Showing posts with label mimpi. Show all posts
Showing posts with label mimpi. Show all posts

Tuesday, July 7, 2015

Us with Our Battles


Kita semua sedang berjuang kok.
Benar, kita punya perang yang harus kita hadapi sendiri-sendiri.

Ada yang berjuang mencari nasi untuk istri dan anaknya.
Ada yang berjuang agar upah hari ini cukup untuk makan satu kali.
Ada yang berjuang supaya dagangannya dibeli.
Ada yang berjuang menahan lapar dan haus.
Ada yang berjuang supaya tak menangis ditinggal pergi.
Ada yang berjuang mempertahankan bisnis yang di ambang bangkrut.
Ada yang berjuang mengalahkan penyakit mematikan.
Ada yang berjuang menyetir bemo dan angkot di terik panas.
Ada yang berjuang menjadi ojek payung dan rela basah demi uang.
Ada yang berjuang memerangi hati nurani di sangkar prostitusi.
Ada yang berjuang bertahan hidup ketika yang dikasihi mati.
Ada yang berjuang menabung agar anaknya punya tas baru.
Ada yang berjuang ngamen di jalan agar bisa makan.
Ada yang berjuang menjadi juara satu di kelas.
Ada yang berjuang memuntahkan makanan agar tetap kurus.
Ada yang berjuang merawat ibu yang sakit keras.
Ada yang berjuang mengumpulkan koin gratis di Line.
Ada yang berjuang mencari kebahagiaan.
Ada yang berjuang untuk bernapas sehari lagi.
Ada yang berjuang di sakratul maut setelah ditabrak lari.
Ada yang berjuang mencari merek kosmetik terbaru hingga luar negeri.
Ada yang berjuang menciptakan lagu.
Ada yang berjuang untuk keluar dari kota kelahiran.
Ada yang berjuang untuk mendapat beasiswa S-2.
Ada yang berjuang melawan diri sendiri.
Ada yang berjuang, sendirian.

Kita semua sedang dalam perjuangan. Perjuangan kita masing-masing yang tak kalah hebat. Jadi tolonglah, jangan memamerkan penderitaanmu di depan khalayak ramai. Tak usah ganti status, tak usah bilang ke semua orang bahwa pacarmu selingkuh. Tak usah gores-gores diri, tak usah mencoba bunuh diri. Tak usah sombong ke dunia bahwa kamu orang paling menderita. KIta sudah punya penderitaan kita sendiri-sendiri.

Bagaimana kalau, sebagai gantinya, kita saling menyemangati?
Bagaimana jika kamu memaafkan angkot yang berhenti tiba-tiba.
Atau bis yang lewat cepat memercikkan air ke jinsmu yang harganya sejuta.
Atau ibu-ibu yang melayanimu dengan cemberut tanpa senyum.
Atau tukang ojek yang minta bayaran sedikit lebih banyak.

Bagaimana kalau, sebagai gantinya, kita saling mengapresiasi?
Bahwa setiap orang sedang berjuang mendapatkan sesuatu yang cenderung tak kita pahami.
Bagaimana kalian bisa paham bahwa sepatu bekas bisa membuat anak kecil bersorak-sorak?
Bagaimana kalian bisa paham bahwa tukang angkot ingin cepat bertemu dan berbuka puasa dengan istrinya?
Tentu saja tidak bisa, karena kita tidak pernah mengalaminya.

But just because we never feel it, doesn’t mean other people can’t feel it too.

Bagaimana kalau,..
Kita tersenyum lebih banyak.
Dan mengeluh lebih sedikit.
Percayalah, tak hanya kamu yang sedang berjuang.

[f]


Thursday, June 18, 2015

World is Meant to be Traveled


Halo! Salam dari ibukota. Hari ini Tuhan menampar aku di muka. Ya, Dia seolah mengguncang badanku untuk bangun dan kembali ke realita. “Falen, where have you been?” Orang-orang selalu bilang bahwa ada hal yang bisa disyukuri setiap hari. Dan hari ini – seperti juga banyak hari lainnya – aku merasa bersyukur. Bersyukur dan ditampar.

Bersyukur -> aku bersyukur karena aku diberi kesempatan untuk belajar banyak hal. Aku bersyukur aku diberi kepekaan, kerendahan hati, kemampuan akademik yang cukup untuk melalui masa-masa wajib belajar. Aku bersyukur diberikan orangtua lengkap yang sangat sayang padaku, yang me-Line aku setiap hari untuk sekedar tau kabar. Aku bersyukur diberikan teman-teman yang – bukan banyak, namun – sangat baik padaku. Mereka yang sepaham, sejalan, dan membantuku untuk menjadi manusia yang lebih baik. Aku bersyukur, karena Tuhan membuat aku ingat untuk bersyukur.

Ditampar -> Hari ini aku dapat tugas dari tempat kerja untuk melakukan riset terhadap para blogger-blogger dan celebgram terkenal di Indonesia. Dan disitulah kisah pembelajaran ini bermula. Aku menelusuri internet lebih dalam dari platform blog harian dan sosial media. Kemudian aku menemukan orang-orang seperti Amrazing, EatandTreats, people who literally live for food and traveling. Mereka bisa berkeliling ke banyak negara secara gratis. Bayar pakai apa? Pakai modal tulisan dan jiwa petualang, kreativitas, perbedaan, keunikan, diri yang autentik. Dulu aku selalu merasa there is no such job. Tidak ada pekerjaan yang menyuruh kita untuk jalan-jalan atau mencoba makanan baru. Tapi hari ini aku menemukan yang senyata-nyatanya. Aku merasa sangat terpecut. Aku belum ada apa-apanya, masih anak manja yang minta uang pada mama untuk makan di cafe-cafe hedonis. Masih suka mengeluh panas, mengeluh lapar, masih benci menabung dan malas bangun pagi. Masih selalu berpikir “Ah, nanti juga tiba waktunya kerja. Sekarang nikmati saja.” Aku masih ada di mentalitas seperti itu. Karena itu makanya Tuhan menamparku. Supaya aku bangun dan mulai melakukan sesuatu.
Setiap orang bisa bahagia. Itu adalah formula paling universal di dunia. Tapi cara kita mendefinisikan bahagia itulah yang akan mencerminkan seperti apa hidup idaman yang kita mau. Menurutku, bahagia adalah ketika aku bisa berjalan-jalan melihat bagian dunia yang lain. Dengan gratis, kalau perlu. Aku ingin berkelana dengan bebas, bertemu dengan orang yang tak sebahasa denganku, yang tak tahu Indonesia itu dimana, atau Falen itu siapa. Aku ingin mencoba hal-hal baru. Aku ingin bungee jumping di New Zealand, makan pasta di Itali, menonton festival cahaya di India, menjelajah safari di Afrika Selatan, naik balon udara di Capadocia, singgah di Maccu Pichu, naik ke Burj Khalifa, dan masih banyak lagi. Aku tidak percaya Tuhan menciptakan dunia sebegitu luas hanya untuk ditinggali saja. World is meant to be traveled.

Jadi aku sangat senang setelah ditampar tadi. Biar aku tahu bahwa hidupku ini bukan untuk main-main saja. Bukan untuk mendapat uang sebanyak-banyaknya kemudian tinggal di mansion mewah sendiri, dengan mobil yang tiap hari ganti. Tuhan ingin bilang bahwa kita perlu keluar dari negara masing-masing dan bertemu saudara kita di tempat lain. Tuhan menyesal karena manusia membuat garis batas antarnegara yang tak tampak. Hai Tuhan, I hear you :’) Aku akan ingat bahwa semua hal itu mungkin. Jika bahagia adalah berkelana, maka aku harus berusaha untuk mewujudkannya. Harus, harus berhasil. Karena Tuhan menciptakan kamu luar biasa.

[f]

Monday, August 4, 2014

The Fault in Our Star (Late Post)



Hallo ! I haven’t written for a while in this blog. Hah! Aku kangen. Tapi hari ini aku baru keluar dari bioskop dengan pipi sembap dan mata merah. Baru aja selesai nonton TFIOS. I am that kind of person who always wants to compare the book version with the movie version. And frankly, there is only few movies that could really light up my expectations upon the book. THIS IS ONE OF THEM.

Aku udah lama banget nunggu TFIOS ini nongol di bioskop. Seharusnya awal Juni udah masuk, ternyata hari ini baru keluar. Waaah, senengnya akhirnya bisa nonton, tapi entah ada apa hari ini bioskopnya super penuh. Mungkin karena Transformer lagi premier kali ya, sampe dibuka 6 studio tadi.

I had a very high expectation about TFIOS, especially because I have read the book and I’ve fallen in love with the story. It’s quite simple actually, isn’t it? Two extraordinary girl and boy who suffered from cancer tried their best to live up longer and pursue their dream. Oh God, but the way John Green tells us about their story is absolutely sophisticated. His words are beautiful. I love how he points out something simple yet go unnoticed such as while he’s using the ciggarrette metaphor. You know? When you put the killing thing in your mouth but you don’t give it the power to kill you. I just love it.

Yang bikin film ini keren adalah : Pertama, aktornya cocok. Shaillene Woodley dan Ansel Ergort make a cute couple. Ergort’s sense of humour is very entertaining. Kedua, gak ada adegan penting yang dipotong dari buku. Yapp, memang versi film TFIOS lebih pendek dan gak detail, tapi overall alur ceritanya sesuai sama yang ada di buku. Gak ada perasaan “kehilangan” suatu adegan penting atau yang memorable (unlike Harry Potter, for instance). Last but not least, TFIOS mengeluarkan semua kalimat-kalimat berkesan yang ada di versi bukunya. I was seriously surprised because not all the movies do so. Aku merasa bahwa kata-kata John Green yang ada di buku itu indah sekali, dan bahwa versi filmnya pun harus meng-quote kata-kata dia. Because that’s what makes it sooo touching. Jadilah akhirnya aku nangis tersedu-sedu di bioskop. :’) 

Here are some quotes from TFIOS:
1. That’s the thing about pain. It demands to be felt.
2. Maybe “okay” will be our “forever”.
3. I love you the way you sleep : slowly, then all at once.
4. I want more numbers than I’m likely to get. And God, I want more numbers for Augustus Waters than he got. But Gus, my love, I cannot tell you how thankful I am for our little infinity. I wouldn’t trade it for the world. You gave me a forever within the numbered days, and I’m eternally grateful.
5. She is so beautiful. You don’t get tired of looking at her.
6. You don’t get to choose if you get hurt in this world. But you do have some say in who hurts you. I like my choices. I hope she likes hers.


Wednesday, May 28, 2014

KSMPMI



Terima kasih. Kita adalah keluarga tanpa perikatan darah. Tanpa kontrak dan tanpa janji apapun. Kita satu, karena kita mau.
Selesai lagi setahun yang penuh cerita dan pelajaran berharga. Sisa satu, yang terakhir. Aku masih ingat saat-saat ketika pertama kali aku mengisi namaku dan mengikuti wawancara pertama untuk masuk dalam KSMPMI. Aku ingat aku membicarakan tentang Rohingya dan tentang Suriah. Konflik berkepanjangan yang hingga kini pun masih ada. Aku ingat tatapan kagumku pada orang-orang yang ada di dalamnya. Para koordinator dan para kakak kelas. Betapa inginnya, melanjutkan jejak mereka.

Time flies, indeed. Dua tahun ini betul-betul dua tahun yang penuh dengan kesan. Dengan pelajaran baru dari orang-orang hebat. Aku banyak belajar dan menerima pengalaman dari orang-orang ini, yang begitu rendah hati dan kaya wawasan, namun mau berbagi ilmu dan berkembang bersama-sama kami. Selangkah demi selangkah kami tapaki bersama-sama. Hari Kamis untuk Socratime dan hari Rabu untuk diskusi internal. Hampir selalu di tempat yang sama. Pertukaran pikiran yang diselingi percakapan penuh canda. Selalu hangat, selalu menyenangkan. Setiap pertemuan rasanya seperti sedang berkumpul bersama saudara, dan bukan terasa seperti rapat.

Aku tidak lupa bagaimana KSMPMI sedikit banyak merubah cara pandangku terhadap berbagai hal. Something I don’t earn from classroom. Aku merasa seperti mahasiswa sungguhan, yang berdiskusi berjam-jam tentang hal yang sering dianggap remeh temeh oleh sebagian orang. Aku bisa memahami hal-hal yang dulunya aku hindari, topik tentang Timur Tengah misalnya. Hahaha. Being in this organization encourages me to always improving myself. Bahwa di atas langit mash ada langit, dan kita tak boleh sombong. Sama sekali tidak. Akan selalu ada seseorang yang datang dan membuktikan bahwa kita pun bisa salah, kita pun bisa kalah. It also teaches me to speak up my stance. Bahwa kita harus berani bicara. Harus berani punya prinsip dan tak sekedar dibawa kata kemana-mana. Bahwa kita berani stand up for something. Tapi di saat yang sama, kita juga tidak takut untuk dikritik dan ditantang dari perspektif yang berbeda.

Sungguh, aku sudah mendapatkan banyak sekali hal dari KSMPMI ini. Jauh lebih banyak dari apa yang aku dapatkan di ruang kelas. Dua tahun aku telah mendapat, kini setahun terakhir mungkin adalah saat yang tepat untuk memberi. Memberi kontribusi terakhir untuk KSMPMI, membalas dengan penuh apa yang telah diberikan. Saatnya untuk mengembalikan.

Memang tak ada awal yang tak ada akhir. Tak ada mulai yang tak ada selesai. Kini saatnya melanjutkan karya dari kakak-kakak, menjaga titipan yang mereka minta. Tamen non cesta. Perjuangan belum berakhir! :”)






Sunday, April 27, 2014

What People Should Not Be Anti Of


Manusia boleh anti pada apa saja. Itu hak mereka. Suka tidak suka harus diterima. Dan kita tidak bisa memaksa apakah mereka harus begini begitu. Memang manusia sebaiknya tidak mencampuri urusan manusia lain. Panjang masalahnya. Dan tidak ada yang akan benar-benar kalah atau menang. Karena dari awal itu seharusnya tidak perlu diperdebatkan.

Tapi menurutku, manusia tidak boleh anti terhadap 3 hal. Anti-perubahan. Anti-kritik. Anti-kritis.
Manusia tidak boleh anti pada perubahan. Perubahan bisa berarti banyak hal. Ideologi baru, kenalan baru, tempat baru, situasi baru, bahasa baru, dan segala yang membuat mereka mungkin terdesak dan ingin kembali ke zona yang nyaman. Bear in your mind, changes are inevitable. Tidak ada hal yang abadi di dunia ini kecuali ketidakpastian itu sendiri. Dan ketidakpastian berkarib dengan perubahan. Bahwa tidak ada satu hal pun yang benar-benar sama dari awal hingga akhir. Bahkan manusia. Dan karena itulah maka manusia harus bisa menerima perubahan. Kapanpun dan dimanapun. Manusia yang siap menerima perubahan - atau, yang siap membuat perubahan - adalah manusia-manusia yang akan maju puluhan langkah lebih jauh dari manusia yang memutuskan untuk menutup diri dan tinggal selamanya dalam kepompong besar yang nyaman namun mematikan.
Aku percaya bahwa setiap manusia punya kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif. Bahwa pada dasarnya manusia itu diciptakan untuk selalu mencari dan membuat hal-hal yang baru. Tapi kemampuan ini butuh latihan. Dan begitulah, semakin sering ia membuka pikiran pada ide-ide dan hal-hal baru, akan semakin tajam kemampuannya untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya semakin koservatif dia pada pemikiran-pemikiran asing, maka seumur hidupnya tidak akan pernah ia menciptakan sesuatu yang fenomenal. Selamanya ia hanya gidup menjadi pengikut dan bertanya-tanya dalam hati mengapa dunia perlu berubah sedahsyat ini.

Manusia juga tidak boleh anti-kritik. Because the more we know about everything, the more we feel like we don’t know anything. Orang-orang hebat itu tidak pernah merasa bahwa diri mereka hebat. Mereka hanya sangat-sangat menghargai proses belajar, mereka sangat mengerti bahwa ada manusia-manusia yang lebih hebat di luar sana. Feedbacks are important to develop oneself. Karena orang-orang yang anti-kritik tidak akan maju terlalu banyak. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mengajarkan sesuatu pada orang yang merasa tahu segalanya? Bagaimana bisa mengucapkan sesuatu pada orang yang hanya peduli pada pendapatnya sendiri? Ada orang-orang yang anti dikoreksi, defensif, dan selalu membela diri sendiri. Orang-orang yang simply can’t say “I don’t know that.” Aku suka feedback. Any kind of it, even the most bitter one. It may not be uncomfortable to hear, but it is a relief to find out how people perceive us, or our works. Kacamata diri sendiri dengan kacamata orang lain bisa demikian berbeda. I’m not saying that we have to please everybody, but simply listening to them can gives us a whole new perspective. Maka manusia harus tahan kritik. Itu tanda bahwa ia mau berubah menjadi lebih baik.

Terakhir, anti-kritis. Susah sekali mengajak orang untuk berpikir kritis, untuk mempertanyakan segala sesuatu dan tidak menerima mentah-mentah apa yang ia baca, ia dengar, dan ia lihat. Justru kritis adalah hal yang sulit untuk ditumbuhkan, terlebih jika ia terbiasa didoktrin dengan ajaran-ajaran feodal nan dogmatis. Kritis berarti berani mempertanyakan segalanya, tidak asal angguk-angguk kepala dan menurut. Kritis berarti berani speak-up, mengutarakan pendapat diri sendiri. Kritis berarti menerima bahwa tidak ada satu hal pun yang luput dari cacat dan kekurangan. Kritis berarti berani mencari tahu dengan cara apa pun, mengeluarkan usaha ekstra untuk mendapatkan jawaban dari hal-hal yang jarang orang perdebatkan. Kritis berarti lepas dari segala bentuk perbudakan pikir dan ajaran-ajaran yang tak masuk akal. Manusia yang anti-kritis adalah target yang paling mudah untuk dipengaruhi. Yang mudah terombang-ambing karena tidak berani menantang otaknya untuk bertanya. Dan jumlah manusia seperti itu, banyak sekali.

Manusia boleh anti pada apa saja. Pada agama, makanan, ajaran, orang, suku, negara, dan sebagainya. Boleh, itu haknya. Who are we to judge? Tapi buatku, manusia tidak boleh anti-perubahan, anti-kritik, dan anti-kritis. Itu saja.

26.04.14
 [F]

Friday, March 14, 2014

Sore Ini


Hari ini aku menjadi kecil lagi.
Menjadi sederhana.
Melepas sepatu dan merendam kakiku dalam genangan air hujan.
Rasanya menyenangkan sekali.
Aku tidak pernah lupa.
Ketika SMA aku selalu suka melakukan ini.
Bermain di bawah hujan.
Walau ekor kudaku tepis kena tempias.
Dan sesekali aku harus berjinjit menghindari batu-batu tajam.
Dan menahan tawa ketika orang-orang yang melihat geleng-geleng kepala.
 “Ngapain atuh neng ujan-ujan…” begitu katanya.
Ibu hanya belum tahu seberapa menyenangkannya.
Berjalan menembus amuk awan.
Dan untuk sesaat merasa…
Bebas!


14.03.14
[F]


Sunday, February 23, 2014

Puisi dan Kota


Kata seorang filsuf puisi adalah lagu yang melantun
Ketika lidah kehabisan kata, dan otak kehabisan ide
Kata seorang filsuf inderamu menjadi jauh lebih peka
Pada susunan paragraf, kata, dan rima


Tergugu, terdiam
Di dalamnya terdengar jarum jam berdetik
Hai, kamu sudah semakin dewasa
Jari lentikmu menari
Kacamatamu sedikit berdebu
Sanak membaca buku
Lekuk wajahmu selalu serius
Kadang jemarimu menyisir lembut
Helai-helai rambut wangi lavender
Sweatermu tampak usang
Namun aku tahu itu alamat terlalu sering kau pakai
Cucilah, aku mendengus.
Walau dengan senang hati aku akan
Bergelung di dalamnya.
Kamarmu nyaman.
Selimut percamu menggantung di tepi ranjang.
Pasti alamat tidur siang yang kebablasan.

Hidupmu ramai, tapi di saat yang sama terasa sepi.

Hai, bagaimana kabar?
Kata orang Sunda kumaha kabarna?

Tersenyum. Kadar senyummu keterlaluan.
Sungguh manis.
Ah, sungguh kota ini punya cerita.