Thursday, March 21, 2013

00.20


Ceritanya bergulir dengan perlahan namun pasti. Tapi ia tak ingin mendengar, tak ingin merasa, tak ingin berada di sana. Ia tahu kemana semuanya akan menuju, dan karena itu ia mencoba berbelok, selagi bisa. Ia selalu berharap kehidupan tak menipunya. Ia selalu berharap Tuhan merestui mimpi-mimpi indahnya. Namun ketika awan gelap menggantung, dan kemudian terisak-isak, apa yang bisa ia lakukan selain bersandar dan berduka. Ia ingin pergi dan keluar, ingin kembali ke masa-masa ketika harapan tumbuh dan mekar dengan indah. Belum berani beranjak dan menyerah. Ia tahu mungkin masih ada celah untuk percaya. Maka ia katupkan tangan dan berdoa. Membisikkan kata-kata sederhana pada Tuhan yang terlalu ia puja. Ia tidak bertele-tele, tidak banyak berbasa-basi. Ia tahu Tuhan tahu apa yang ia mau. Maka air matanya tetap mengalir, seperti jarum jam malam itu yang berjalan seirama. Dan bisiknya menggemakan rona dalam kamarnya yang sunyi dan dingin. Tuhan....panggilnya. Dan beberapa menit berlalu tanpa ia sadari, larut dalam perbincangan dengan Tuhan dan dirinya sendiri. Ia tak mampu marah, tak mampu berteriak, tak mampu mengeluh. Hanya berdoa. Semoga Tuhan mendengar kata-katanya. . dan ia bangkit, kembali ke peraduan yang nyaman dan memejamkan mata. Berharap esok hari datang, dan hidup mengajak berbaikan. . .



No comments:

Post a Comment