Wednesday, May 29, 2013

Defining Your Standard


Selamat malam ! Selamat menikmati tanggal 29 ! Hari ini aku membaca artikel yang menarik sekali di koran, judulnya “Standar”. Isinya tentang perbedaan standar yang dipunyai oleh setiap orang. Standar apa saja, standar prestasi, standar jabatan, standar kebahagiaan. Aku senang dengan tulisan Samuel itu.

Banyak orang yang iri, orang yang tidak bahagia, orang yang selalu tidak puas terhadap apa yang ia capai. Kenapa? Simply karena mereka menginginkan pencapaian orang lain. Ketika aku udah mendapatkan gaji yang delapan digit, dan rekan bisnisku mendapatkan sedigit lebih besar, kemudian aku jadi iri. Aku lalu tidak puas dengan apa yang aku miliki dan kemudian murung sendiri, berpikir dunia ini tidak adil, berpikir aku tidak cukup baik.

Padahal standar yang dimiliki manusia itu berbeda-beda. Passion mereka berbeda-beda. That’s why life seems so fun right? Bayangin aja kalau semua manusia itu punya passion dan hobi di bidang yang sama, kemudian semuanya bekerja di bidang yang sama. How boring that would be? (:

Jadi, jika aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga punya mobil Mercy keluaran terbaru, mungkin sebagian akan menjawab iya, sebagian akan tersenyum sekadarnya. Karna untuk sebagian orang Mercy itu hasil kerja keras puluhan tahun, hasil ribuan jam yang digunakan untuk berlelah-lelah. Tapi mungkin bagi sebagian orang, Mercy itu hanya tradisi ulangtahun ke-17. Suka tak suka, bangga tak bangga, orangtua merasa wajib mewariskan kendaraan mewah.

Jika aku tanyakan pada mereka yang lain, apakah mereka bangga bisa bekerja? Sebagian akan dengan bersemangat mengiyakan, sebagian kemudian akan mulai memberikan kuliah tentang seberapa-membosankan-rutinitas-yang mereka-jalani. Karena sebagian orang menganggap bekerja itu sebagai berkat, apalagi bisa bekerja di bidang yang mereka cintai. Setiap hari bangun dan melakukan apa yang menjadi hobi mereka. They are happy, and its not all about the money. Lihat saja para fotografer lepas yang melanglang buana ke berbagai tempat, belum tentu semuanya mendapatkan gaji yang layak. Tapi apa mereka kemudian menyerah dan jadi karyawan 8-5 ? Apa mereka kemudian menggantungkan mimpinya dan memilih menjalani hidup (yang katanya  cuma sekali) dengan mengerjakan sesuatu yang mereka benci, setiap hari? Tidak. Dan sekali lagi manusia itu berbeda-beda. Ada yang memilih untuk mengikuti standarnya. Ada yang memilih untuk mengikuti standar yang ditetapkan oleh orang lain.

Tapi sadarilah bahwa sebenarnya tidak ada yang bisa mendefinisikan standar kebahagiaan kita. Aku mungkin tidak mendapat banyak materi ketika mengajar anak-anak. Tapi materi bukanlah yang aku cari. Aku mencari kegiatan dimana untuk sesaat aku bisa lepas dari segala rutinitas dan pergi berbaur dengan dunia yang lain, dunia anak-anak SD yang masih polos dan lucu, dunia anak kecil yang selalu aku kagumi. Disitu aku sedang mendapatkan kebahagiaanku.

Mungkin setelah ini kita bisa berusaha mendengarkan hati kecil kita. Mungkin setelah ini kita bisa merasa lebih puas mendapatkan gaji yang 8 digit, karena gaji itu sudah cukup memenuhi  kebutuhan sehari-hari, sudah cukup menyekolahkan anak, sudah cukup memberikan rumah yang sederhana namun hangat, sudah cukup membawa keluarga berlibur sekali setahun. Karena tidak ada surat garansi yang menyebutkan bahwa angka yang lebih besar menggambarkan kebahagiaan yang lebih banyak pula.

Kamu yang menentukan. You decide what to do, what to earn, what to give, in order to pursue your happiness. Bukan orang lain. (:

No comments:

Post a Comment