It’s so much easier to
master one stuff at a time. Di antara bermain,
belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga, mengajar,
menulis, berdiskusi, rapat, mudah sekali untuk menyisihkan satu kegiatan demi
kegiatan lainnya. Mudah sekali untuk mengabaikan sebagian besar dan fokus pada
beberapa hal yang kita prioritaskan. Damn
right it is.
Yang susah adalah bagaimana mempertahankan keseimbangan dalam
hidup. Yap, hidup membuka ribuan kesempatan emas setiap hari. Lika-liku yang
tepinya tak berujung. Persimpangan yang selalu baru. Satu pilihan dapat
mengantarkan kita ke jalan yang sama sekali baru. Mudah memang untuk secara
konstan belajar dan belajar terus menerus. Lama kelamaan belajar menjadi
kebiasaan, kemudian menjadi kebutuhan. Kemudian kita menempatkannya dalam nomer
pertama prioritas hidup kita. Dan melapangkan dada untuk merelakan yang lain
tidak terurus. Kita tidak meluangkan waktu untuk berolahraga, untuk menulis,
untuk berdoa, bahkan. Tapi ada hal baiknya pula, bahwa lama kelamaan belajar
menjadi hal termudah yang dilakukan. We’re
being good at it. We’re being expert.
But reality does bite, ketika kita menjadi amat
pintar dan adiktif pada kegiatan belajar, kita kehilangan waktu untuk mengukir
kenangan dengan teman-teman terdekat. Kehilangan waktu untuk berpergian ataupun
bersenang-senang barang sejenak. Dan kita selalu lari, kembali pada apa yang
membuat kita nyaman, kita kembali ke meja belajar dan duduk mempelajari buku
tebal untuk pelarian. Mudah bukan?
Yang susah adalah mengolah 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu
itu ke dalam wadah yang bisa memuat kesemua kegiatan. Meluangkan waktu untuk
bermain, belajar, bergaul, menyendiri, berdoa, berjalan-jalan, berolahraga,
mengajar, menulis, berdiskusi, dan rapat. Tidak ketinggalan satu pun. Susah
sekali memang, tapi yang susah bukan berarti tidak mungkin. Waktu adalah milik
kita sepenuh-penuhnya. Waktu juga lah yang akan membuktikan apakah kita
benar-benar bisa menggunakannya dengan baik. Waktu setiap manusia sama, tapi
ada manusia yang menjadi milyarder dan ada manusia yang overdosis obat-obatan.
Ada manusia yang memecahkan rekor dunia dan ada manusia yang kerjanya mencopet
pusat perbelanjaan. It’s up to us.
Jadi, aku pilih yang kedua. Yang walaupun kadang mataku bengkak
karena tidak tidur, atau kadang terkapar berhari-hari karena kegiatan dan
kesehatan tidak sinkron, atau kadang ingin jambak-jambak rambut karena deadline
dan pekerjaan berlarian mengerjar. Tapi bukankah itu kunci kebahagiaan? Tentang
keseimbangan dalam hidup. Entahlah. Aku rasa iya. :’)
05.05.14
[F]