Thursday, June 18, 2015

World is Meant to be Traveled


Halo! Salam dari ibukota. Hari ini Tuhan menampar aku di muka. Ya, Dia seolah mengguncang badanku untuk bangun dan kembali ke realita. “Falen, where have you been?” Orang-orang selalu bilang bahwa ada hal yang bisa disyukuri setiap hari. Dan hari ini – seperti juga banyak hari lainnya – aku merasa bersyukur. Bersyukur dan ditampar.

Bersyukur -> aku bersyukur karena aku diberi kesempatan untuk belajar banyak hal. Aku bersyukur aku diberi kepekaan, kerendahan hati, kemampuan akademik yang cukup untuk melalui masa-masa wajib belajar. Aku bersyukur diberikan orangtua lengkap yang sangat sayang padaku, yang me-Line aku setiap hari untuk sekedar tau kabar. Aku bersyukur diberikan teman-teman yang – bukan banyak, namun – sangat baik padaku. Mereka yang sepaham, sejalan, dan membantuku untuk menjadi manusia yang lebih baik. Aku bersyukur, karena Tuhan membuat aku ingat untuk bersyukur.

Ditampar -> Hari ini aku dapat tugas dari tempat kerja untuk melakukan riset terhadap para blogger-blogger dan celebgram terkenal di Indonesia. Dan disitulah kisah pembelajaran ini bermula. Aku menelusuri internet lebih dalam dari platform blog harian dan sosial media. Kemudian aku menemukan orang-orang seperti Amrazing, EatandTreats, people who literally live for food and traveling. Mereka bisa berkeliling ke banyak negara secara gratis. Bayar pakai apa? Pakai modal tulisan dan jiwa petualang, kreativitas, perbedaan, keunikan, diri yang autentik. Dulu aku selalu merasa there is no such job. Tidak ada pekerjaan yang menyuruh kita untuk jalan-jalan atau mencoba makanan baru. Tapi hari ini aku menemukan yang senyata-nyatanya. Aku merasa sangat terpecut. Aku belum ada apa-apanya, masih anak manja yang minta uang pada mama untuk makan di cafe-cafe hedonis. Masih suka mengeluh panas, mengeluh lapar, masih benci menabung dan malas bangun pagi. Masih selalu berpikir “Ah, nanti juga tiba waktunya kerja. Sekarang nikmati saja.” Aku masih ada di mentalitas seperti itu. Karena itu makanya Tuhan menamparku. Supaya aku bangun dan mulai melakukan sesuatu.
Setiap orang bisa bahagia. Itu adalah formula paling universal di dunia. Tapi cara kita mendefinisikan bahagia itulah yang akan mencerminkan seperti apa hidup idaman yang kita mau. Menurutku, bahagia adalah ketika aku bisa berjalan-jalan melihat bagian dunia yang lain. Dengan gratis, kalau perlu. Aku ingin berkelana dengan bebas, bertemu dengan orang yang tak sebahasa denganku, yang tak tahu Indonesia itu dimana, atau Falen itu siapa. Aku ingin mencoba hal-hal baru. Aku ingin bungee jumping di New Zealand, makan pasta di Itali, menonton festival cahaya di India, menjelajah safari di Afrika Selatan, naik balon udara di Capadocia, singgah di Maccu Pichu, naik ke Burj Khalifa, dan masih banyak lagi. Aku tidak percaya Tuhan menciptakan dunia sebegitu luas hanya untuk ditinggali saja. World is meant to be traveled.

Jadi aku sangat senang setelah ditampar tadi. Biar aku tahu bahwa hidupku ini bukan untuk main-main saja. Bukan untuk mendapat uang sebanyak-banyaknya kemudian tinggal di mansion mewah sendiri, dengan mobil yang tiap hari ganti. Tuhan ingin bilang bahwa kita perlu keluar dari negara masing-masing dan bertemu saudara kita di tempat lain. Tuhan menyesal karena manusia membuat garis batas antarnegara yang tak tampak. Hai Tuhan, I hear you :’) Aku akan ingat bahwa semua hal itu mungkin. Jika bahagia adalah berkelana, maka aku harus berusaha untuk mewujudkannya. Harus, harus berhasil. Karena Tuhan menciptakan kamu luar biasa.

[f]

No comments:

Post a Comment