Hai.
Kuharap kamu belum lupa. Ya, mengapa lupa? Setiap hal ada alasannya. Mengapa ia
harus terjadi, mengapa ia harus berakhir. Ini hanya sekelumit ucap tanpa maksud
apa-apa. Hanya secarik huruf menari di kertas putih tanpa judul. Dan tak perlu
mengerti, kamu hanya perlu mendengar. Tak perlu menanyakan penjelasan, kamu
hanya perlu memasang telinga dan mata. Hey, ini bukan surat. Aku tahu aku
meracau, tapi biarlah. Biar kali ini setiap kalimat berjalan menuju rimanya
masing-masing, biar kali ini tak harus ada predikat dan subyek untuk membuatnya
lengkap. Aku hanya akan menuliskan semua yang dipikirkan oleh otakku. Dan kamu,
yang hari ini mengejutkanku. Hai! Bagaimana kabarmu? Aku harap, baik,
sebaik-baiknya kamu. Karena kamu orang yang sangat istimewa, bagaimana bisa aku
lupa? Bagaimana bisa aku tak peduli?
Hai!
Satu kata bisa membawa banyak perubahan dalam hidupmu. Satu kata bisa membuat
hidupmu melayang dan jatuh di saat yang sama. Bagaimana aku tahu? Karena kamu
yang mengajarkanku. Cerita tak begitu saja berawal dan berakhir, dia punya plot
dan alurnya masing-masing. Tidakkah begitu menurutmu? Hai! Sudahlah cukup
dengan basa-basinya, apa yang sebenarnya ingin dibawa oleh hidup? Bentuk pertunjukkan
semacam apa? Jika kamu tahu tolong beritahu aku, jangan biarkan aku berjalan
dengan mata buta dan telinga tuli. Hai! Kamu dengar kata-kataku kan? Dan itu
sepenuhnya hakmu untuk datang atau mengacuhkan aku. Tidak masalah, bagiku
semuanya sama. Berubah sudah mataku dalam melihat dunia. Tak banyak bicara, tak
banyak menuntut, biar hidup menentukan apa yang kita dapat, dan apa yang kita
terima. biar hidup menunjukkan apa yang kita syukuri dan apa yang kita sesali. Karena
bosan sudah aku menunggu jawaban dari setiap pertanyaan. Dan sering pertanyaanku
hilang mengendap entah kemana, tak berani keluar dan didengar oleh semua orang.
Hanya waktu yang memupus rasa penasaran. Biarlah berjalan demikian, aku mulai
mengerti. Kadang pertanyaan lebih baik tidak terjawab, dan perasaan lebih baik
tidak berbalas. Karena jika setiap titik perasaan manusia harus terbalas,
cukupkah cinta kita bagi-bagikan? Tidak ada kepuasan mendulang kasih dan
perhatian dari manusia.
Hai!
Mari kapan-kapan kita bercerita. Aku selalu tahu ceritamu, dan kamu selalu tahu
ceritaku. Aku menanti kapan itu terjadi kembali. Bolehkah? Kata manusia bijak,
tak ada yang lebih kuat dari harapan. Kata manusia bodoh, jangan berharap
karena kamu akan kecewa. Maka aku akan berharap dengan sepenuh hati. Suatu saat
mungkin bisa bertemu lagi, besok akan menyenangkan, tapi jika kamu tak bisa,
beberapa tahun lamanya pun tak jadi soal. Aku tunggu kamu mengucap Hai padaku. Bolehkah
aku berharap? Tentu, tidak ada hukum yang melarangnya. Hai! Aku harap kamu
selalu bahagia. Tertanda dariku, yang termanis yang bisa kuberi.
No comments:
Post a Comment