Sunday, February 23, 2014

Puisi dan Kota


Kata seorang filsuf puisi adalah lagu yang melantun
Ketika lidah kehabisan kata, dan otak kehabisan ide
Kata seorang filsuf inderamu menjadi jauh lebih peka
Pada susunan paragraf, kata, dan rima


Tergugu, terdiam
Di dalamnya terdengar jarum jam berdetik
Hai, kamu sudah semakin dewasa
Jari lentikmu menari
Kacamatamu sedikit berdebu
Sanak membaca buku
Lekuk wajahmu selalu serius
Kadang jemarimu menyisir lembut
Helai-helai rambut wangi lavender
Sweatermu tampak usang
Namun aku tahu itu alamat terlalu sering kau pakai
Cucilah, aku mendengus.
Walau dengan senang hati aku akan
Bergelung di dalamnya.
Kamarmu nyaman.
Selimut percamu menggantung di tepi ranjang.
Pasti alamat tidur siang yang kebablasan.

Hidupmu ramai, tapi di saat yang sama terasa sepi.

Hai, bagaimana kabar?
Kata orang Sunda kumaha kabarna?

Tersenyum. Kadar senyummu keterlaluan.
Sungguh manis.
Ah, sungguh kota ini punya cerita.

No comments:

Post a Comment