Tuesday, February 19, 2013

The Other Side of Boston..and Life



Ini mungkin buatmu hanya sekedar cerita bodoh. Cerita konyol dari anak-anak yang tidak kamu kenal. Tapi aku tidak tahan untuk tidak menceritakannya kepadamu. So, bear with me hahaha :D

Rencana awalnya adalah kami berangkat dari Boston ke Washington pukul 22.00 waktu setempat. Koper kami (yang sudah beranak menjadi banyak) sudah tersusun dengan rapi, perlu kerja keras untuk menata barang-barang yang kami bawa dari Indonesia dan barang2 yang baru kami beli sebagai cendera mata.
Sesampai di stasiun, seluruh koper kami ditolak karena diklaim oversize dan overweight. Aku tidak bisa menerima klaim tersebut karena tidak ada ukuran yang jelas mengenai dimensi koper yang harus dibawa saat naik bus.

The worst part of it adalahhhh, kami ditinggalkan begitu saja di terminal. Ya, di tengah-tengah hiruk pikuknya terminal saat itu, si petugas bahkan tidak memberi jawaban, konfirmasi, atau apapun tentang keberangkatan kami. Uang 500 dollar kami sudah kami habiskan untuk membayar tiket megabus tersebut. Uang 500 dollar itu susah dicari loh, uang kan ga tumbuh di pohon! That very second when I saw the bus is leaving, I whispered to myself, “this is gonna be a loooongg, looong night…”

And it is. Kami berusaha mencari jalan lain, cari bus yang lain, sayangnya hari senin tidak ada bus lagi yang mengarah ke Washington. Akhirnya kami coba melihat tiket AMTRAK (kereta api), which means kami harus jalan kaki ke stasiun kereta api, dan percayalah saudare-saudare, itu DINGIN SEKALI!!! 

Mungkin kamu pernah ngebayangin Winter di Amerika itu indah, magical, menyenangkan, dengan efek angin-angin yang selalu terlihat seperti iklan shampoo. Kamu boleh percaya, tapi boleh juga ga percaya, kalo aku bilang bahwa Winter itu menyebalkaaannn!
Back to business, akhirnya kami bisa beli 4 tiket kereta, daaannn mesin self-service nya rusak. Coba deh bayangin, kenapa di tengah2 malam, di tengah2 semua chaos itu, di tengah2 mesen tiket, di tengah2 stasiun, kenapa harus rusaaaakk???!! That frustrated us too much. (.___.)

Setelah kehilangan harapan pada mesin-mesin itu, kami telepon agen travel yang buka 24 jam. Kami harus bolak-balik dari stasiun dan terminal karena teman-teman kami menunggu di terminal awal, sedangkan kami berempat berjaga-jaga di stasiun kereta, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tiket kereta yang tersisa delapan buah.
Disitu, di stasiun dan terminal itulah, baru aku melihat sisi lain dari sebuah kota. Iya, kota Boston yang aku kenal itu selalu ramah, kota kecil yang sangat bersahabat. Tapi aku melihat bagaimana malam itu di stasiun dan terminal, para tunawisma harus terlunta-lunta. Bagaimana mereka membawa barang mereka yang seadanya dan berusaha bertahan hidup, berusaha tetap hangat dengan menumpang tidur disana. 

Aku melihat orang gila yang memanggil-manggil nama yang tidak nyata, orang dengan tatapan kosong yang melamun sepanjang malam, orang tua yang memakai baju kain seadanya, di tengah-tengah musim dingin dahsyat di Boston. Aku juga merasa takut ketika 2 orang pemuda menghampiri dan meminta uang di tengah malam. Apakah itu salahku yang berpikiran jelek atau salah mereka yang menakuti aku?

Aku dan ketua delegasiku sempat terkunci di luar stasiun, kami tak bisa masuk padahal 2 teman kami yang lain ada di dalam stasiun. Kebingungan, untunglah kemudian ada penjaga kemanan yang membantu kami. Kami memutuskan untuk tidak tidur malam itu. Terus berjaga, terus membuka mata hingga pagi menjelang, sampai kami bisa membayar kereta dan duduk tenang di dalamnya.
Saat itulah baru aku sanggup membiarkan mataku beristirahat.

Well, dari sini aku belajar bahwa hidup itu terdiri dari hal-hal yang tak terduga. Ini pengalaman yang paling tak terduga. Pengalaman ketika kamu merasa kamu telah mengendalikan sesuatu dan kemudian hal itu lepas dari kendalimu. Seakan-akan semua hal bersatu untuk menantangmu menaklukkan mereka.
Kamu akan melihat bahwa hidup itu terdiri dari hal-hal yang mengejutkan. Yang tak pernah kamu rencanakan dan kamu kira. Hidup itu menantangmu untuk terus bertahan, untuk berdiri dan bangkit kembali kalau kamu jatuh.
Hidup itu tidak kekurangan akal memberimu pelajaran-pelajaran baru. Kamu tidak perlu mempertanyakan apa arti hidup, bagaimana cara melakukannya, apa manfaat hidup. Yang perlu kamu lakukan adalah memahaminya, menerima segala tantangan yang ia berikan. 
Karena percayalah, ia sedang berusaha mengajarimu sesuatu. :)

No comments:

Post a Comment