Friday, January 18, 2013

If I were a Boy


Kadang-kadang aku ingin jadi laki-laki. Kadang-kadang aku malas mengurusi segala tetek-bengek yang berurusan dengan aksesori perempuan. Kadang aku malas mengeringkan rambut, memilih baju dengan hati-hati, malas memilih segala jenis parfum, shampoo, hingga pelembap kulit. Aku sering bertanya-tanya pada diriku sendiri, what is it for?

Aku menyadari bahwa kadang aku berpikir seperti perempuan. Ya, aku perhatian pada hal-hal yang kecil. Aku suka mengontrol keadaan. Aku suka melihat anak kecil, dan pita, dan rok yang cantik. Thats it.

Aku ingin jadi laki-laki karena laki-laki “MEMILIH”. Karena laki-laki punya hak untuk memilih pasangan hidupnya, memilih akan jadi laki-laki seperti apa ia ketika dewasa, memilih pekerjaannya, memilih bagaimana ia akan membangun rumahnya. Dan jika ia tidak menikah, apakah orang-orang akan mengucilkannya? Tidak. Dia tenang dalam kehidupannya sendiri. Dia tenang dengan pekerjaannya, bahkan ada kemungkinan dia akan semakin cemerlang. Dia mengontribusikan segala waktunya untuk kebahagiaan dirinya. Untuk prestasi dan kenaikan karir.

Perempuan? Semua orang bilang perempuan punya hak untuk memilih. Tapi tidak, aku tidak merasakannya. Pasangan hidup harus beragama ini, dan harus lebih tua, dan wajahnya harus rupawan, dan mobilnya harus bermerk itu. Karena jika tidak, seakan-akan orang-orang akan memandangmu sebagai perempuan yang tidak punya harga diri, harga jual yang tinggi.

Sebagai perempuan, orang-orang berharap kau akan mengurus rumah tanggamu dengan rajin, mendidik anak-anakmu dengan taat, membersihkan kamar dan menyirami tanaman dengan teratur. Dan jika kemudian ia memilih menekuni pekerjaannya, orang-orang akan menganggapnya tidak pantas, bukan ibu yang baik, haus uang. Is it?  Bukankah semua manusia punya cara tersendiri untuk membuktikan diri? To improve? To develop? Apakah seorang perempuan diciptakan untuk “menghebatkan” seorang laki-laki dan tidak boleh “menghebatkan” dirinya sendiri?

Aku ingin jadi laki-laki karena aku tidak perlu merias wajahku untuk menarik perhatian orang lain. Aku ingin jadi laki-laki karena aku ingin berkata jujur. Aku ingin dihargai karena prestasi dan kerja kerasku, bukan karena lekuk tubuh atau wajah cantik. Aku ingin dihargai dan bebas memilih.

Karena aku punya banyak keinginan menunggu untuk dilepaskan. Its just a matter of gender. Aku ingin naik gunung, aku ingin mengelana nusantara, aku ingin berjalan-jalan di tengah malam di negeri orang. Tapi bisakah seorang perempuan melakukan itu? Iya bisa, di umur yang entah berapa. Mungkin terlalu tua untuk bisa membawa carrier atau mendaki gunung. Karena orangtua tidak ingin perempuan terluka. Karena perempuan yang mengelana di malam hari dicap sebagai perempuan nakal. SOCIETY IS UNFAIR!

Dan aku ingin jadi laki-laki!!


2 comments:

  1. but remember that life is like a book....God gave u the pen (fate), but u must write ur own destiny...i have been reading ur blog..and i thought u are a type of person that have been so strong and have no complain about life..?or arent u?....coz i dunno about u,,,but for me,if complaining changed what it is,please do so...but if it doesn't,don't..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya I know. :) I can never replace what's meant to be. Now I am a girl and I live happily and try to pursue my own fate. I want to live the life, make the most of it. This blog expressed how I feel, when the society unfairly judge me based only on my gender. sometimes it happens...:) i just wish someday, that kind of judgement wont happen anymore. Thankyou so much dear for your comment, and also for spending time to read my blog ;)

      Delete