Friday, June 13, 2014

Ada Apa Dengan Hujan


Orang sering tanya kenapa aku suka hujan.
 Dan aku sering bilang karena ada cerita di baliknya.
 Karena aku suka caranya memerciki gersang.
 Aku suka cara anggun tiap butirnya menjamah bumi.
 Menyentuh tanah dan meniupkan aroma petrichor.

Tapi bukan itu saja.
 Aku suka melihat para pengendara motor yang menepi dan berteduh.
 Aku suka melihat orang memaki karena sepatunya menginjak genangan air.
 Aku suka melihat wajah muram anak kecil karena tidak bisa bermain di luar.
 Aku suka melihat orang berlarian menutupi kepala mereka dengan seadanya.
 Takut basah, takut sakit.
 Aku suka melihat mereka terbirit-birit melindungi tas dan buku mereka.
 Aku suka melihat mereka ngebut agar segera sampai segera di kehangatan rumah.
 Aku suka melihat mereka bersungut-sungut di bawah payung.
 Mengeluh karena kakinya kotor dan celananya terciprat air got.
 Aku suka melihat mereka terpeleset di licinnya aspal.

Aku suka.
 Melihat raut manusia ketika mereka sadar,
 bahwa mereka tidak bisa mengalahkan semesta.

13.06.14
 [F]


Balancing Life


It’s so much easier to master one stuff at a time. Di antara bermain, belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga, mengajar, menulis, berdiskusi, rapat, mudah sekali untuk menyisihkan satu kegiatan demi kegiatan lainnya. Mudah sekali untuk mengabaikan sebagian besar dan fokus pada beberapa hal yang kita prioritaskan. Damn right it is.

Yang susah adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan dalam hidup. Yap, hidup membuka ribuan kesempatan emas setiap hari. Lika-liku yang tepinya tak berujung. Persimpangan yang selalu baru. Satu pilihan dapat mengantarkan kita ke jalan yang sama sekali baru. Mudah memang untuk secara konstan belajar dan belajar terus menerus. Lama kelamaan belajar menjadi kebiasaan, kemudian menjadi kebutuhan. Kemudian kita menempatkannya dalam nomer pertama prioritas hidup kita. Dan melapangkan dada untuk merelakan yang lain tidak terurus. Kita tidak meluangkan waktu untuk berolahraga, untuk menulis, untuk berdoa, bahkan. Tapi ada hal baiknya pula, bahwa lama kelamaan belajar menjadi hal termudah yang dilakukan. We’re being good at it. We’re being expert.
But reality does bite, ketika kita menjadi amat pintar dan adiktif pada kegiatan belajar, kita kehilangan waktu untuk mengukir kenangan dengan teman-teman terdekat. Kehilangan waktu untuk berpergian ataupun bersenang-senang barang sejenak. Dan kita selalu lari, kembali pada apa yang membuat kita nyaman, kita kembali ke meja belajar dan duduk mempelajari buku tebal untuk pelarian. Mudah bukan?

Yang susah adalah mengolah 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu itu ke dalam wadah yang bisa memuat kesemua kegiatan. Meluangkan waktu untuk bermain, belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga, mengajar, menulis, berdiskusi, dan rapat. Tidak ketinggalan satu pun. Susah sekali memang, tapi yang susah bukan berarti tidak mungkin. Waktu adalah milik kita sepenuh-penuhnya. Waktu juga lah yang akan membuktikan apakah kita benar-benar bisa menggunakannya dengan baik. Waktu setiap manusia sama, tapi ada manusia yang menjadi milyarder dan ada manusia yang overdosis obat-obatan. Ada manusia yang memecahkan rekor dunia dan ada manusia yang kerjanya mencopet pusat perbelanjaan. It’s up to us.

Jadi, aku pilih yang kedua. Yang walaupun kadang mataku bengkak karena tidak tidur, atau kadang terkapar berhari-hari karena kegiatan dan kesehatan tidak sinkron, atau kadang ingin jambak-jambak rambut karena deadline dan pekerjaan berlarian mengerjar. Tapi bukankah itu kunci kebahagiaan? Tentang keseimbangan dalam hidup. Entahlah. Aku rasa iya. :’)

05.05.14
[F]

Thursday, June 12, 2014

Should Not We?


Shouldn’t we be tired by now? Shouldn’t we be fed up?
 By those fake smiles and shallow conversation.
 By those fake friends and lousy relation.
 By those critics from narsistics.
 By those praises from flatterer.
 By those silly sweet words and futile touch
 And the love you think worth taking granted for
 While the other side thinks it’s only for fun
 And you want to settle
 But they want to be free

Shouldn’t we be tired by now?
 Shouldn’t we be fed up?

12.06.14
 [F]