Apa
yang kamu harapkan saat kamu jatuh cinta? Cinta, cinta, cinta..kekuatan
ajaib..tak ada satu kata pun yang tak dapat direlasikan dengannya. Tidak juga 1
frasa, tidak juga 1 kalimat, dan bahkan bait dan lirik. Dia mewujud indah di
setiap titik hidup. Dia merasuk perlahan di setiap insan. Hati yang menjadi
sarang dan persinggahannya. Ia duduk dengan manis, merajut cerita di balik
cinta itu sendiri. Menunggu apakah ia harus menangis atau tersenyum. Menunggu
siapakah yang akan menjadi pendamping dan menemani persinggahannya.
Percayakah kamu pada cinta pada
pandangan pertama? Cinta yang seperti magnet, yang mengetahui kutub utara dan
selatannya. Yang bisa langsung mencinta dan membenci di saat yang sama. Yang
bisa bermesraan dan berjauhan di kala pertama. Cinta yang tanpa perlu mengenal
pun telah bertaut satu dengan yang lainnya. Pesona, senyuman, tatap mata,
sejumput hal sederhana namun bermakna.
Percayakah kamu pada cinta di kapal
legendaris Titanic? Cinta yang membebaskan, cinta yang berlari dan bersembunyi.
Cinta yang menemukan kebahagiaan dalam pelariannya, tak peduli pada dunia yang
mencibir dan memandang sinis, bahagia dengan dunia yang telah dicipta
bersama-sama. Kadang tak masuk akal, kadang dianggap sebagai cinta karena nafsu
sesaat. Namun beranikah kamu meragukannya? Rela mati dan lari terus menerus
demi cintamu?
Cinta...ada yang seperti air. Ia
mengalir, tak tentu arahnya kemana. Seperti biasa, cinta tak perlu memilih.
Cinta tak perlu syarat dan kualifikasi. Cinta tak punya pigura untuk membatasi,
tak juga perlu filter untuk menyangkal apa yang bukan bagian dari dirinya. Ia
mengalir, tumbuh bersama waktu, hadir dalam keseharian, bertambah tanpa sadar.
Seperti sepasang sahabat..yang menikmati gigi susu bersama, pelajaran
menghitung abjad, manis-pahit cinta pertama, hingga patah hati pertama, kemudian
waktu memutuskan untuk memberi kejutan bernama cinta. Cinta yang tumbuh lebih
besar di tiap hari mereka saling mengenal. Cinta yang tak pernah disadari,
cinta yang mengendap, menunggu.....hingga waktu merestui kehadirannya.
Cinta akan seperti laba-laba. Ia
merajut...merajut...merajut...sepanjang hari. Ia mengurbankan sari tubuhnya
membentuk untaian benang yang rapuh. Sulaman indah ketika hasilnya telah
sempurna. Sulaman yang sering kali rusak, diterjang angin, hujan, atau tangan
mungil yang bermain di pepohonan. Tapi laba-laba tak pernah marah. Laba-laba
tak mengeluh dan protes ketika rumah kesayangannya koyak. Laba-laba memulai
segalanya dari awal. Ia mengeluarkan sari yang baru, membuat awalan yang baru,
meski tahu rumahnya hanya bertahan beberapa waktu. Bisakah cinta menunggu
sesabar itu? Bisakah cinta menunggu dengan penuh damba? Bisakah cinta tetap
tersenyum ketika telah koyak untuk kesekian kalinya?
Ada cinta yang seperti layang-layang.
Berkelana bebas, menemukan jiwa petualangan dan membebaskannya. Ia bergerak
searah angin, kemana saja ia ikut, menemukan tempat-tempat indah, menemukan
perjalanan yang menarik, tapi ia akan selalu terikat dengan sang angin. Tanpa
angin dia bukan siapa-siapa. Dia hanya sehelai kertas minyak yang telah
ditempelkan pada bambu. Dia hanya tergeletak lemas di garasi generasi yang tak
lagi bermain layang-layang, di generasi yang tangannya sibuk menggenggam
handphone dan bukan lagi gulungan benang. Layang-layang tak berdaya tanpa
angin. Kadang angin pun rindu, memanggil namanya ketika layang-layang tak ada.
Menyanyikan lagu sendu di kala malam, menghibur sang layang yang sedang
meringkuk kedinginan. Berharap keesokan hari mereka bertemu dan bermain lagi.
Menuliskan cerita petualangan yang baru, tempat yang baru, dan angin bertiup
senang, layang-layang terbang dengan tinggi. Langit milik mereka berdua...
Ada cinta yang tak bisa hilang, cinta
yang memberi arah dan tujuan, cinta yang menjadi kompas bagi para pelaut. Peta
memang telah ada, bahkan tak lagi berwujud kertas melainkan susunan mikrometer
piksel yang membentuk kecanggihan dunia digital. Tapi lupakah ia pada kompas?
Tidak, kompas tetap bertengger di ujung, tetap mengarahkan jarum ke utara.
Tetap kukuh walau diputar kemana saja.
Cinta yang menjadi jam
tangan kulit bagi wanita karier dengan rambut disasak dan sepatu hak tinggi
menghias kaki yang jenjang. Kesempurnaan dan kesuksesan ada di mata hitam
dengan bulu mata lentik yang dimilikinya. Jam kulit melingkari tangannya, menunjukkan
waktu, menunjukkan jadwalnya yang padat dengan pertemuan dengan orang-orang
penting, menunjukkan segalanya untuk si wanita. Dan tanpanya, si wanita
kewalahan. Tersesat. Hilang. Ia tak lagi sehebat itu.
Cinta yang menjadi
harpa untuk para malaikat. Melodi yang dipancarkannya mencerminkan keindahan
perasaan malaikat-malaikat surga. Dan tanpanya para malaikat jatuh, sendu,
menatap bumi tanpa mampu lagi mewarnai pelangi. Harpa cantik dengan ukiran
dewa-dewi. Lekukannya sempurna tanpa cacat, lantunan denting yang
dikeluarkannya membuat siapapun kepayang senang dan melayang. Dan ketika berada
di tangan malaikat, jadilah ia bersinar. Cinta yang tak bisa lepas. Cinta yang
tanpanya akan merasa kehilangan. Cinta yang menemukan potongannya yang pergi,
seperti puzzle yang memutuskan untuk menggabungkan diri kembali, merasa utuh
ketika bergandengan dan bersatu.
Cinta.....
Seberapa dalam kamu berjuang untuknya?
Darah, air mata, keringat, apa yang rela kamu korbankan untuk sebentuk kisah
dan kata sederhana bernama “cinta”? cinta akan menggoreskan luka, tapi ia bawa
juga obatnya. Ia mengunci pintu, tapi ia sediakan pula kuncinya. Ia akan
melambung ke atas, namun tak lupa ia akan sediakan tangga untuk kau jangkau dan
kau raih. Ia akan terjun dan terjatuh, tapi ia juga yang berada di bawah dan
menangkapnya. Ia akan meledakkan rasa pedas di bibirmu, hingga kamu kepanasan
dan matamu berair, tapi ia juga menungkan air dingin dengan es batu,
dikompresnya kamu dan dahagamu hilanglah sudah. Cinta akan mematahkan hati, tapi
ia juga yang menyambungnya. Cinta akan menanam air mata, namun ia akan memanen
senyum. Cinta....tangan kirinya menggenggam kesedihan, tangan kanannya
menaburkan kebahagiaan.
8nov2012
No comments:
Post a Comment