Sudah malam, tapi aku masih melek, masih
memegang iPod biru ku di tangan, meskipun kepalaku sudah lengket dengan bantal.
Malam ini aku sedang ingin merindukan orang-orang yang bersekolah di SMA yang
sama denganku.
Dan aku harus takjub. Aku harus menunduk dan
minta maaf. Ini dia! Salah satu cara Tuhan yang tidak pernah ingin anak-Nya
berpuas diri. Ini dia! Sedikit kejutan untuk sekedar menyadari bahwa jalan
hidup manusia ternyata benar-benar ada di telunjuk kanannya.
Orang-orang yang dulunya pernah seruangan
denganku, pernah mendapat bimbingan dan pengajaran dari bapak/ibu guru yang
sama, pernah duduk di bangku kayu yang sama, memandang papan yang sama. Kini
sudah bertebaran layaknya dandelion menerbangkan anak-anaknya. Putik dandelion
menunggu angin agar bisa menyebarkan keindahannya. Demikian juga kini , semua
mendapatkan dan menekuni jalannya masing-masing.
Benar kata seseorang, hidup itu bukan
perlombaan. Hidup itu bukan bersaing untuk menjadi yang terbaik, terkaya, atau
yang tersoleh. Hidup itu bukan mengejar kesempurnaan. Hidup itu bukan berlomba
menyelesaikan gelar sarjana, melepas masa lajang, atau mendapatkan pekerjaan
pertama. Bukan mengenai siapa yang menang dan siapa yang kalah. Karena bahkan
ukuran materi pun tidak cukup untuk menghitungnya.
Hidup itu, ternyata perlombaan dengan diri
sendiri. Barusan, setengah jam yang lalu, aku baru saja disadarkan. Iya, aku
harusnya berlomba dengan diriku sendiri. Bukan melihat keberhasilan orang lain
kemudian berusaha menirunya. Bukan melihat teman yang jatuh kemudian berlari
kencang meninggalkannya.
Karena jalan kita berbeda. jalan kita bercabang,
menjadi 7 miliar. Dan percayalah, tidak ada 1 pasang pun yang jalan hidupnya
senantiasa sama. Kita melangkahkan kaki di makadam yang berbeda. Dan kita
bersinggungan arah dengan yang lain.
Kadang untuk beberapa hari, kadang untuk
beberapa tahun, kadang, untuk seumur hidup.
Mungkin itulah yang membuat hidup semakin seru
untuk dijalani. Karena mengalahkan diri sendiri lebih susah daripada
mengalahkan the Avengers sekalipun. Karena di dalam hati kita selalu memaafkan
diri sendiri, selalu menunda-nunda, selalu mengasihani, selalu ingin memanjakan
diri sendiri.
Berlomba dengan diri sendiri berarti siap untuk
mengalahkan deadline2 yang kita tetapkan, mengerjakan tanggungjawab, mengejar
mimpi-mimpi yang kita patri. Jadi ketika aku menginginkan sesuatu, mulutku
hanya perlu membisu. Biar otak yang menuliskannya dalam diam. Biar sekali lagi
aku berjanji pada diriku sendiri untuk bisa mendapatkan apa yang aku mau. Biar
aku bertanggungjawab pada diriku sendiri, dan bukan kepada orang lain.
Percayalah, tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan dari dalam
diri sendiri.
Dan selayaknya perlombaan, kadang kita kalah.
Tapi sekali lagi hidup bukan mencari kesempurnaan kan? :)
Hidup itu bukan untuk menjadi lebih baik dari
orang lain..tetapi untuk menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment