Ini mungkin
buatmu hanya sekedar cerita bodoh. Cerita konyol dari anak-anak yang tidak kamu
kenal. Tapi aku tidak tahan untuk tidak menceritakannya kepadamu. So, bear with
me hahaha :D
Rencana awalnya
adalah kami berangkat dari Boston ke Washington pukul 22.00 waktu setempat.
Koper kami (yang sudah beranak menjadi banyak) sudah tersusun dengan rapi,
perlu kerja keras untuk menata barang-barang yang kami bawa dari Indonesia dan
barang2 yang baru kami beli sebagai cendera mata.
Sesampai
di stasiun, seluruh koper kami ditolak karena diklaim oversize dan overweight. Aku
tidak bisa menerima klaim tersebut karena tidak ada ukuran yang jelas mengenai
dimensi koper yang harus dibawa saat naik bus.
The worst
part of it adalahhhh, kami ditinggalkan begitu saja di terminal. Ya, di
tengah-tengah hiruk pikuknya terminal saat itu, si petugas bahkan tidak memberi
jawaban, konfirmasi, atau apapun tentang keberangkatan kami. Uang 500 dollar
kami sudah kami habiskan untuk membayar tiket megabus tersebut. Uang 500 dollar
itu susah dicari loh, uang kan ga tumbuh di pohon! That very second when I saw
the bus is leaving, I whispered to myself, “this is gonna be a loooongg, looong
night…”
And it
is. Kami berusaha mencari jalan lain, cari bus yang lain, sayangnya hari senin
tidak ada bus lagi yang mengarah ke Washington. Akhirnya kami coba melihat
tiket AMTRAK (kereta api), which means kami harus jalan kaki ke stasiun kereta
api, dan percayalah saudare-saudare, itu DINGIN SEKALI!!!
Mungkin
kamu pernah ngebayangin Winter di Amerika itu indah, magical, menyenangkan,
dengan efek angin-angin yang selalu terlihat seperti iklan shampoo. Kamu boleh
percaya, tapi boleh juga ga percaya, kalo aku bilang bahwa Winter itu
menyebalkaaannn!
Back to
business, akhirnya kami bisa beli 4 tiket kereta, daaannn mesin self-service
nya rusak. Coba deh bayangin, kenapa di tengah2 malam, di tengah2 semua chaos
itu, di tengah2 mesen tiket, di tengah2 stasiun, kenapa harus rusaaaakk???!!
That frustrated us too much. (.___.)
Setelah
kehilangan harapan pada mesin-mesin itu, kami telepon agen travel yang buka 24
jam. Kami harus bolak-balik dari stasiun dan terminal karena teman-teman kami
menunggu di terminal awal, sedangkan kami berempat berjaga-jaga di stasiun
kereta, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tiket kereta yang tersisa
delapan buah.
Disitu,
di stasiun dan terminal itulah, baru aku melihat sisi lain dari sebuah kota.
Iya, kota Boston yang aku kenal itu selalu ramah, kota kecil yang sangat
bersahabat. Tapi aku melihat bagaimana malam itu di stasiun dan terminal, para
tunawisma harus terlunta-lunta. Bagaimana mereka membawa barang mereka yang
seadanya dan berusaha bertahan hidup, berusaha tetap hangat dengan menumpang
tidur disana.
Aku melihat
orang gila yang memanggil-manggil nama yang tidak nyata, orang dengan tatapan
kosong yang melamun sepanjang malam, orang tua yang memakai baju kain seadanya,
di tengah-tengah musim dingin dahsyat di Boston. Aku juga merasa takut ketika 2
orang pemuda menghampiri dan meminta uang di tengah malam. Apakah itu salahku
yang berpikiran jelek atau salah mereka yang menakuti aku?
Aku dan
ketua delegasiku sempat terkunci di luar stasiun, kami tak bisa masuk padahal 2
teman kami yang lain ada di dalam stasiun. Kebingungan, untunglah kemudian ada
penjaga kemanan yang membantu kami. Kami memutuskan untuk tidak tidur malam itu.
Terus berjaga, terus membuka mata hingga pagi menjelang, sampai kami bisa
membayar kereta dan duduk tenang di dalamnya.
Saat
itulah baru aku sanggup membiarkan mataku beristirahat.
Well, dari sini aku
belajar bahwa hidup itu terdiri dari hal-hal yang tak terduga. Ini pengalaman
yang paling tak terduga. Pengalaman ketika kamu merasa kamu telah mengendalikan
sesuatu dan kemudian hal itu lepas dari kendalimu. Seakan-akan semua hal
bersatu untuk menantangmu menaklukkan mereka.
Kamu akan
melihat bahwa hidup itu terdiri dari hal-hal yang mengejutkan. Yang tak pernah
kamu rencanakan dan kamu kira. Hidup itu menantangmu untuk terus bertahan,
untuk berdiri dan bangkit kembali kalau kamu jatuh.
Hidup itu
tidak kekurangan akal memberimu pelajaran-pelajaran baru. Kamu tidak perlu
mempertanyakan apa arti hidup, bagaimana cara melakukannya, apa manfaat hidup.
Yang perlu kamu lakukan adalah memahaminya, menerima segala tantangan yang ia
berikan.
Karena percayalah, ia sedang berusaha mengajarimu sesuatu. :)
No comments:
Post a Comment