Thursday, November 29, 2012

Ibukota

                Apa boleh buat, aku hanya seorang gadis dari daerah terpencil yang menginjakkan kaki di ibukota. Aku terkejut dengan gedung pencakar langit yang membuat kepalaku mendongak sepanjang hari. Aku terkagum melihat bangunan-bangunan megah dan canggih, dengan layar raksasa berwarna-warni..spektrumnya berpendar kemana-mana..

Aku terkesima melihat betapa sibuknya orang berlalu-lalang, kendaraan mengantri dan berebutan jalan. Jalan raya bersilang satu dengan yang lain, seolah membentuk jaring laba-laba raksasa, yang satu saling berkaitan dengan yang lain.

Aku heran melihat betapa uang menjadi barang paling berharga dalam kota super ini. Bagaimana harga secangkir kopi bisa menghidupi keluarga kecil selama 1 hari. Betapa harga sehelai baju mengalahkan upah buruh tani selama sebulan. Dan label-label harga yang tertera dimana-mana. Menciptakan dunia yang penuh harga, bukan lagi peuh nilai atau makna. 

Dunia yang tak peduli darimana asalmu, atau bagaimana keadaan keluargamu. Dunia yang peduli pada seberapa banyak uang yang kamu bawa. Seberapa terkenal nama desainer yang tercantum di kerah bajumu. Seberapa mengkilap sepatu yang kamu pakai, dan seberapa berkilau perhiasan yang kamu kenakan. 

Dan aku tersesat di dalamnya. Aku hanya gadis dari daerah terpencil yang damai, yang menghangatkan diri dengan kekuatannya sendiri, tempat di malam hari aku bisa tidur dengan nyenyak tanpa terganggu bunyi klakson dan orang mabuk2an di pinggir jalan. Tempat aku bisa membeli kopi dengan receh-receh yang tersisa. Tempat aku bisa mengenakan baju apapun tanpa dihujani tatapan intimidasi dan meremehkan.
aku tak tahu....ini salahku atau salah sang ibukota :)

No comments:

Post a Comment