Sunday, February 24, 2013

Leaving America.. *sadface*

selamat sore dunia! catatan ini dibuat di Lobby Crowne Plaza Hotel di Times Square, New York. hari ini adalah hari terakhir kami menginjakkan kaki di tanah Amerika, hari terakhir menghirup udaranya, dan hari terakhir merasakan keakrabannya. 
aku sendiri bingung antara harus sedih ataukah gembira. sebagian dari diriku ingin tinggal disini lebih lama, ingin bersama orang-orang yang sudah menjadi keluargaku selama 2 minggu ini, memutari dan mengelilingi negeri Amerika dengan cara kami sendiri. 
tapi ada bagian dari diriku yang rindu pada kampung halaman, pada tanah Indonesia. rindu pada makanan pinggir jalannya yang super kotor tapi enaknya setengah mati, rindu pada udaranya yang panas dan hujan silih berganti, rindu pada orang-orang yang kocak, lucu, dan menyenangkan, yang ada disana. 

dua jam lagi kami harus menuju ke bandara, padahal rasanya baru kemarin kami dengan bangga mencapai bandara JFK, siap memulai petualangan kami. kini waktunya tiba untuk kembali pada rutinitas kami, kehidupan kami masing-masing, kuliah kami, keluarga kami... berat, berat sekali rasanya. selama 2 minggu ini kami benar-benar terasa seperti hidup di dunia yang berbeda, rasanya begitu jauh dengan tugas-tugas, masalah di kampus, teman-teman kami. banyak di antara kami yang merasa belum siap kembali..hahaha, aku rasa aku termasuk salah satu di antaranya.

kadang aku berpikir, aku ingin tinggal disini. ingin tinggal selamanya disini. kuliah dan bekerja dan hidup dan menikah dan berumahtangga di negeri ini. karena segalanya terasa begitu teratur dan sistematis dan modern dan bersih dan canggih. aku selalu menganggap tempat ini sebagai tempat impian, tapi bukankah itu namanya melarikan diri? melarikan diri dari ikatanku dengan Indonesia, dari segala tuntutan kuliah, dari orang-orang yang aku kenal, lari dari pandangan mengejek yang diberikan orang-orang padaku. atau sekedar lari, sekedar escape, sekedar ingin pergi dan memulai segala sesuatunya dari awal. menentukan apa yang ingin aku kerjakan, dan bukan karena orang lain menyuruhku, tapi karena aku memang ingin melakukannya untuk diriku sendiri.

perjalanan selama 2 minggu ini benar-benar pengalaman yang membuka mataku. cara pandangku tentang dunia, tentang keyakinanku, tentang cita-citaku, tentang negaraku, dan banyak lagi.  ini yang aku sebut "turning point", titik balik. perjalanan membuka mata itu ada di setiap ujung pengalaman. jadi setiap kali kamu mendapatkan pengalaman, duduklah, dan merenung, dan kamu akan mendapat hal baru untuk belajar. begitulah hidup mengajarkan chapter-chapternya.
bukan lewat kursus, buku self-help, motivasi dari motivator terkenal, tapi dari pengalaman-pengalaman yang kamu dapatkan setiap hari. maka merenunglah, luangkan waktu untuk diam dan sendiri, agar kamu mengerti apa yang hidup coba ajarkan hari ini. karena pengalaman itu bukan guru yang baik jika kita tidak belajar dari pengalaman kita. :)

aku punya cara pandang yang sama sekali baru setelah mendapatkan kesempatan melakukan perjalanan ini, aku punya tekad yang baru, mimpi yang baru, sikap yang baru.
bagaimana denganmu? sudahkah kamu menemukan "turning point"mu? :)

Tuesday, February 19, 2013

The Other Side of Boston..and Life



Ini mungkin buatmu hanya sekedar cerita bodoh. Cerita konyol dari anak-anak yang tidak kamu kenal. Tapi aku tidak tahan untuk tidak menceritakannya kepadamu. So, bear with me hahaha :D

Rencana awalnya adalah kami berangkat dari Boston ke Washington pukul 22.00 waktu setempat. Koper kami (yang sudah beranak menjadi banyak) sudah tersusun dengan rapi, perlu kerja keras untuk menata barang-barang yang kami bawa dari Indonesia dan barang2 yang baru kami beli sebagai cendera mata.
Sesampai di stasiun, seluruh koper kami ditolak karena diklaim oversize dan overweight. Aku tidak bisa menerima klaim tersebut karena tidak ada ukuran yang jelas mengenai dimensi koper yang harus dibawa saat naik bus.

The worst part of it adalahhhh, kami ditinggalkan begitu saja di terminal. Ya, di tengah-tengah hiruk pikuknya terminal saat itu, si petugas bahkan tidak memberi jawaban, konfirmasi, atau apapun tentang keberangkatan kami. Uang 500 dollar kami sudah kami habiskan untuk membayar tiket megabus tersebut. Uang 500 dollar itu susah dicari loh, uang kan ga tumbuh di pohon! That very second when I saw the bus is leaving, I whispered to myself, “this is gonna be a loooongg, looong night…”

And it is. Kami berusaha mencari jalan lain, cari bus yang lain, sayangnya hari senin tidak ada bus lagi yang mengarah ke Washington. Akhirnya kami coba melihat tiket AMTRAK (kereta api), which means kami harus jalan kaki ke stasiun kereta api, dan percayalah saudare-saudare, itu DINGIN SEKALI!!! 

Mungkin kamu pernah ngebayangin Winter di Amerika itu indah, magical, menyenangkan, dengan efek angin-angin yang selalu terlihat seperti iklan shampoo. Kamu boleh percaya, tapi boleh juga ga percaya, kalo aku bilang bahwa Winter itu menyebalkaaannn!
Back to business, akhirnya kami bisa beli 4 tiket kereta, daaannn mesin self-service nya rusak. Coba deh bayangin, kenapa di tengah2 malam, di tengah2 semua chaos itu, di tengah2 mesen tiket, di tengah2 stasiun, kenapa harus rusaaaakk???!! That frustrated us too much. (.___.)

Setelah kehilangan harapan pada mesin-mesin itu, kami telepon agen travel yang buka 24 jam. Kami harus bolak-balik dari stasiun dan terminal karena teman-teman kami menunggu di terminal awal, sedangkan kami berempat berjaga-jaga di stasiun kereta, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tiket kereta yang tersisa delapan buah.
Disitu, di stasiun dan terminal itulah, baru aku melihat sisi lain dari sebuah kota. Iya, kota Boston yang aku kenal itu selalu ramah, kota kecil yang sangat bersahabat. Tapi aku melihat bagaimana malam itu di stasiun dan terminal, para tunawisma harus terlunta-lunta. Bagaimana mereka membawa barang mereka yang seadanya dan berusaha bertahan hidup, berusaha tetap hangat dengan menumpang tidur disana. 

Aku melihat orang gila yang memanggil-manggil nama yang tidak nyata, orang dengan tatapan kosong yang melamun sepanjang malam, orang tua yang memakai baju kain seadanya, di tengah-tengah musim dingin dahsyat di Boston. Aku juga merasa takut ketika 2 orang pemuda menghampiri dan meminta uang di tengah malam. Apakah itu salahku yang berpikiran jelek atau salah mereka yang menakuti aku?

Aku dan ketua delegasiku sempat terkunci di luar stasiun, kami tak bisa masuk padahal 2 teman kami yang lain ada di dalam stasiun. Kebingungan, untunglah kemudian ada penjaga kemanan yang membantu kami. Kami memutuskan untuk tidak tidur malam itu. Terus berjaga, terus membuka mata hingga pagi menjelang, sampai kami bisa membayar kereta dan duduk tenang di dalamnya.
Saat itulah baru aku sanggup membiarkan mataku beristirahat.

Well, dari sini aku belajar bahwa hidup itu terdiri dari hal-hal yang tak terduga. Ini pengalaman yang paling tak terduga. Pengalaman ketika kamu merasa kamu telah mengendalikan sesuatu dan kemudian hal itu lepas dari kendalimu. Seakan-akan semua hal bersatu untuk menantangmu menaklukkan mereka.
Kamu akan melihat bahwa hidup itu terdiri dari hal-hal yang mengejutkan. Yang tak pernah kamu rencanakan dan kamu kira. Hidup itu menantangmu untuk terus bertahan, untuk berdiri dan bangkit kembali kalau kamu jatuh.
Hidup itu tidak kekurangan akal memberimu pelajaran-pelajaran baru. Kamu tidak perlu mempertanyakan apa arti hidup, bagaimana cara melakukannya, apa manfaat hidup. Yang perlu kamu lakukan adalah memahaminya, menerima segala tantangan yang ia berikan. 
Karena percayalah, ia sedang berusaha mengajarimu sesuatu. :)

Arrival : Boston



Dimulai dari perjalanan di bus.
Dilanjutkan dengan perjalanan dengan taksi.
Menuju Hotel Double Tree di Bayside.
Boston, Boston, Boston..
Kota kecil yang ramah.

Kami disambut dengan hujan rintik-rintik, tumpukan salju setinggi lutut, dan orang sekitar yang sangat baik.
Kamu akan mendengar mereka menawarkan diri untuk membantu.
Selalu menjawab pertanyaanmu dengan senyum pertemanan.
Selalu menutup percakapan dengan ungkapan “have a good day!”
Mungkin dia hanya secuil bagian dari harimu yang sibuk.
Tapi kamu akan merasa,
Bahwa ucapan sederhana dari seseorang bisa membuatmu semangat kembali.
If someone wish you a good day, why don’t you? :)

Semua kenyamanan dan keramahan ini membuatku ingat akan kampung halaman.
Bukankah begitu cara manusia mengingat rumah mereka?
Dengan detil-detil yang tak mewah namun menyejukkan hati.

Setelah bersama-sama ke Shawn Market, supermarket lengkap dan murah,
yg didalamnya bisa kamu dapatkan setiap benda, setiap merk, setiap warna, setiap rasa,setiap harga.
Semua trpampang dengan rapi disana.
Kemudian dengan sisa2 tenaga yang tersisa, aku menenggelamkan pantatku di atas salju.
Mencoba membuat boneka salju
ku yang pertama, dengan kedua tanganku sendiri.
Susah, tak seperti yg kulihat di film.
Salju tidak semudah itu dibentuk.
Tapi dengan kerjasama, dan kadang napas terengah, akhirnya kami bertiga bisa.
Yey!
Boneka salju itu aku namai Nemo, sama seperti nama badai yang datang ke Boston, sehari yang lalu..
Atau Nebo, Nemo in
Boston :')

Togetherness in Uncle Sam's

"I can hear her heartbeat from a thousand miles..
The heaven opens up every time she smiles..
She gives me love, love, love, love, crazy love. . ."

Lagu Crazy Love terdengar dari ipod biruku.
Melodi mengalun dengan suara Michael Buble yang menghanyutkan.

Disini, dalam perjalanan menuju Boston.
Salju putih menumpuk dimana-mana, ingin tinggal lebih lama lagi.
Ingin menunda datangnya musim semi.
Ranting-ranting pohon membentuk raut tak tergambar, dihiasi kristal-kristal salju.
Tanpa daun,tak ada warna kehijauan dan aneka warna bunga.
Sejauh mata memandang, hanya putih, abu, dan cokelat yang terlihat.

Aku jatuh cinta dengan negeri ini.
Di planet yg sempit ini, dia sanggup memikat hati semua orang.
Mungkin tak ada orang yang tak ingin mengunjungi Amerika.

Aku jatuh cinta.
Dengan 12 teman-teman satu timku.
Yang kehadirannya membuat perjalanan ini semakin bermakna.
Kami mungkin mengartikan pengalaman ini dengan berbeda-beda cara.
Tapi 2 minggu yang kami habiskan bersama telah membentuk kami menjadi keluarga.
Keluarga lengkap, tanpa kekurangan 1 orang pun.
Our togetherness is what makes today's brighter than yesterday :) 



Monday, February 11, 2013

Heathrow in London

Kembali di pesawat yang sama.
Setelah satu jam berada di bandara London yang terkenal.
Tidak, tidak ada hegemoni berlebihan.
Tidak ada lambang negara dipamerkan terlalu banyak.
Tapi di eropa, di pusat jantung Eropa, negara historik yang selalu ingin aku lihat.
Di jantung Kota Inggris.
Aku berdiri dan melamun.
Dan tak bisa percaya.
Karena aku melihat orang-orang yang ada di sekitarku.
Sama-sama duduk menunggu.
Tapi muka mereka tak menyimpan kebahagiaan besar sepertiku.
Hati mereka bahkan tak akan setakjub hatiku.

Kebahagiaan bisa datang dari hal-hal kecil, tapi bisa juga dari hal-hal besar...
Sepert melihat Bandara Heathrow, di London, di Inggris, di Eropa :)

Fish Biryani

Fish Biryani Arabic Style..
Creme brulee yang sangat manis tapi menenangkan..
Jus jambu segar menemani roti pita ala India..
Disantap di ketinggian 11000  meter..
Dan di sampingku aku bisa melihat..
Paparan lapisan awan yang bergumpal seperti kapas..
Ada sayap besi yang lebar dan membentang gagah..
Dan aku menikmati setiap detiknya..
Karena salah satu penemuan manusia yang paling aku suka..
Adalah pesawat :)