..
untuk seisi rumah..
untuk seisi kota..
atau seisi dunia..:)
adalah cara terbaik untuk menuangkan rasa..
kata-kata yang mengalir ketika jari bertumpu pada keyboard..
dan pikiran yang terus menerus mengirim pesan..
dan hati yang sedang merasakan sesuatu..
dan mata yang bergerak awas membaca kata-kata yang tertulis..
Menulis mungkin..
caramu mengabadikan diri..
menghidupkan sanubari lagi melalui perenungan..
membaginya dengan orang lain..
orang-orang yang bahkan tak pernah bertemu, bahkan tak pernah mendengar namamu..
tapi bisa merasa terinspirasi, berempati, menghayati...
Menulis mungkin...
cara untuk berubah..
mencairkan kekakuan hasil pemikiran..
agar ia tidak mengendap sia-sia dan mati..
supaya ia hidup, walau tidak utuh, dalam pemikiran orang lain..
dan terus hidup seperti itu..
terus mengalir, menjadi warisan yang tak ternilai..
Menulis mungkin..
cara terbaik untuk membawa perubahan..
karena kata-kata punya kekuatan yang tak terhingga..
karena apa yang kamu tulis..
bisa membawa perubahan..sekecil dan sebesar apapun itu..
perubahan untuk 1 orang..
untuk seisi rumah..
untuk seisi kota..
atau seisi dunia..:)
Subscribe to:
Posts (Atom)