Showing posts with label sukses. Show all posts
Showing posts with label sukses. Show all posts

Thursday, June 18, 2015

Biggest Fear

Do you really want to know what my biggest fear is? Not that I will fail my marriage, or not being able to find someone worth-marrying-for, or having a decent life and not the super-rich one, none of them are my biggest fear.

My biggest fear would be: not being able to chase after my dreams. Whether or not I manage to get those dreams are completely different story. But I have this one life. This one chance. And I’m not about to blow it by living ordinarily. My biggest fear would be: Marrying someone and regretting that very decision. Marriage is not a must, that is often forgotten. Marriage is a choice and unless there’s super special person that can assure me that “together” is far better than “alone”, I will not take that choice.

My biggest fear would be: sitting in my office cube, doing the same thing everyday in my life, browsing the latest travel photos and wallpapers, convincing myself that I, too, can experience that one day. I want to see and explore the world. I want to expand my knowledge and my self. And that can’t be done by sitting in the office cube, doing reports, obeying the boss. If we do not have big enough dream, we’ll end up working so hard to fulfill someone else’s dream.

My biggest fear would be: not having time to do my favourite things, reading books, going on an adventure, escaping every now and then. Life shall be full of impromptu journeys and laughs, jawbreaking sceneries and events, thrilling sneak-out and road trips.

Oh, what whould it be if all our teenage dreams and ambitions are gone to waste? What if we live the life, the same ordinary way with 7 other billion people? What if at the end of our life, we look back and regret the chances we did not take?

That would be my biggest fear, of all.


[f]

Friday, June 13, 2014

Balancing Life


It’s so much easier to master one stuff at a time. Di antara bermain, belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga, mengajar, menulis, berdiskusi, rapat, mudah sekali untuk menyisihkan satu kegiatan demi kegiatan lainnya. Mudah sekali untuk mengabaikan sebagian besar dan fokus pada beberapa hal yang kita prioritaskan. Damn right it is.

Yang susah adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan dalam hidup. Yap, hidup membuka ribuan kesempatan emas setiap hari. Lika-liku yang tepinya tak berujung. Persimpangan yang selalu baru. Satu pilihan dapat mengantarkan kita ke jalan yang sama sekali baru. Mudah memang untuk secara konstan belajar dan belajar terus menerus. Lama kelamaan belajar menjadi kebiasaan, kemudian menjadi kebutuhan. Kemudian kita menempatkannya dalam nomer pertama prioritas hidup kita. Dan melapangkan dada untuk merelakan yang lain tidak terurus. Kita tidak meluangkan waktu untuk berolahraga, untuk menulis, untuk berdoa, bahkan. Tapi ada hal baiknya pula, bahwa lama kelamaan belajar menjadi hal termudah yang dilakukan. We’re being good at it. We’re being expert.
But reality does bite, ketika kita menjadi amat pintar dan adiktif pada kegiatan belajar, kita kehilangan waktu untuk mengukir kenangan dengan teman-teman terdekat. Kehilangan waktu untuk berpergian ataupun bersenang-senang barang sejenak. Dan kita selalu lari, kembali pada apa yang membuat kita nyaman, kita kembali ke meja belajar dan duduk mempelajari buku tebal untuk pelarian. Mudah bukan?

Yang susah adalah mengolah 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu itu ke dalam wadah yang bisa memuat kesemua kegiatan. Meluangkan waktu untuk bermain, belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga, mengajar, menulis, berdiskusi, dan rapat. Tidak ketinggalan satu pun. Susah sekali memang, tapi yang susah bukan berarti tidak mungkin. Waktu adalah milik kita sepenuh-penuhnya. Waktu juga lah yang akan membuktikan apakah kita benar-benar bisa menggunakannya dengan baik. Waktu setiap manusia sama, tapi ada manusia yang menjadi milyarder dan ada manusia yang overdosis obat-obatan. Ada manusia yang memecahkan rekor dunia dan ada manusia yang kerjanya mencopet pusat perbelanjaan. It’s up to us.

Jadi, aku pilih yang kedua. Yang walaupun kadang mataku bengkak karena tidak tidur, atau kadang terkapar berhari-hari karena kegiatan dan kesehatan tidak sinkron, atau kadang ingin jambak-jambak rambut karena deadline dan pekerjaan berlarian mengerjar. Tapi bukankah itu kunci kebahagiaan? Tentang keseimbangan dalam hidup. Entahlah. Aku rasa iya. :’)

05.05.14
[F]

Wednesday, May 28, 2014

KSMPMI



Terima kasih. Kita adalah keluarga tanpa perikatan darah. Tanpa kontrak dan tanpa janji apapun. Kita satu, karena kita mau.
Selesai lagi setahun yang penuh cerita dan pelajaran berharga. Sisa satu, yang terakhir. Aku masih ingat saat-saat ketika pertama kali aku mengisi namaku dan mengikuti wawancara pertama untuk masuk dalam KSMPMI. Aku ingat aku membicarakan tentang Rohingya dan tentang Suriah. Konflik berkepanjangan yang hingga kini pun masih ada. Aku ingat tatapan kagumku pada orang-orang yang ada di dalamnya. Para koordinator dan para kakak kelas. Betapa inginnya, melanjutkan jejak mereka.

Time flies, indeed. Dua tahun ini betul-betul dua tahun yang penuh dengan kesan. Dengan pelajaran baru dari orang-orang hebat. Aku banyak belajar dan menerima pengalaman dari orang-orang ini, yang begitu rendah hati dan kaya wawasan, namun mau berbagi ilmu dan berkembang bersama-sama kami. Selangkah demi selangkah kami tapaki bersama-sama. Hari Kamis untuk Socratime dan hari Rabu untuk diskusi internal. Hampir selalu di tempat yang sama. Pertukaran pikiran yang diselingi percakapan penuh canda. Selalu hangat, selalu menyenangkan. Setiap pertemuan rasanya seperti sedang berkumpul bersama saudara, dan bukan terasa seperti rapat.

Aku tidak lupa bagaimana KSMPMI sedikit banyak merubah cara pandangku terhadap berbagai hal. Something I don’t earn from classroom. Aku merasa seperti mahasiswa sungguhan, yang berdiskusi berjam-jam tentang hal yang sering dianggap remeh temeh oleh sebagian orang. Aku bisa memahami hal-hal yang dulunya aku hindari, topik tentang Timur Tengah misalnya. Hahaha. Being in this organization encourages me to always improving myself. Bahwa di atas langit mash ada langit, dan kita tak boleh sombong. Sama sekali tidak. Akan selalu ada seseorang yang datang dan membuktikan bahwa kita pun bisa salah, kita pun bisa kalah. It also teaches me to speak up my stance. Bahwa kita harus berani bicara. Harus berani punya prinsip dan tak sekedar dibawa kata kemana-mana. Bahwa kita berani stand up for something. Tapi di saat yang sama, kita juga tidak takut untuk dikritik dan ditantang dari perspektif yang berbeda.

Sungguh, aku sudah mendapatkan banyak sekali hal dari KSMPMI ini. Jauh lebih banyak dari apa yang aku dapatkan di ruang kelas. Dua tahun aku telah mendapat, kini setahun terakhir mungkin adalah saat yang tepat untuk memberi. Memberi kontribusi terakhir untuk KSMPMI, membalas dengan penuh apa yang telah diberikan. Saatnya untuk mengembalikan.

Memang tak ada awal yang tak ada akhir. Tak ada mulai yang tak ada selesai. Kini saatnya melanjutkan karya dari kakak-kakak, menjaga titipan yang mereka minta. Tamen non cesta. Perjuangan belum berakhir! :”)






Sunday, April 27, 2014

What People Should Not Be Anti Of


Manusia boleh anti pada apa saja. Itu hak mereka. Suka tidak suka harus diterima. Dan kita tidak bisa memaksa apakah mereka harus begini begitu. Memang manusia sebaiknya tidak mencampuri urusan manusia lain. Panjang masalahnya. Dan tidak ada yang akan benar-benar kalah atau menang. Karena dari awal itu seharusnya tidak perlu diperdebatkan.

Tapi menurutku, manusia tidak boleh anti terhadap 3 hal. Anti-perubahan. Anti-kritik. Anti-kritis.
Manusia tidak boleh anti pada perubahan. Perubahan bisa berarti banyak hal. Ideologi baru, kenalan baru, tempat baru, situasi baru, bahasa baru, dan segala yang membuat mereka mungkin terdesak dan ingin kembali ke zona yang nyaman. Bear in your mind, changes are inevitable. Tidak ada hal yang abadi di dunia ini kecuali ketidakpastian itu sendiri. Dan ketidakpastian berkarib dengan perubahan. Bahwa tidak ada satu hal pun yang benar-benar sama dari awal hingga akhir. Bahkan manusia. Dan karena itulah maka manusia harus bisa menerima perubahan. Kapanpun dan dimanapun. Manusia yang siap menerima perubahan - atau, yang siap membuat perubahan - adalah manusia-manusia yang akan maju puluhan langkah lebih jauh dari manusia yang memutuskan untuk menutup diri dan tinggal selamanya dalam kepompong besar yang nyaman namun mematikan.
Aku percaya bahwa setiap manusia punya kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif. Bahwa pada dasarnya manusia itu diciptakan untuk selalu mencari dan membuat hal-hal yang baru. Tapi kemampuan ini butuh latihan. Dan begitulah, semakin sering ia membuka pikiran pada ide-ide dan hal-hal baru, akan semakin tajam kemampuannya untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya semakin koservatif dia pada pemikiran-pemikiran asing, maka seumur hidupnya tidak akan pernah ia menciptakan sesuatu yang fenomenal. Selamanya ia hanya gidup menjadi pengikut dan bertanya-tanya dalam hati mengapa dunia perlu berubah sedahsyat ini.

Manusia juga tidak boleh anti-kritik. Because the more we know about everything, the more we feel like we don’t know anything. Orang-orang hebat itu tidak pernah merasa bahwa diri mereka hebat. Mereka hanya sangat-sangat menghargai proses belajar, mereka sangat mengerti bahwa ada manusia-manusia yang lebih hebat di luar sana. Feedbacks are important to develop oneself. Karena orang-orang yang anti-kritik tidak akan maju terlalu banyak. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mengajarkan sesuatu pada orang yang merasa tahu segalanya? Bagaimana bisa mengucapkan sesuatu pada orang yang hanya peduli pada pendapatnya sendiri? Ada orang-orang yang anti dikoreksi, defensif, dan selalu membela diri sendiri. Orang-orang yang simply can’t say “I don’t know that.” Aku suka feedback. Any kind of it, even the most bitter one. It may not be uncomfortable to hear, but it is a relief to find out how people perceive us, or our works. Kacamata diri sendiri dengan kacamata orang lain bisa demikian berbeda. I’m not saying that we have to please everybody, but simply listening to them can gives us a whole new perspective. Maka manusia harus tahan kritik. Itu tanda bahwa ia mau berubah menjadi lebih baik.

Terakhir, anti-kritis. Susah sekali mengajak orang untuk berpikir kritis, untuk mempertanyakan segala sesuatu dan tidak menerima mentah-mentah apa yang ia baca, ia dengar, dan ia lihat. Justru kritis adalah hal yang sulit untuk ditumbuhkan, terlebih jika ia terbiasa didoktrin dengan ajaran-ajaran feodal nan dogmatis. Kritis berarti berani mempertanyakan segalanya, tidak asal angguk-angguk kepala dan menurut. Kritis berarti berani speak-up, mengutarakan pendapat diri sendiri. Kritis berarti menerima bahwa tidak ada satu hal pun yang luput dari cacat dan kekurangan. Kritis berarti berani mencari tahu dengan cara apa pun, mengeluarkan usaha ekstra untuk mendapatkan jawaban dari hal-hal yang jarang orang perdebatkan. Kritis berarti lepas dari segala bentuk perbudakan pikir dan ajaran-ajaran yang tak masuk akal. Manusia yang anti-kritis adalah target yang paling mudah untuk dipengaruhi. Yang mudah terombang-ambing karena tidak berani menantang otaknya untuk bertanya. Dan jumlah manusia seperti itu, banyak sekali.

Manusia boleh anti pada apa saja. Pada agama, makanan, ajaran, orang, suku, negara, dan sebagainya. Boleh, itu haknya. Who are we to judge? Tapi buatku, manusia tidak boleh anti-perubahan, anti-kritik, dan anti-kritis. Itu saja.

26.04.14
 [F]

Saturday, December 7, 2013

How Life Works


Oh dear, kadang hidup punya cara terbaik untuk membuat kita berpikir bahwa kita yang tahu segalanya. Tapi semenit kemudian ia memutarbalikkan hidup kita dan membuat kita merasa bodoh dan dikelabui. Oh sungguh. Hidup punya cara-cara yang menyebalkan sekaligus lucu untuk menunjukkan bahwa kita ternyata tidak tahu apa-apa. Wise men said, “just when you thought you master one thing, life has misterious way to show you that you’re still nothing”.

Oh dear, kadang kita terbang tinggi tanpa sadar bahwa sepatu kita tertinggal di telapak bumi. Dan kita merasa semua orang menanyakan apa yang mereka tidak ketahui kepada kita. Dan seketika rasa superior itu menenggelamkan kerendahan hati yang kita pupuk dengan susah payah. Oh sungguh. Banyak sekali orang yang terbang jauh tanpa tahu kemana harus melandaskan diri. Kita hanya punya satu telapak, dan di sanalah, dimana kita akan kembali hidup setiap kali kita menginjak. Kamu harus terbang. Tapi perlahan dan seirama. Kamu tidak harus melesat. Kamu hanya perlu melayang lebih tinggi dari hari ke hari.

Oh dear, tenanglah. Kita semua punya kesempatan yang sama untuk membuktikan diri. Jangan biarkan kata-kata orang mendiktemu untuk melakukan apa yang tidak kamu sukai. Kalau kamu percaya, benar-benar percaya, bahwa hidup hanya sekali, mungkin kamu akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakan-tindakan bodoh. Dan sebaliknya kamu akan mencoba untuk memberi yang terbaik, di setiap upaya yang kamu poles dengan hati-hati. Oh sungguh. Kamu harus percaya bahwa tak ada kerja keras yang mengkhianatimu. Kamu akan mendapatkan sesuatu, entah apa. Ilmu, pengalaman, pelajaran. Bukankah hal-hal yang tak bisa dilihatlah yang berarti begitu besar?

Oh dear, mari berjalan bersama-sama. Dan melayang lebih tinggi seiring dengan hari-hari yang lewat. Dan menundukkan kepala, menanam kerendahan hati, jauh, jauh hingga ke akar. Niscaya, aku dan kamu akan bertemu nanti. Aku dan kamu yang lebih baik.

Friday, July 12, 2013

Better or Best


Sudah malam, tapi aku masih melek, masih memegang iPod biru ku di tangan, meskipun kepalaku sudah lengket dengan bantal. Malam ini aku sedang ingin merindukan orang-orang yang bersekolah di SMA yang sama denganku.

Dan aku harus takjub. Aku harus menunduk dan minta maaf. Ini dia! Salah satu cara Tuhan yang tidak pernah ingin anak-Nya berpuas diri. Ini dia! Sedikit kejutan untuk sekedar menyadari bahwa jalan hidup manusia ternyata benar-benar ada di telunjuk kanannya.

Orang-orang yang dulunya pernah seruangan denganku, pernah mendapat bimbingan dan pengajaran dari bapak/ibu guru yang sama, pernah duduk di bangku kayu yang sama, memandang papan yang sama. Kini sudah bertebaran layaknya dandelion menerbangkan anak-anaknya. Putik dandelion menunggu angin agar bisa menyebarkan keindahannya. Demikian juga kini , semua mendapatkan dan menekuni jalannya masing-masing.

Benar kata seseorang, hidup itu bukan perlombaan. Hidup itu bukan bersaing untuk menjadi yang terbaik, terkaya, atau yang tersoleh. Hidup itu bukan mengejar kesempurnaan. Hidup itu bukan berlomba menyelesaikan gelar sarjana, melepas masa lajang, atau mendapatkan pekerjaan pertama. Bukan mengenai siapa yang menang dan siapa yang kalah. Karena bahkan ukuran materi pun tidak cukup untuk menghitungnya.

Hidup itu, ternyata perlombaan dengan diri sendiri. Barusan, setengah jam yang lalu, aku baru saja disadarkan. Iya, aku harusnya berlomba dengan diriku sendiri. Bukan melihat keberhasilan orang lain kemudian berusaha menirunya. Bukan melihat teman yang jatuh kemudian berlari kencang meninggalkannya.
Karena jalan kita berbeda. jalan kita bercabang, menjadi 7 miliar. Dan percayalah, tidak ada 1 pasang pun yang jalan hidupnya senantiasa sama. Kita melangkahkan kaki di makadam yang berbeda. Dan kita bersinggungan arah dengan yang lain.
Kadang untuk beberapa hari, kadang untuk beberapa tahun, kadang, untuk seumur hidup.

Mungkin itulah yang membuat hidup semakin seru untuk dijalani. Karena mengalahkan diri sendiri lebih susah daripada mengalahkan the Avengers sekalipun. Karena di dalam hati kita selalu memaafkan diri sendiri, selalu menunda-nunda, selalu mengasihani, selalu ingin memanjakan diri sendiri.
Berlomba dengan diri sendiri berarti siap untuk mengalahkan deadline2 yang kita tetapkan, mengerjakan tanggungjawab, mengejar mimpi-mimpi yang kita patri. Jadi ketika aku menginginkan sesuatu, mulutku hanya perlu membisu. Biar otak yang menuliskannya dalam diam. Biar sekali lagi aku berjanji pada diriku sendiri untuk bisa mendapatkan apa yang aku mau. Biar aku bertanggungjawab pada diriku sendiri, dan bukan kepada orang lain. Percayalah, tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan dari dalam diri sendiri.

Dan selayaknya perlombaan, kadang kita kalah. Tapi sekali lagi hidup bukan mencari kesempurnaan kan? :)

Hidup itu bukan untuk menjadi lebih baik dari orang lain..tetapi untuk menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri.

Wednesday, May 29, 2013

Defining Your Standard


Selamat malam ! Selamat menikmati tanggal 29 ! Hari ini aku membaca artikel yang menarik sekali di koran, judulnya “Standar”. Isinya tentang perbedaan standar yang dipunyai oleh setiap orang. Standar apa saja, standar prestasi, standar jabatan, standar kebahagiaan. Aku senang dengan tulisan Samuel itu.

Banyak orang yang iri, orang yang tidak bahagia, orang yang selalu tidak puas terhadap apa yang ia capai. Kenapa? Simply karena mereka menginginkan pencapaian orang lain. Ketika aku udah mendapatkan gaji yang delapan digit, dan rekan bisnisku mendapatkan sedigit lebih besar, kemudian aku jadi iri. Aku lalu tidak puas dengan apa yang aku miliki dan kemudian murung sendiri, berpikir dunia ini tidak adil, berpikir aku tidak cukup baik.

Padahal standar yang dimiliki manusia itu berbeda-beda. Passion mereka berbeda-beda. That’s why life seems so fun right? Bayangin aja kalau semua manusia itu punya passion dan hobi di bidang yang sama, kemudian semuanya bekerja di bidang yang sama. How boring that would be? (:

Jadi, jika aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga punya mobil Mercy keluaran terbaru, mungkin sebagian akan menjawab iya, sebagian akan tersenyum sekadarnya. Karna untuk sebagian orang Mercy itu hasil kerja keras puluhan tahun, hasil ribuan jam yang digunakan untuk berlelah-lelah. Tapi mungkin bagi sebagian orang, Mercy itu hanya tradisi ulangtahun ke-17. Suka tak suka, bangga tak bangga, orangtua merasa wajib mewariskan kendaraan mewah.

Jika aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga bisa bekerja? Sebagian akan dengan bersemangat mengiyakan, sebagian kemudian akan mulai memberikan kuliah tentang seberapa-membosankan-rutinitas-yang mereka-jalani. Karena sebagian orang menganggap bekerja itu sebagai berkat, apalagi bisa bekerja di bidang yang mereka cintai. Setiap hari bangun dan melakukan apa yang menjadi hobi mereka. They are happy, and its not all about the money. Lihat saja para fotografer lepas yang melanglang buana ke berbagai tempat, belum tentu semuanya mendapatkan gaji yang layak. Tapi apa mereka kemudian menyerah dan jadi karyawan 8-5 ? Apa mereka kemudian menggantungkan mimpinya dan memilih menjalani hidup (yang katanya  cuma sekali) dengan mengerjakan sesuatu yang mereka benci, setiap hari? Tidak. Dan sekali lagi manusia itu berbeda-beda. Ada yang memilih untuk mengikuti standarnya. Ada yang memilih untuk mengikuti standar yang ditetapkan oleh orang lain.

Tapi sadarilah bahwa sebenarnya tidak ada yang bisa mendefinisikan standar kebahagiaan kita. Aku mungkin tidak mendapat banyak materi ketika mengajar anak-anak. Tapi materi bukanlah yang aku cari. Aku mencari kegiatan dimana untuk sesaat aku bisa lepas dari segala rutinitas dan pergi berbaur dengan dunia yang lain, dunia anak-anak SD yang masih polos dan lucu, dunia anak kecil yang selalu aku kagumi. Disitu aku sedang mendapatkan kebahagiaanku.

Mungkin setelah ini kita bisa berusaha mendengarkan hati kecil kita. Mungkin setelah ini kita bisa merasa lebih puas mendapatkan gaji yang 8 digit, karena gaji itu sudah cukup memenuhi  kebutuhan sehari-hari, sudah cukup menyekolahkan anak, sudah cukup memberikan rumah yang sederhana namun hangat, sudah cukup membawa keluarga berlibur sekali setahun. Karena tidak ada surat garansi yang menyebutkan bahwa angka yang lebih besar menggambarkan kebahagiaan yang lebih banyak pula.

Kamu yang menentukan. You decide what to do, what to earn, what to give, in order to pursue your happiness. Bukan orang lain. (:

Thursday, April 25, 2013

PMKT XVII


Well, hello there! How’s April for you guys? For me, its a hell of a month. There’s a bunch of task coming and many event held at the same time. I’m at my room right now, my little-messy-yet-super-cozy-with-beautiful-view-from-the-window room. Aaah – coming back to something familiar always makes us calm rightaway. Sooo, its 00.20 AM here. I just got back from “Pasar Malam Kampus Tiga yang ke-17”, FISIP UNPAR’s biggest event of the year.


I have to say I had a very enjoyable time today. I’m typing this with my sleepy eyes missing my bed to lay down. I got a little push from GoodDay Funtastic Mocacinno Coffee, I should drink that more often, I think it helped me little bit to hang on.


PMKT XVII is such a very awesome event. I’m in Fun Games division whose job is manage every single games on the floor. And I’m surprised to see the enthusiasm of people playing such silly yet exciting games.


Ah iya, kita juga sampe bela2in sewa wahana khas pasar malem lho, dan dengan dekornya yang super old-school, jadi kerasa banget tempo doeloenya, yang emang jadi tema besar PMKT tahun ini. Lampu warna, warni dari bianglala, lampu panggung, sepeda onthel, dan makanan2 jadul bisa nyulap Unpar jadi tempat nostalgia masa kecil deh.



there you go!

Seneng banget deh ngejagain games2 yang ada tadi. Ada dart balloon, mantjing ikan, sama lempar gelang. Dan ngeliat orang2 yang main disana itu jadi hiburan tersendiri, karena mereka kocak-kocak banget. Apalagi ngeliat orang-orang berusaha nangkep ikan pake tangan mereka sendiri, sampe dicebur-ceburin ke kolam ikannya, bikin ngakak. Jadi gak kerasa sama sekali capeknya. 

Kalo ditanya, kenapa kamu suka jadi panitia? Karena waktu jadi panitia kamu tahu apa yg terjadi dari awal sampe akhir, kamu bisa lihat di dalemnya organisasi itu kaya gimana sampe detik terakhir jalannya acara. Karena orang-orang lain bisa dateng dan nikmatin hasil karya kita. Ibaratnya kalo orang-orang liat mobil, mereka bisa bilang desainnya bagus, mesinnya irit, tenaganya besar. Tapi cuma orang-orang yang ngerakit mobil itu yg bener2 tau cara kerjanya, spesifikasi, sampe cacat di mobil itu. Hahahaha. Sama juga kayak kegiatan. Di balik kegiatan yang sukses, orang2 mungkin ga akan tau berapa jam panitia udh kerja, udah ngeluarin uang, udah pergi kesana kemari. mereka ga akan tahu kalo ada anggota panitia yang berantem ato bahkan gak ngomong2an lagi setelah event nya selesai. :) 

Jadi ada kalanya kita jadi penikmat, ada kalanya kita terlibat. Being only one of those at all the time, won't be good for us, I guess. 
Salam dari PMKT XVII yang sangat sangat menyenangkan ! Dan oleh-oleh yang menyudahinya. Selamat bernostalgia dengan indahnya pasar malam dan masa kanak-kanak.



PS : this is the very first time I write my blog attached with the pictures. I usually do not do that because I want you to IMAGINE, and not solely look at the uploaded photos. But for now, I think I can not describe the event even close enough, that you have to see it by yourself. I'll try to complete my blog with more photos if you like it that way (:

Friday, April 12, 2013

Mengagumi


Belajar itu bisa dari mana saja, kapan saja, dan tentang apa aja. Seperti hari ini, aku belajar dari orang-orang yang aku kagumi. Bukan tokoh terkenal yang sering muncul di media, atau politikus cakap bicara, atau artis bersuara merdu. Mereka ada disini, di dekatku, di kehidupanku sehari-hari. Dengan begitu apa yang kulihat dari mereka bebas dari kecurigaan dan kepura-puraan. Bebas dari tuntutan rating dan ekspektasi masyarakat, mereka mewujud dengan bebas dan dengan apa adanya. Dengan begitu juga aku yakin bahwa setiap manusia pasti punya kelemahan masing-masing. Mereka tidak takut untuk menunjukkannya, tidak merasa perlu menutup-nutupi sesuatu yang sangat manusiawi.

Orang-orang yang aku kagumi itu, adalah orang-orang yang percaya pada kemampuan diri mereka, mereka yang bermimpi besar dan melakukan segala yang mereka bisa untuk mewujudkannya. Mereka yang mengangkat kaki dari comfort zone mereka dan memulai sesuatu yang sama sekali berbeda. Orang bijak berkata, singa tidak akan menjadi raja hutan jika hanya diam di kandang. Manusia pun seperti itu, tidak bisa berkembang jika terus menerus hinggap di dalam zona nyaman.

Orang yang aku kagumi itu, punya determinasi yang tinggi. Mereka mampu dan mau bekerja jauh lebih keras dari orang lain. Mereka yang berani menjadi berbeda, yang menawarkan perubahan dan menentang status quo. Mereka yang tidak takut untuk bicara lantang dan menyuarakan isi pikiran mereka, yang tidak takut untuk dikritik. Karena kritik itu seperti obat. Rasanya pahit dan tidak enak diminum, tapi efeknya menyembuhkan, membuat semua sel-sel bekerja lebih baik. Orang yang tidak bisa menerima kritik biasanya akan diam di tempat dan merasa puas dengan dirinya sendiri.

Orang-orang yang aku kagumi itu, bisa membatasi diri, mereka tahu mana yang baik dan yang tidak baik untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak mudah mengalir ke arus yang salah. Selalu kritis, selalu hati-hati dalam memilih. Pepatah YOLO tidak membenarkanmu untuk melakukan sebanyak mungkin kesalahan dalam hidup.

Orang-orang seperti itu, mereka mengajarkan banyak hal yang harus aku tahu dalam hidup, meskipun mereka mungkin tidak menyadarinya. Tapi menurutku semua orang perlu orang-orang untuk mereka kagumi. Not to copy them, yet to push themselves to be better in each day. Their motivation (:

Monday, March 25, 2013

Masa UTS


Setelah ini masa ujian berakhir.. masa ujian selalu menjadi masa yang paling menyenangkan. Selama dua minggu yang perlu aku lakukan hanya belajar dan belajar. Sejam setiap hari untuk berpacu menaklukkan soal-soal, menguji seberapa paham aku terhadap apa yang telah diajarkan. Dan tidak ada satu ons tekanan pun yang menghimpitku. Aku bebas belajar sesuka hati, bebas mengerjakan, bebas menumbuhkan niat, bebas akankah ujian atau tetap tidur di kos. Tidak ada tekanan, yang ada hanya kemauan untuk membuktikan diri sendiri. Ingin tahu seberapa kuat tekad manusia bisa diuji. Dan seberapa tahan aku bisa duduk dan bergulat dengan pemikiranku sendiri.

Huaaah.. biasanya aku akan duduk di perpustakaan. Barang sejam atau dua jam. Hanya merasakan kesepian dan ketenangannya, sambil mendengarkan lagu, membaca, dan menulis, dan melamun...banyak orang bilang aku buang-buang waktu, tapi aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik dari itu. Dia menjadi saat-saat yang aku nanti.

Kemudian pulanglah aku, tidur hingga malam mulai datang. Hingga jarum jam membentur angka delapan. Lelap, lelap sekali. Aku dan sesuatu yang dinamakan “tidur siang” memang berjodoh. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Hahaha! Bagiku dia seperti charger  yang mengisi ulang daya dan tenaga. Kemudian barulah aku menjalankan aktivitas manusia, mandi, makan, dan menonton tivi sejenak, menertawakan kartun sarkastik, tenggelam dengan penyelidikan forensik, bernyanyi keras ketika video lagu diputar. Setelah itu, jarum jam tak lagi berarti.

Karena semakin malam menjelang pagi, aku semakin bersemangat untuk belajar, untuk membaca, untuk memahami. Pikiranku mengoperasikan sel-selnya dengan giat, menyuruhku ini dan itu tanpa henti. Di saat itulah, ketika lampu kamar yang lain telah dimatikan, dan dunia sekitar sunyi senyap, dan angin malam kian rajin menerpa, aku sibuk dengan pelajaranku. Kertas-kertas, stabilo, pensil, dan post it warna warni. Satu sachet kopi instan cukup untuk menemani. Tidak, aku tidak gemar kafein dan daun teh. Aku hanya ingin ditemani segelas hangat minuman untuk mengusir kebosanan. Presentasi di laptop dan kamus di ipod, tak lupa membuat catatan-catan kecil di kanan dan kiri. 
Jika terlanjur jenuh aku akan berdiri dan membaca buku. Beberapa menit cukup untuk berisitirahat, dan meneruskan perjuangan.

Tinggal satu lagi! Ujian terakhir besok! Wish me luck, dan aku tidak sabar menanti masa ujian berikutnya (:

Sunday, March 10, 2013

Umur dan Waktu


Hari ini aku dan sahabatku banyak bicara tentang UMUR. Ya, we’re almost 19 years old this year. I can not believe how time flies so fast. Sebentar lagi saat-saat remaja itu berakhir. Dan pintu menuju dunia nyata terbuka lebar. Ketika kamu harus mandiri dan berdiri dengan kakimu sendiri. Kamu memutuskan segala pilihanmu sendiri dan mengambil sebagian tanggungjawab sebagai orang dewasa. Bekerja, memilih, mencari pasangan hidup.. Kamu, dan hanya kamu sendirilah yang menentukan akan jadi apa kamu sepuluh tahun dari sekarang.

Mungkin kamu masih bisa tertawa-tawa, dan bersenang-senang menjalani tahun-tahun mahasiswa. Masuk kuliah beberapa jam dalam seminggu, pulang, dan pergi bersama teman-teman. Tapi begitulah kadang cara waktu memperdaya kita. Semua terasa mudah dan nyaman, sebelum kemudian waktu datang dan mengingatkan.

Kemudian euforia itu lenyaplah sudah. Kegembiraan menyelesaikan SMA, dan sorak sorai ketika melempar toga kelulusan dan berfoto dengan papa dan mama, hanya akan bertahan beberapa hari. Datanglah segala kewajiban dan tuntutan untukmu, pertanyaan bagaimana kamu akan membaktikan dirimu kepada bangsa, masyarakat, Tuhan, dan pada dirimu sendiri.

UMUR. Aku punya banyak sekali mimpi yang ingin aku capai. Tapi umur mungkin yang akan menjadi pagar batas kemana aku harus menuju. Aku selalu ingin meraih gelar di bidang tourism and hospitality, tapi dengan segala les yang harus aku ambil, dan administrasi yang harus aku penuhi, mungkin aku akan menghabiskan 4 tahun lagi untuk meraih gelar. Kemudian aku harus bekerja, harus mencari sebanyak mungkin pengalaman di bidang event organizer. Kemudian aku akan belajar, belajar, dan belajar. Aku akan lebih banyak mengamati dan bertanya-tanya. Aku selalu suka menemukan sesuatu yang baru, dan bertemu dengan orang-orang yang baru, karena dari mereka kita bisa mendapatkan banyak pelajaran. Tentang hidup, tentang apapun...

Maka dari detik ini, pikirkanlah apa yang kamu mau untuk hidupmu ke depan. Berpikirlah panjang dan berhenti berpikir “masih ada hari esok untuk memutuskan”. Aku tidak ingin aku dan kamu keluar dari perguruan tinggi dengan mimik kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa setelah segala kewajiban perkuliahan tidak lagi ada.

Aku punya keinginan dan mimpi-mimpi. Ada yang harus aku capai sedari usia muda. Namun ada juga yang memerlukan polesan pengalaman dan sedikit waktu lebih untuk belajar. Semoga, waktunya cukup. . . :)

Tuesday, January 22, 2013

Jalan Kami


Mari kita bersulang !

Untuk mereka yang menemukan sisi positif di setiap hal.

Yang mau mengabaikan yang cacat dan memelihara yang sempurna.

Yang percaya bahwa di setiap hitam selalu ada putih, sekecil apapun itu.

Dan hidup tak pernah benar-benar akan putih seluruhnya.

Hanya soal perspektif, bagaimana mata, hati, dan otak bekerjasama.



Mari kita berpesta !

Untuk mereka para pemimpi yang tekun.

Yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka.

Yang tidak pernah menyerah, berjuang dengan keringat dan air mata.

Untuk mencapai sesuatu yang mungkin terasa sangat sederhana.

Tapi begitulah mimpi, dalam kesederhanaanya, dia memberi kebahagiaan.



Mari kita bersenang-senang !

Untuk para pemikir dan ilmuwan muda.

Yang dengan teliti menguji dan menganalisa.

Yang tidak bosan menemukan, belajar tentang dinamika alam.

Yang tidak memandang remeh barang satu partikel dan molekul.

Dan menciptakan alat-alat yang mempermudah hidup manusia.



Mari kita tertawa bangga !

Untuk para pemusik dan pelantun melodi.

Yang dengan caranya sendiri, membuai indera manusia.

Yang mewarnai dunia dengan lirik indah dan nada-nada lembut.

Dan mereka menemukan keharmonisan, komposisi menyentuh.



Mari kita bersulang !

Untuk kita yang berjalan di jalan-jalan yang berbeda.

Yang memutuskan cara masing-masing.

Dengan sabar mencoba membuat dunia menjadi tempat yg lebih baik.

Dan percayalah, kami bisa !! :))

Monday, January 21, 2013

I'm On My Way


Aku ingat dulu aku selalu diajak untuk membayangkan mimpi-mimpiku. Aku ingat dulu di kamarku selalu ada papan yang bertuliskan “Gantungkan Cita-citamu setinggi langit.”

Dan ya, aku sudah menggantungkannya. Aku gantung ia di cabang paling tinggi, kasta istimewa di antara bintang-bintang. Aku ingat setiap malam aku selalu menatap ke atas, melihat mimpiku sekali lagi, berkata pada diriku sendiri, “I’m on my way there.” Aku sedang dalam perjalanan ke langit, aku sedang berjalan kaki setapak demi setapak untuk menjangkaunya.

Tapi kenapa selalu ada yang mengusik? Kenapa ada orang-orang yang tidak percaya? Dulu aku selalu semangat menceritakan mimpi-mimpiku kepada orang lain. Aku katakan pekerjaan yang aku inginkan, umur berapa aku mendapatkannya, rumah seperti apa yang aku mau. Tapi mereka hanya tersenyum sinis dan bilang padaku bahwa itu tidak mungkin. Bahwa harga rumah terlalu mahal, pekerjaan tidak akan semudah dan semenyenangkan itu, bahwa aku terlalu tinggi berharap.

Aku sudah menerima kata-kata itu kesekian kali. Aku buat langkah-langkah kecil, aku wujudkan mimpi-mimpi yang aku mau, perlahan-lahan, sejengkal demi sejengkal. Aku mulai percaya bahwa jalan untuk pemimpi selalu terbuka lebar. Sayangnya mereka tetap tak percaya. Sayangnya mereka berdiri di tepi jalan untuk melihatku jatuh dan gagal, agar mereka bisa membuktikan kebenaran kata-kata mereka.

Maka aku harus terjatuh lagi. Karena bahkan orang terdekatku pun menyuruhku untuk menyerah. Aku sedih, sedih sekali. :( Aku bahkan belum menyelesaikan separuh perjalanan, dan orang-orang yang kuharap akan mendukungku, ternyata sama tidak percayanya dengan orang lain. 

Dan kadang aku merasa sendiri. Kadang aku merasa hanya 1-2 orang yang ada di belakangku, yang bertepuk tangan dan memberiku semangat. Yang tidak mengijinkanku menyerah karena mereka tahu seberapa inginnya aku meraih mimpi-mimpiku. Kadang aku berhenti sejenak, aku paksakan diriku untuk percaya, bahwa aku bisa! Aku paksakan diriku untuk bangkit lagi, untuk melanjutkan perjalanan, berjalan lagi, tanpa memedulikan cemoohan orang di kanan dan kiri.

Maka Tuhan ingatkanlah aku, di saat-saat yang sulit seperti ini, saat aku ingin menyerah, ingatkanlah aku tentang mimpi yang aku gantungkan tinggi-tinggi di sana. Yang aku tatap setiap hari dengan senyum bangga. Yang aku ikat kuat-kuat dalam genggaman tanganku, jangan sampai terlepas.

Aku berjanji pada diriku untuk bekerja keras. Aku janji! Aku akan menyelesaikan perjalanan, tidak peduli sepanjang dan sesulit apapun medan yang akan datang. Aku akan berdoa, dan selalu percaya pada diriku sendiri. Hari ini aku berjanji, di umurku yang ke-18. Hari ini, di Bandung. Hari ini, diiringi Yiruma yang memainkan komposisi “DREAM”-nya. Hari ini, 00.32, 21/01/13. Aku janji. :)

Friday, January 4, 2013

Menulis adalah Cara

Menulis mungkin..
adalah cara terbaik untuk menuangkan rasa..
kata-kata yang mengalir ketika jari bertumpu pada keyboard..
dan pikiran yang terus menerus mengirim pesan..
dan hati yang sedang merasakan sesuatu..
dan mata yang bergerak awas membaca kata-kata yang tertulis..

Menulis mungkin..
caramu mengabadikan diri..
menghidupkan sanubari lagi melalui perenungan..
membaginya dengan orang lain..
orang-orang yang bahkan tak pernah bertemu, bahkan tak pernah mendengar namamu..
tapi bisa merasa terinspirasi, berempati, menghayati...

Menulis mungkin...
cara untuk berubah..
mencairkan kekakuan hasil pemikiran..
agar ia tidak mengendap sia-sia dan mati..
supaya ia hidup, walau tidak utuh, dalam pemikiran orang lain..
dan terus hidup seperti itu..
terus mengalir, menjadi warisan yang tak ternilai..

Menulis mungkin..
cara terbaik untuk membawa perubahan..
karena kata-kata punya kekuatan yang tak terhingga..
karena apa yang kamu tulis..
bisa membawa perubahan..sekecil dan sebesar apapun itu..

perubahan untuk 1 orang..
untuk seisi rumah..
untuk seisi kota..
atau seisi dunia..:)