Sunday, May 5, 2013

Tukang Bubur


Malam dunia! Hari ini aku ingin cerita. Cerita tentang seorang tukang bubur sederhana. Tadi pagi aku bertemu dengannya. Memakai kemeja sederhana berwarna hitam, dengan gerobak birunya membawa kerupuk, bubur, sayur, ayam, dan segala macamnya. Ah tapi bukan itu yang aku lihat, aku melihat dia sedang bermain bersama anak perempuannya yang dikuncir dua. 6 jam kemudian, ketika aku pulang, aku bertemu lagi dengannya, masih dengan anak perempuannya. Ia memeluk, menggendong anaknya di atas gerobak yang sudah kosong. Jalannya mendaki tapi ia tetap tertawa-tawa, meniru anaknya yang juga memamerkan gigi ompongnya, sambil makan kerupuk yang dijual sejak tadi pagi. Ahh aku jadi tersenyum sendiri.

Aku jadi berpikir, berapa anak yang kira-kira masih bisa merasakan kebahagiaan seperti itu? Yang walaupun pakaiannya sederhana, tapi berbahagia di pangkuan ayahnya? Yang punya kesempatan untuk melihat bagaimana ayahnya bekerja, seharian ikut dengannya, merasakan juga bagaimana ayahnya berjualan berjam-jam hingga terik matahari menyengat. Berapa anak yang bisa tertawa-tawa di gendongan ayahnya, di hari Minggu yang cerah? Mungkin dia salah satu yang beruntung. :’) dan aku pun juga, aku ingat diriku sendiri ketika bermain-main bersama papa dan mama, di hari minggu yang cerah. Ketika aku masih semangat diajak ke tempat kerja, berkeliling, membuat semuanya berantakan, tapi begitulah cara anak-anak mencipta kenangan. Kenangan yang bisa membuatku tersenyum, ketika melihat sang tukang bubur.Terima kasih untuk minggu pagi yang membahagiakan! Semoga ketika beranjak dewasa, kita tidak melupakan sisi kanak-kanak itu. Yang selalu ingin tertawa dan bercanda bersama orangtua, yang mengidolakan mereka, dan tidak pernah menghakimi :’)

Sometimes, we’re just too busy of growing up, we often forgot that our parents are also growing old. So, spend time with them. They’re there when nobody else were. That’s what my parents taught me, all this time.

 



1 comment:

  1. kadang kita telah terbiasa dengan materi yg berlimpah>>>>sebagian besar masyarakat menilai suatu hal dengan materi....banyak rasa sayang yg harus di manifestasikan dengan materi yg berupa hadiah hadiah....
    untuk menjadi peka dan dapat merasakan aura cinta memang dibutuhkan kepekaan /sensitivity....you still have it

    membaca itu bukan saja dari buku atau media2....membaca secara alami ttg alam dan lingkungan...juga getaran kasih yg seperti signal telpon....
    bravo

    ReplyDelete